Eden menatap gerbang yang menjulang tinggi itu. Terdapat dua patung rubah merah besar di sisi kanan dan kiri pintu. Ia menatap patung tersebut dengan pandangan penuh selidik. Semakin ditatap, mata benda itu semakin aneh. Seperti berkedip-kedip padanya.
Tak ingin berurusan dengan barang aneh, ia memilih untuk beralih pandang ke sekitarnya. Ada dua pengawal dengan kepala banteng dan sapi mendekat. Eden berusaha acuh tak peduli, tapi tetap saja pengawal itu datang kepadanya.
Melihat pakaian Eden yang tak layak, seperti gelandangan. Dua pengawal itu pun mengusirnya dengan tegas, tapi Eden hanya diam berusaha tak bertindak berlebihan. “Sudah berapa kali aku bilang? Pergi dari sini! Kau tak diterima!” Siluman sapi mencengkeram kuat leher Eden hinga terangkat ke atas.
Pasokan udara yang dihirup olehnya pun kian menipis. Beruntung sekali siluman kepala banteng memukul tangan siluman kepala sapi. “Kau tak lihat, wajahnya sangat tampan. Dia pasti ingin masuk kerajaan.”
Keduanya pun menatap dengan penuh selidik, lalu mengangguk satu sama lain. Eden tak mengerti dengan bahasa isyarat mereka. Tapi setidaknya ia punya kesempatan untuk masuk ke dalam kerajaan.
“Aku ingin mengubah nasib hidup dengan mengabdi kepada kerajaan.” Tutur kata Eden sangat lembut dan sopan, membuat Kelly yang mendengar ucapannya menganga lebar, begitu pula dengan Robert.
“Oke, kau bisa masuk dan menjadi seorang pelayan.” Siluman kepala banteng tersenyum melihat wajah Eden yang berbinar cerah. Sangat jarang seorang siluman kecil masuk ke dalam kerajaan untuk menjadi pelayan. Dan dari mata siluman kepala banteng, Eden terlihat susah mengenai kehidupannya.
“Kenapa kau menyetujuinya? Kita tak bisa melakukan hal ini?” Siluman kepala Sapi tak terima karena keputusan sepihak kawannya.
“Apakah kau lupa dengan kehidupanmu sebelum menjadi pengawal kerajaan? Kita seperti dia.”
“Aku tak lupa. Baiklah..., aku setuju denganmu. Dia boleh masuk.”
Mendengar perdebatan mereka berakhir dengan keinginan Eden yang terpenuhi, wajah pria itu berbinar cerah.
“Aku akan mengantarmu masuk ke dalam.” Siluman kepala banteng mengajak Eden masuk ke dalam kerajaan. Sedangkan siluman kepala sapi hanya diam saja menatap keanehan pria kecil itu.
“Lupakan, mungkin hanya firasat ku,” katanya menggelengkan kepala.
Ketika Eden dan siluman kepala banteng itu memasuki halaman kerajaan. Pria itu memandang takjub semua dekorasi mewah yang ada di sana. Siluman kepala banteng pun tersenyum melihat tingkahnya.
“Aku dulu juga sepertimu. Takjub dengan semua yang ada di kerajaan.”
Eden menoleh sejenak, dan ikut tersenyum. “Semua terlihat begitu indah.”
“Kau benar.”
Siluman kepala banteng mengajak Eden masuk ke dalam paviliun khusus pelayan. Dia menuntunnya kesebuah ruangan. Ketika pintu terbuka, semua siluman yang ada di dalam menatap ke arahnya.
“Aku perkenalkan kalian, dia pelayan baru yang akan bekerja disini.” Siluman kepala banteng menyentuh kedua pundak Eden untuk diseret dihadapannya. Para siluman yang melihat pria kecil itu saling tatap satu sama lain karena tak mengira ada seeokor siluman dengan wajah manusia datang menjadi pelayan.
Eden mengerutkan kening menatap wajah mereka satu persatu. Sungguh yang ada di otaknya adalah sekumpulan binatang aneh yang sedang berbisik-bisik. Dan ia merasa menjadi pusat perhatian.
“Kenapa kau membawanya menjadi pelayan? Dia terlalu tampan.” Salah satu siluman kepala koala bertanya dengan lantang.
“Dia hanya ingin mengabdi. Bukan menjual diri.” Siluman kepala banteng terlihat dingin. “Jangan berbuat aneh-aneh padanya. Dan beritahu dia semua yang dikerjakan disini.” Dia pergi meninggalkan Eden yang masih berdiri canggung di ambang pintu.
‘Sial! Aku merasa seperti orang normal di tengah kebun binatang,’ batinnya tersenyum terpaksa.
“Jadi, siapa namamu? Kau sangat sempurna, pasti punya nama tidak seperti kami.” Lagi-lagi siluman berwajah koala bertanya.
“Aku Eden. Siluman rubah putih salju.” Eden tak ingin menyembunyikan jati dirinya sebagai siluman. Lagi pula identitasnya yang palsu benar-benar sesuai dengan dirinya.
Mereka yang ada di ruangan pun berbisik satu sama lain karena tak menyangka bahwa ada siluman langka datang menjadi pelayan. Dengan wajah sempurna miliknya, tentu sang ratu akan tergila-gila.
Siluman kepala kucing mendekat, lalu mengendus tubuh Eden. Pria kecil itu pun hanya diam tak berkutik sama sekali. “Kau tak punya kekuatan sama sekali. Kau sangat lemah.”
Mereka semua sangat terkejut mendengar perkataan siluman berwajah kucing yang terkenal akurat. “Seharusnya kau tak masuk ke dalam kerajaan, Ed,” sambung siluman kepala koala terlihat iba.
Eden mengerutkan kening kembali memandangi wajah mereka yang terlihat memasang muka sendu melankolis. “Hei, aku tak seburuk itu.”
Siluman kepala kucing pun merangkulnya, “Lupakan, aku akan membawamu ke kamar sekarang.” Dia menyeret Eden menjauh dari para siluman berkepala hewan itu. “Kau harus berhati-hati di dalam kerajaan ini. Jangan sampai bertemu dengan sang ratu.”
‘Justru kedatanganku kesini untuk bertemu dengannya, mencari tahu tentang cermin kuno ajaib,’ batin Eden mendengar petuah siluman kepala kucing dengan malas.
“Ini kamarmu,” tunjuknya dengan cepat. “Dan yang itu adalah kamarku. Kita tetangga antar kamar.” Dia mendorong Eden masuk ke dalam kamarnya. “Di dalam sudah ada pakaian pelayan. Kau mandi, bersihkan dirimu yang bau itu.”
Eden mendesah-mengangguk ringan, memilih menutup pintu dnegan pelan. “Sepertinya, aku harus berhati-hati,” gumamnya menatap ke penjuru ruangan kamar yang menurutnya tak buruk.
Kalau Eden masih menyesuaikan diri, kembali ke Kelly dan Robert yang berdiri tak jauh dari pintu gerbang kerajaan yang menjulang tinggi. Gadis itu kesal, karena Eden tak kunjung keluar dari kerajaan. Robert hanya diam terus mengamati ekspresi wajahnya.
“Kenapa dia lama sekali?” Kelly mondar mandir tak jelas.
“Dia sudah masuk. Tak mungkin keluar lagi.” Robert yakin bahwa Eden bisa tinggal di kerjaan dengan baik. Lagi pula, ia berpengalaman dalam menyesuaikan diri. “Apakah kau lupa? Dia adalah pemburu siluman.” bisik nya tepat di telinga Kelly.
Dia menoleh dnegan pandangan tajam, membuat Robert tersentak kaget. “Oke, mulutku akan aku kunci rapat-rapat. Maafkan aku, Kel.”
Sumpah, Kelly kesal dengan mulut Robert yang tak pernah bisa menyimpan rahasia baik-baik. Untung saja ia cinta padanya, kalau tidak pasti tendangan dan pukulan sudah melayang begitu saja.
“Kita cari penginapan.” Gadis itu berjalan menjauh, meninggalkan Robert yang terus memanggil namanya berulang kali. “Dasar menyebalkan!” geramnya tertahan. Tiba-tiba, ia mendengar suara kuda dipacu dengan cepat. Kelly langsung minggir, tersentak kaget ketika kuda itu melaju tanpa haluan.
“Sial! Kalau menunggangi kuda sebaiknya di lapangan!” teriaknya dengan kesal. Si pemacu kuda berhenti mendadak. Para warga ibu kota pun menatap Kelly dengan pandangan aneh, saling berbisik satu sama lain.
“Apa yang salah coba?kenapa dengan mereka?" Kelly menatap sang pemacu kuda yang memakai topeng di wajahnya.
Robert yang mendengar gadis itu berteriak langsung mendekat. “Ada apa? Apakah kau baik-baik saja, Kel?” Ia menatap sekitar, merasa menjadi pusat perhatian, dan memilih menyeret Kelly menjauh pergi.
“Tunggu!” teriak si pemacu kuda dengan keras. Langkah kaki pasnagan itu berhenti sejenak. “Kalian tak semudah itu pergi dari sini.” Dia turun dengan elegan, semua warga kota hormat padanya.
“Sepertinya, kau berurusan dengan siluman yang salah, Kel.” Robert memasang wajah waspada.
“Aku tak peduli, karena dia yang memulainya.” Kelly juga hendak mengeluarkan kekuatannya, tapi ditahan oleh Robert.
“Orang awam yang tak tahu siapa diriku.Sepertinya, kalian pendatang.” Siluman bertopeng itu kian mendekat, keduanya pun menoleh satu sama lain. Keheningan pun terjadi di antara mereka. Kelly memicingkan mata, menatap siluman berjubah itu dengan kesal.
“Kita bisa menyelesaikan permasalahan ini baik-baik.” Robert yang bijak mulai menengahi pertikaian Kelly dan siluman bertopeng itu.
“Tak semudah itu.” Jubahnya berkibar dengan lambang rubah merah dibelakangnya. Itu menandakan bahwa dia bukanlah siluman biasa, bisa jadi dia adalah siluman kepercayaan ratu, itulah isi otak Robert
Bersambung