Bab 4

1379 Kata
Seperti anggota lain bilang, Louis adalah sosok yang keras kepala dan temperamental tinggi. Pria itu tak akan pernah menyerah hanya karena kekuatannya di lampaui oleh manusia maupun siluman. Sosok inilah yang mampu membuat James begitu hormat dengan segala tindakannya. James pun memilih mundur beberapa langkah ke belakang untuk melihat maha dahsyatnya kekuatan Louis yang merupakan pemburu siluman nomor satu di Kanada. Sungguh ini merupakan momen yang sangat mengejutkan, dan juga mendebarkan sekaligus menakjubkan. Louis terbang di udara, dengan sinar keemasan keluar dari tubuhnya. Tulisan kuno terlarang itu pun menjalar dan tertempel di atas kulit pria itu. Ia meringis kesakitan, namun di tahan. Cincin dan pedang itu pun menjadi satu, dan berubah menjadi senjata hebat yang belum pernah di lihat oleh James. Sebuah trisula emas yang sangat runcing, mampu memenggal kepala siapa saja yang lewat. Siluman pohon tua itu tersentak kaget ketika melihat senjata itu hendak terbang ke arahnya. Ia pun mengeluarkan tameng tak kasat mata untuk melindungi tubuh utama yang dimiliki. Namun, sayang seribu sayang tameng itu hancur satu persatu akhibat trisula yang terus menghunus ke arahnya. “Jika kau membunuhku. Aku akan mengutuk mu!” teriak siluman pohon tua dengan suara menggelegar, diikuti dengan kilatan-kilatan petir yang terus menyambar. James merasa gelisah ketika melihat langit yang terus saja bergemuruh di tengah indahnya bintang yang berkelap-kelip. Saat trisula itu menembus siluman pohon tua, suara petir menyambar hebat. Cahaya merah delima langsung menembus ke arah tubuh Louis. Siluman itu, ternyata mengeluarkan kekuatan terakhirnya untuk mengutuk Louis. Tubuh pria itu pun terangkat di udara, dan berteriak kesakitan. “Dengarkan aku, yang akan menjadi dewa! Jiwamu akan terpisah dari ragamu. Dan kau tak akan bisa kembali ke dalam tubuhmu sendiri. Jasat mu akan hancur seketika.” Suara siluman itu terus menggema di udara, sampai tubuhnya benar-benar menghilang karena cahaya emas tersebut. Louis terus saja berteriak ketika merasakan tubuhnya yang sangat panas seakan kulitnya mengelupas. James langsung terbang ke udara, di bantu oleh sulur rantainya. Sayang seribu sayang, saat ia hendak menyentuh pria itu, yang ada tubuhnya terpental jauh sampai menabrak beberapa pohon hingga pingsan, dan terluka berat. “Arrrggggghhhhhh!” teriak Louis menggema di udara. Semua siluman yang mendengar teriakan pria itu pun ikut merasakan sakit luar biasa sampai keluar darah dari gendang telinga. Mereka pun memilih pergi, menjauh dari hutan keramat sebab pelindung hutan juga sudah tiada. Bunyi petir yang terus menyambar itu sampai ke dunia siluman. Saat itu juga, seorang pemuda keturunan rubah di jadikan tumbal untuk sang ratu. Jiwa rubah putih itu di masukkan ke dalam botol, lalu tubuhnya di buang ke tumpukan mayat. Para tetua itu pun bersorak ketika mendapat sesuatu yang diinginkan, begitu pula sang ratu. Dari jauh, ia terbang ke udara dan langsung memangsa jiwa rubah putih yang ada di botol. “Sayang sekali, jiwamu sangat nikmat. Dan kau harus mati sia-sia.” Ratu itu menatap ke arah manusia yang telah berubah menjadi rubah putih kecil. Dia memberikan sebuah bunga mawar merah sebagai tanda pengabdian. “Terimakasih, sudah memberikan semuanya dengan percuma. Kau akan mendapatkan kebaikan dari sang pencipta.” Ratu dan anteknya langsung pergi meninggalkan persembahan tersebut. Sedangkan untuk Louis yang terus kesakitan, karena tubuhnya terurai begitu cepat. Pria itu diantara hidup dan mati, sampai tubuhnya benar-benar lenyap, dan jiwanya terbang di udara tanpa arah dan tujuan. Jiwa itu pun masuk ke dalam ruang dimensi, dan menerobos ke dalam dunia siluman. Jiwa yang berbetuk seperto bola putih keemasan itu terus menjelajah sampai ke tempat di mana rubah kecil tergeletak tak bernyawa. Akhirnya, jiwa Louis pun masuk ke dalam rubah itu dengan cepat. Cahaya keemasan pun bersinar sampai di langit. Rubah putih perak tersebut melayang di udara, dan kemudian tertidur lagi. Tak ada yang mengetahui kejadian itu, kecuali para pohon, dan juga burung biasa. Dan beberapa saat kemudian, rubah itu mulai membuka kedua matanya perlahan. ‘Dimana ini?” tanya Louis sedikit keheranan. Ia merasa berada di sebuah sumur dengan bau busuk yang menyengat. Matanya pun menatap ke arah setangkai bunga mawar yang tak disukainya. ‘Cih, menyebalkan.” Louis hendak meraih bunga itu untuk di buang, tapi tangannya tak bisa di gerakkan. Ia pun hendak berteriak, tapi yang keluar adalah suara binatang. ‘Apa-apaan ini!” seru Louis tak percaya. Ia pun mengangkat tangannya, dan terkejut melihat tangan kecil berbulu berwarna putih. ‘Sial! Ini mimpi ‘kan?’ ia pun berlari untuk menjauh dari bau busuk tersebut. ‘Oh god! Pantas saja bau, mereka tumpukan mayat busuk.’ Louis berlari menuju ke arah genangan air untuk melihat rupa aslinya. Bola matanya terkejut melihat bayangan seekor rubah putih kecil yang sangat aneh menurutnya. ‘Jangan bilang kalau kutukan siluman itu menjadi kenyataan.’ Dari segala hal yang dibenci Louis adalah kesialan dalam hidupnya, dan kini ia malah lebih sial dari nasib buruk. Bayangkan saja, menjadi seekor hewan yang tak dapat bicara, dan berakhir di tumpukan mayat. ‘f**k! Kembalikan tubuhku!’ Ia berteriak, tapi suaranya khas hewan rubah. Sungguh sangat menyebalkan bukan? Louis tak terima, wajahnya yang tampan rupawan harus berubah menjadi hewan tak beradab. ‘Kau benar-benar tak adil padaku. Aku bahkan membasmi siluman untuk perdamaian umat manusia.’ Louis terus saja mengoceh ala suara binatang. “Berisik! Kau membuat telingaku tuli, Eden.” Seorang gadis belia terjun ke lubang mayat itu. “Busuk sekali! Untung aku mendengar suaramu yang nyaring itu.” Eden, dirinya? Siapa Eden? Louis tak mengerti dengan percakapan gadis belia itu. Sumpah, ia terlihat cengo dan bingung mengenai situasinya saat ini. “Eden,” panggil gadis itu merasa cemas, sebab Eden terlihat aneh di depan matanya. Tak ada lagi hal yang dilakukan selain mendekat. “Apakah kau baik-baik saja?” Tangan itu hendak meraih rubah putih itu, tapi Louis langsung mundur beberapa langkah ke belakang. Kaki bagian belakang tak sengaja menginjak air, sontak ia memilih berbalik arah untuk melihat rupanya saat ini. Bukan terkejut lagi, melainkan syok yang tiada duanya. Louis langsung berteriak nyaring, tapi tetap saja yang keluar adalah suara hewan, dan lebih parahnya lagi, ia menjadi seekor rubah putih yang sangat kecil. ‘Tidak....!’ teriak Louis dengan nyaring, membuat gadis yang ada di belakangnya itu menutup gendang telinganya. “Bisakah kau diam? Para pengawal kerajaan akan datang kalau kau berteriak keras seperti orang kesurupan.” Dia mendekat menyentuh bulu Louis. “Dengar, Eden. Aku akan memberimu sedikit kekuatan spiritual agar kau bisa bicara. Dilihat dari kondisi tubuhmu, kau sangatlah lemah.” Para siluman butuh energi untuk hidup, dan energi itu di dapat dengan menyerap hawa esensi manusia. untuk itu, mereka selalu saja menerobos celah dimensi untuk mencari hawa esensi negatif dari manusia. Terkadang banyak sekali para siluman yang serakah, dan mulai melakukan banyak cara untuk mendapatkan hawa esensi lebih dari seharusnya. Untuk itu, para pemburu siluman selalu mengejar mereka. Setelah mendapatkan sedikit kekuatan, Louis mulai membuka suaranya kembali. “Aaa... aaaa,” kata itulah yang keluar dari mulutnya. “Aku bisa bicara kembali.” Wajah senangnya terlihat jelas di mata gadis itu. “Kau memang spesial, Eden.” Gadis itu menggendong rubah yang masih gembira karena suaranya kembali. “Aku bukan Eden.” Dia turun dari gendongan gadis itu. “Aku Louis, bukan Eden.” Dia harus bicara terus terang agar gadis itu tak memanggilnya Eden. “Jangan bercanda, kalau bukan Eden, siapa dirimu. Kau Eden, rubah putih salju yang langka, tapi lemah.” Gadis itu sedikit mengejeknya membuat Louis benar-benar ingin membunuh detik ini juga. “Aku bukan Eden! Dasar bocah tengik!” Louis mencakar betis gadis itu dengan cepat sampai mengeluarkan darah. “Jangan bercanda, Eden!” Gadis kesal ketika darahnya mengalir begitu saja. “Aku tak bercanda!” Louis tak kalah berteriak untuk membenarkan perkataannya. Wajah gadis itu mendadak mulai berubah, bukan kegembiraan melainkan kesedihan. Dia Eden, sahabatnya sejak masih dalam kandungan harus berganti dengan rubah yang tak tahu asal usulnya. “Kau jelas Eden. Kalau bukan Eden, siapa dirimu?” “Aku Louis. Louis Black. Kau pasti sudah pernah mendengar namaku.” Gadis itu tersentak ketika mendengar nama Louis di ucapkan oleh rubah kecil itu. Tak mungkin Eden meninggal dengan cepat. Tunggu dulu! Tumpukan mayat! Eden ada di atas tumpukan mayat dengan kehilangan banyak energi. “Ratu kejam itu!” geram gadis tersebut sambil meneteskan air matanya. Bagaimana bisa, dia melakukan hal keji untuk memperoleh keabadian semata. Ia tak bisa menerima hal ini begitu saja. ‘Aku harus mengembalikan Eden kembali.’ Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN