Bab 24

1190 Kata
Matahari yang mulai muncul perlahan untuk menyambut hari baru itu seakan memberi restu kepada dua pemuda yang sedang berjalan menelusuri hutan. Eden dan Mike memutuskan untuk pergi ke ibu kota sebagai pengembara dan siluman biasa. Mereka harus tampil seburuk mungkin agar siluman lain tak curiga. Mike sengaja berpenampilan buruk, sedikit kotor layaknya pengemis jalanan. Sementara Eden memakai baju lusuh. dan terlihat yang sangat lemah. Tak sulit baginya menyamar untuk misi, karena semua yang dilakukan pernah dilaksanakan di dunia manusia. “Apakah kita harus berjalan seperti ini?” Eden tak mengerti, kenapa Mike memilih sesuatu yang sulit? Padahal dia bisa membuat segalanya dengan mudah. “Aku yakin kau sangat pintar, Eden. So, kau tak perlu tanya hal yang tak penting.” Mike terus melangkahkan kakinya, begitu juga Eden. “Jika kita melakukan teleportasi, pasti kita akan cepat sampai.” “Semua butuh proses, Ed. Tak ada yang instan.” Mike tahu kalau Eden tak sabar untuk segera sampai di kerajaan. Eden menghela nafas dengan panjang, karena hidupnya yang berat. Semenjak menjadi pemburu siluman, segala hal yang dilakukan sangat mudah. Ia jadi lupa, titik terlemah dimana tak punya kekuatan sama sekali. Pria itu berpikir bahwa ujian yang dihadapinya kali ini berhubungan dengan masa lalunya. Lantas, apa masa lalu yang terkubur itu? Ia tak bisa menjawab, kecuali bertanya pada cermin aneh kuno yang tersimpan di kerajaan. “Sampai di ibu kota, aku akan membiarkanmu melakukan segalanya sendirian. Intinya kau harus berusaha keras, Ed.” Mike sengaja menekankan kata berusaha keras, agar Eden mengerti. “Tak perlu risau, aku akan berusaha sendirian.” Eden tahu diri kalau ia selalu merepotkan keluarga Kelly, jadi mulai sekarang ia tak akan bergantung kepada siluman lain. “Dengar, Eden. Jangan sampai siluman lain tahu siapa dirimu. Kau harus menyimpan rahasia itu dengan sangat baik. Aku juga ingin meminta tolong padamu, untuk mencari ayahku.” Mike tak punya pilihan lain selain meminta bantu kepada Eden. “Aku akan berusaha dengan keras.” Hidup menjadi siluman lemah, bukan berarti keinginannya juga lemah. Untuk mencapai tujuan, ia harus berkorban, dan juga harus waspada. Mengenai Gilbert, pria tua itu selalu membantunya. Dan ini saat yang tepat untuk membalas Budi pria itu. Lagi pula, ia bukan tipe orang yang tak tahu terimakasih. Semuanya pun hening setelah pembicaraan panjang lebar. Mereka pun sampai di dua bukit kembar. Terlihat jelas ibu kota di sana, dan juga kerajaan begitu megah. Eden mengira jika kerajaan dunia siluman sangat buruk, dan juga tak megah. Nyatanya semua pemikiran buruk itu hilang sudah. “Ibu kota sangat makmur. Tapi tidak dengan rakyatnya.” Mike berjalan mendahului Eden yang masih berdiam diri menatap ibu kota dari jauh. Mereka berdua terus berjalan hingga sampai di tugu perbatasan kota. Banyak para pengawal kerajaan sedang melakukan patroli. Dan mereka juga memeriksa para siluman yang keluar masuk ibu kota. Beruntung sekali, Mike sudah mempersiapkan semua yang dibutuhkan, termasuk identitas palsu. Ketika mereka melewati pemerikasaan, salah stau pengawal menaruh curiga. “Tunggu! Kau berasal dari desa rubah bukan?” Dia memandangi wajah mereka berdua satu persatu. Meskipun mereka siluman, tapi mereka juga menaati segala perintah untuk perdamaian, termasuk pembuatan identitas. “Benar,” jawab Mike tanpa ragu. Pengawal itu menatap ke arah pengawal lain, lalu mengangguk. “Kalian berdua boleh masuk, tapi jangan melakukan tindakan di luar batas.” Eden dan Mike mengangguk setuju, lalu berjalan masuk ke dalam ibu kota. Eden tak menyangka bahwa para siluman juga hidup seperti manusia pada umumnya. Hanya saja cara hidup mereka terlalu kuno, tak ada mobil, rumah mewah, uang dan juga gedung-gedung pencakar langit. “Apakah kau sudah puas melihatnya?” Mike menarik lengan Eden menjauh dari kerumunan. “Sampai disini, aku akan meninggalkanmu sendirian, apakah kau yakin akan melakukannya meskipun berbahaya?” Mata Eden menatap tajam kepada Mike. Disaat ia memiliki kemantapan, kenapa pria itu sengaja membuat ragu? Apakah dia sengaja mengujinya. “Tinggalkan aku, aku bisa melakukan dengan baik.” Mike mengangguk, “Baiklah..., jika kau butuh bantuan, gunakan ini.” Ia menyerahkan sebuah bambu kecil berukuran dua puluh meter. “Di dalam bambu ini ada laba-laba seribu kaki, dapat melakukan komunikasi jika kau membukanya.” Eden mengambil bambu itu dengan dahi berkerut, memikirkan perkataan Mike yang tak masuk akal. Saat membuka bambu, laba-la itu berjalan. “Tak masuk akal!” serunya tak percaya. Sesuatu bercahaya keluar dari balik jubah Mike, dan benar saja ketika bambu milik pria itu dibuka, suara Eden keluar-terkejut bukan main. “B-bagaimana bisa?” tanyanya heran. “Kau tak punya kekuatan untuk bertelepati, jadi bisa menggunakan laba-laba seribu kaki. Ini berlaku pada siluman lemah.” Kata-kata lemah membuat Eden berdecih ringan, merasa ia benar-benar tak bisa melakukan apapun. “Aku pergi, jaga dirimu baik-baik, Ede.” Mike menyentuh pundak Eden dengan cepat, berjalan meninggalkannya sendirian. Dia menatap tubuh pria itu sampai benar-benar menghilang dibalik kerumunan. “Dia pergi meninggalkanku.” Eden mengambil nafas panjang. Setelah ini perjalanannya untuk menjadi manusia akan dilaluinya sendirian. Ia pun berjalan melangkahkan kaki menuju kerajaan. Tidak jauh dari Eden berjalan, dua orang sedang memakai topi jerami untuk mengawasi setiap gerakannya. "Bukankah ini terlalu berlebihan, Kel?” tanya Robert bingung. “Memangnya kenapa? Apanya yang berlebihan?” Mata Kelly menyipit kala melihat Eden mulai menjauh. “Sebaiknya kita ikuti dia.” Ia menyeret lengan Robert untuk pergi dengan terburu-buru. “Jika kita berpakaian seperti ini, kita malah mencolok.” Robert merasa ditatap oleh penduduk ibu kota. “Justru karena mencolok itu, kita akan aman.” Kelly terus menyeret lengan Robert sampai mereka berhenti di depan gerbang kerajaan. Mereka melihat Eden sedang menatap gerbang itu. “Apa yang dilakukan Eden?” Kelly ingin mendekat, tapi ditarik menjauh oleh Robert karena pengawal kerajaan sedang membicarakan sesuatu. “Apakah yang mulia benar-benar akan mengangkat seorang selir?” Salah satu pengawal berkepala banteng memainkan pedangnya. “Sepertinya begitu. Ratu Irene sangat cantik, banyak siluman pria tergoda olehnya. Aku yakin, semua siluman berlomba-lomba mendapatkan perhatian,” ujar siluman berkepala sapi. “Huh..., aku tak menyukai hal ini, pengangkatan selir.” Siluman kepala banteng itu memasukan pedangnya kembali ke dalam sarung pedang. “Ada yang aneh,” Dia menatap Eden yang berdiri di depan pintu gerbang kerajaan. “Kita hampiri dia.” Mereka berdua berjalan menuju ke arah Eden. Kelly yang merasa temannya dalam bahaya pun hendak mendekat, tapi dicegah oleh Robert. “Apa yang kau lakukan, Rob?” desisnya tertahan. "Bukan waktunya kau membantu, pasti dia bisa mengatasinya.” Robert menarik tangan Kelly agar menjauh dari tempat itu. “Bisakah kita pulang, dan kau jangan terlibat.” “Kenapa? Bukankah kau berjanji untuk membantuku?” “Pikirkan situasinya, Kel? Apa yang dikatakan Mike benar adanya. Kau tak bisa membantunya. Apalagi dengan pemilihan selir? “Oh s**t! Aku tak percaya kalau Eden akan melakukan hal itu, pemilihan selir sangat tak masuk akal.” Kelly berkacak pinggang dengan kesal. “Dia tak akan melakukan hal itu, aku yakin.” Robert mengambil nafas kasar, “Bisa saja, kita tak tahu jalan pikirannya.” Mereka pun saling tatap satu sama lain, sibuk dengan jalan yang akan dilalui oleh Eden. Kelly menoleh ke arah pria yang dibicarakan. Ia takut jika temannya benar-benar melakukan hal ekstrim untuk menjadi selir. ‘Aku harap, kau bisa berpikir jernih, Ed.’ Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN