Sebuah pondok di tengah hutan yang sedikit rimbun karena dikelilingi oleh tanaman rambat. Di samping pondok itu, ada pohon beringin yang lumayan besar. Para siluman menyebutnya siluman pohon tua. Dan beberapa waktu lalu, pohon beringin itu seperti mengeluarkan cahaya emas yang menyilaukan. Setelah cahaya itu lenyap, separuh batangnya berubah menjadi perak.
Pondok yang sangat kecil itu, dihuni oleh beberapa siluman rubah. Salah satunya adalah gadis yang terus menatap ke arah rubah putih salju, Louis. Gadis itu tak percaya, dengan semua perkataan Louis.
Dan anehnya, ketika Louis menginjakkan kaki di pondok ini segala ingatan tentang Eden terekam jelas di dalam otaknya. Akan tetapi karena pribadi Louis terkesan cuek, ia mah tak peduli sama sekali. Karena tujuan utamanya adalah kembali menjadi manusia.
“So Kelly. Apa yang terjadi dengan Eden?” Pria dewasa berambut coklat sebahu itu memberikan minuman kedua bocah yang masih berhadapan satu sama lain.
“Katanya, dia adalah Louis, Mike.” Kelly menghunuskan tatapan tajam kepada Louis yang hanya acuh saja. Ia tak menyadari kalau suasana ruangan menjadi hening seperti pemakaman.
“Jaga mulutmu, Kel!” desis Mike tertahan-mengeram seperti seekor rubah yang tengah marah. Apa yang salah coba dengan nama Louis? Lagi pula di luar sana banyak Louis Black, dan tentunya dia bukan manusia yang berada di dalam tubuh Eden.
“Jangan membentak ku, Mike!” Kelly menggebrak meja-menatap Mike dengan sengit dan setajam silet. Wow, Louis hanya bersorak menonton pertunjukkan mereka. Dan ia malah mengibaskan ekornya berulang kali karena senang.
“Sudah-sudah..., jangan bertengkar. Lebih baik kita tanya Eden saja.” Seorang pria bertubuh gempal dengan rambut sebahu dan kumis yang tebal datang menjadi penengah di atara mereka.
“Dad..., Mike keterlaluan.” Kelly bergelayut manja mencari perlindungan di depan ayahnya.
“Gilbert, jangan membela bocah manja itu.” Mike membuang muka kearah lain karena tak menyukai Gilbert yang selalu membela Kelly.
“Aku tak akan memperdebatkan hal yang tak berguna.” Gilbert berjalan mendekati Louis. “Jadi, apakah kau benar adalah Louis Black? Dan di mana Eden?”
“Dia sudah mati.” Perkataan Louis terlihat tak ada beban sama sekali. Hal itu membuat Kelly meradang dan hendak memukulnya.
“Hentikan, Kelly!” teriak Gilbert memperingatkan Kelly.
“Tapi dia keterlaluan. Eden adalah temanku. Dan dia bicara gampang soal kematian. Aku ingin membunuhnya!” Mata Kelly mulai berkaca-kaca mengingat kebersamaannya dengan Eden yang cukup lama. Dan sekarang, Eden telah di ganti dengan pria bernama Louis, yang merupakan manusia.
“Tenangkan dirimu, Kel.” Gilbert mengelus rambut Kelly dengan lembut. “Mike, bawa Kelly ke kamar. Aku harus bicara dengan Eden.”
Mike mengangguk patuh, sedangkan Kelly berteriak-teriak menolak perintah Gilbert. “Jangan mengurungku, Dad!” Ia meronta ketika Mike menyeret tangannya begitu saja menuju ke kamarnya. “Dad!” teriaknya beberapa kali sampai menghilang di balik kamar.
“Kenapa dia bisa mati?” Kali ini, Gilbert berbicara dengan serius karena lawannya berbeda level, meskipun hanya rubah putih perak yang lemah.
“Di bunuh oleh wanita yang katanya ratu.” Louis berjalan mendekati Gilbert. “Aku ingin kembali menjadi manusia. dapatkan kau membantuku?”
Tak ada pilihan lain lagi untuk Louis, karena ia ingin kembali menjadi pemburu siluman dan terbebas dari sini. Sungguh, Louis tak menyukai hal-hal yang berbau siluman, apalagi kehidupan mereka.
Gilbert tampak berpikir keras mengenai permintaan Louis. “Aku harus mencari tahu, apakah jiwa Eden bisa dikembalikan atau tidak?” Itulah jawaban yang tepat untuk saat ini, tapi jawaban tersebut tak memuaskan Louis sama sekali.
“f**k!” umpat Louis dengan kesal.
“Jika aku mencoba untuk membantumu, apakah kau mau menjadi Eden untuk sementara waktu?” Terlalu bahaya bagi Louis jika identitasnya ketahuan. Para siluman diluar sana pasti akan mengejarnya. Terlebih lagi, dia adalah seorang manusia yang paling dibenci oleh penduduk siluman.
“Jadi, aku harus memakai nama ‘Eden.’ Louis tak ingin menggunakan nama yang menurutnya sangat jelek, tak sesuai dengan kriterianya. Nama adalah anugerah, dasar pemilih.
“Benar..., kau harus menggunakan namanya mulai sekarang.” Gilbert tak ingin nanti para siluman yang tahu bahwa Eden adalah Louis mulai melakukan pemburuan, dan membunuh Eden, sedangkan jiwa mereka belum kembali ke tubuh masing-masing.
Louis mengangguk pasrah, dan Gilbert senang atas jawabannya. Pria itu pun bangkit. “Ikut aku ke kolam teratai. Rubah tubuhmu kembali ke tubuh manusia.”
Inilah yang dinantikan oleh Louis, berubah menjadi manusia. Seperti apakah bentuk tubuh dan juga wajah tampannya? Ia sangat tak sabar menantikan hal itu.
Mereka pun berjalan keluar pondok, menelusuri berbagai ilalang. Louis merasa kaki kecilnya itu tak bisa di buat berjalan dengan cepat, ia sering kelelahan dan istirahat. “Apakah masih lama?” Tubuh Eden sangat lemah, sehingga ia mudah merasa letih.
“Bersabarlah..., sebentar lagi sampai.” Benar saja, kolam teratai sudah beberapa langkah lagi sampai. Louis tak sabar, lalu berlari kencang menuju ke kolam tersebut.
“Kau bisa langsung mandi.” Gilbert menggelengkan kepala merasa melihat memori beberapa ratus tahun lalu saat Eden juga berlari kencang hendak melihat tubuh manusianya. Dan tingkah itu persis Louis sekarang.
Ketika sampai di pinggir kolam, Louis menatap wajahnya di genangan air. Rubah kecil berwarna putih salju, mata biru safir, dan juga bulu yang tampak halus. Seekor rubah ini mengingatkannya pada cermin ajaib yang ada di tempat pelelangan.
“Apa yang kau pikirkan? Cepat masuk!” Gilbert mendorongnya masuk ke dalam kolam dengan cepat membuat Louis tak siap dan pernafasannya mulai berkurang.
Dengan tubuhnya yang kecil, ia tak bisa berenang. Apalagi sekarang posisinya adalah seekor hewan. Semakin dirinya berada di dasar kolam, semakin panas pula jantungnya. Rongga udara yang masuk juga semakin menipis. Kelebatan ingatan demi ingatan ia dan Eden pun menjadi satu sampai membuat kepalanya pusing.
‘Harusnya..., aku tak mengikuti saran Gilbert.’ Louis merasa Gilbert membohonginya dengan mendorongnya ke kolam teratai. Semua yang dibicarakan tadi hanya akal-akalan saja.
Tidak berapa lama, sebelum Louis pingsan dan menutup mata. Ada gelembung udara yang menyelimuti tubuhnya. Perlahan nafas itu mulai kembali lagi. Tampak cahaya putih datang dari segala raha langsung menyatu menyerbu dirinya.
Cahaya itu menyinari seluruh kolam, dan menjulang tinggi sampai ke langit. Beberapa siluman yang melihat itu langsung menatap takjub. Mereka tahu, bahwa akan ada siluman terpilih untuk menjaga perdamaian. Gilbert yang melongo mulai sadar, bahwa takdir Louis memang sudah di garis kan oleh sang dewa.
Cahaya itu pun mulai meredup. Burung-burung yang semula tidak pernah berkicau kini mulai berkicau karena senang segala penantian mereka tiba. Sementara sang ratu yang duduk di singgah sana mulai goyah dengan ramalan yang beberapa ratus tahun lalu.
Sang penasehat hukum tak tinggal diam, memulai memberi sugesti positif untuk ratunya. “Anda jangan khawatir. Saya akan mengutus siluman terhebat untuk mencari keberadaan siluman terpilih itu.” Bukan sanjungan, tapi tebasan tepat di leher yang di terima oleh sang penasehat. Para bawahan langsung bersujud ketika melihat amukan sang ratu.
Padahal, dia berusaha keras untuk menjadi abadi agar tidak terbunuh oleh siluman yang di ramalkan lima ratus tahun lalu. “Siapa sebenarnya siluman yang dimaksud oleh peramal itu?” geramnya tertahan.
Bersambung
Ramaikan lapak guys... aku nantikan. heheheh