Adam meraih bingkai foto di atas nakas. Ia menatap dua orang dewasa yang berdiri berdampingan dengan mesra. Keduanya nampak bahagia. Adam mengenali foto wanita itu. Wanita yang sama yang tadi hampir menyentuhnya. Jika benar dia ibunya, maka laki-laki tampan berparas eropa di sampingnya adalah ayahnya. Tapi benarkah dia sudah tiada. Tidak ada siapapun yang membicarakannya.
Pintu kamar terbuka. Frans masuk membawa kotak berukuran sedang di tangannya. Kemudian ia duduk di pinggir dipan. Menunggu Adam yang meletakkan kembali figura yang diambilnya di atas nakas.
"Sejak kecil kalian semua mengasuhku bukan. Dan hari ini ada banyak pertanyaan di benakku setelah kejadian barusan. Apakah kalian semua masih mau merahasiakannya dariku? " tanya Adam dengan aksen datarnya. Hampir tanpa emosi.
"Jika wanita itu ibuku. Kenapa ia bersikap seperti itu. Jika benar aku anaknya kenapa dia tertarik padaku layaknya seorang kekasih?" Lanjut Adam. Tapi Frans tak bergeming. Matanya menatap sayu menembus jendela di depannya. Ia bingung antara tetap merahasiakan atau menceritakan yang sesungguhnya. Adam berbalik menatap kesal ke arah Frans yang seolah membatu di tempat ia duduk.
"I... Ini handphone kesayanganmu. Kunci mobil. Dompet lengkap dengan kartu dan uang di dalamnya. Mungkin kau sudah bisa masuk ke sekolah mulai besok," ucap Frans dengan cepat mengeluarkan isi barang dari dalam kotak. Sementara Adam marah mengetahui fakta bahwa Frans hendak mengalihkan pembicaraan.
"Jika aku godness seperti yang kau bilang. Kuperintahkan kau mengatakan yang sebenarnya padaku. " Titah Adam.
Frans langsung menekuk lutut.
"Ampun tuan, kami lakukan semua ini demi kebaikanmu."
"Kebaikan apa yang kau bicarakan. Apa tujuan kalian sebenarnya?" tanya Adam merasa frustasi dengan segala rahasia tentang dirinya.
"Kami hanya melaksanakan titah tuan Druf, ayahmu. Agar engkau hidup selayaknya manusia dan terputus dari dunia vampire," ucap Frans.
"Omong Kosong. Keluar. " Pinta Adam. Ia merasa emosinya akan meledak.
"Tapi tuan." Frans tidak terima. Ia takut terjadi apa-apa.
"Keluar kataku!" Bentak Adam. Akhirnya Frans keluar.
Adam terduduk di lantai. Jika boleh memilih ia tidak ingin mengingat apa pun. Tapi ketika semua ingatannya kembali dan mendengar ada yang berkata agar ia hidup selayaknya manusia. Ia sungguh merasa muak. Bagaimana mereka mengerti perasaannya. Rasanya sakit setelah mengetahui kebenaran jika dirinya seorang vampire. Hidupnya tidak normal. Punya ibu tapi tidak pernah di sampingnya. Punya keluarga. Tapi tidak sehangat keluarga teman-temannya yang lain. Dan sekarang ia terlahir sebagai vampire yang ketergantungan terhadap darah di saat vampire di sekitarnya tidak lagi meminum darah. Bayangkan saja bagaimana marah dan frustasi dirinya mendengar wasiat ayahnya yang ingin dirinya hidup selayaknya manusia. Sedangkan dirinya tidaklah sama dari manusia pada umumnya.
Adam menangis. Cairan kental darah mengalir dari kedua matanya. Ia meraihnya sambil tiduran di lantai. ia memerhatikan cairan itu. Bahkan air matanya pun adalah darah. Bagaimana mungkin ia bisa hidup layaknya manusia.
*****
Jay mengintip Adam dari balik pintu. Sudah dua hari ia tidak keluar kamar. Bahkan ia menolak semua orang masuk ke dalam kamarnya. Apa sebenarnya yang terjadi. Sejak selesai memasak di dapur dan mendengar keributan di ruang tengah. Ia tak melihat Adam sama sekali. Jujur ia hawatir. Bertanya pada Tuan Frans pun percuma. Ia hanya diam tiap ditanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Padahal dialah satu-satunya orang terakhir yang memasuki kamar Adam.
"Jay. " Seseorang menepuknya dari belakang. Jay menutup pintu dengan pelan.
Samuel menatapnya. Kemudian ia memberi isyarat untuk turun ke bawah. Sesampainya di ruang tamu. Brian dan Frans sudah menunggu. Jay pun duduk. Diikuti Samuel yang duduk di tempat berlawanan.
"Jay, jujur. Kami belum begitu mengenalmu. Siapa keluargamu dan lain-lain. Tapi kami tahu kau sangat perhatian dan peduli pada Adam. Oleh karena itu kami juga mau meminta tolong. Bantulah kami menjaga Adam. Terutama dari manusia berjenis perempuan. Melihat peristiwa dua hari yang lalu. Bahkan ibunya sendiri pun tidak bisa dekat dengannya. Kami masih meneliti apakah ada hubungannya dengan masa lalu. Atau ini hanya pengaruh karismanya saja. Jadi untuk sementara bisakah kami percaya padamu? " tanya Samuel.
Jay mengangguk. Dan lagi sebenarnya ia tahu apa yang mereka maksud dengan masa lalu. Karena Tuan Druf sudah menceritakannya. Tapi ia tidak bisa menceritakan bahwa sebenarnya ia adalah mata-mata yang dikirim Tuan Druf untuk mengawasi Adam.
"Baiklah kalau begitu. Kami bertiga akan bertemu Dr. Tony. Jadi jangan sampai pintu itu dibuka siapa pun. Termasuk Adam. Itu pintu menuju tempat nyonya Elena. Mereka berdua tidak boleh bertemu. "
Jay mengangguk. Ia mengantar ketiganya kepintu. Selepas kepergiannya Jay duduk kembali ke sofa. Menghela napas berat. Apa yang harus ia laporkan kepada Tuan Druf, kondisi semuanya sedang tak bagus. Pikirannya berkecamuk hingga tanpa sadar ia terlelap. Di saat itulah seseorang lewat di sampingnya membuka pintu tanpa suara kemudian menyelinap keluar.
Sementara di tempat lain Dr. Toni bersama ketiga tamunya yang tak lain adalah Samuel, Frans dan Brian tengah menatap layar besar dihadapan mereka tanpa berkedip. Film pendek yang mereka tonton adalah kiriman dari bawahan Dr Toni yang berhasil melakukan penelitian di sebuah pulau tentang obat yang sangat dibutuhkan di dunia vampir. Setelah film selesai. Lampu kembali hidup seperti sedia kala.
"Sebenarnya aku masih ragu kau mau bergabung dengan kami. Bukannya awalnya kau sangat menentang kami. Bahkan dengan beraninya kau membiarkan tuan Adam dibawa kaum vampir s****n itu," geram Samuel.
Dr. Toni menghela napas. Ia memijit kepalanya yang amat pening.
"Jujur. Sebenarnya aku memang masih menentang kalian. Karena kupikir bukankah kaum kita butuh kehadiran sang Godness. Para raja vampire berebut kekuasaan, dunia vampire saat ini kacau balau," tutur Dr. Toni dengan jujur. Hal itu tampak dari raut wajahnya yang terlihat pasrah.
"Lalu. Apa yang membuatmu berubah untuk berada di pihak kami. Bukankah itu semakin terlihat mencurigakan," ucap tegas Brian dibenarkan oleh Frans.
"Ini kulakukan demi anakku," jawab Dr. Toni singkat.
"Hari?" tanya Frans.
"Ya. Dia anakku satu-satunya. Malam itu dia berkata padaku. Ayah, andaikan aku terlahir sebagai vampir seperti ayah. Apa yang akan ayah lakukan, Aku menjawab, tentu saja ayah akan berusaha sekuat tenaga dengan kekuatan pengetahuan akan mengubahmu menjadi manusia. Kemudian dia berkata lagi, aku rasa begitupula yang sedang diperjuangkan ayah Adam. Maukah Ayah membantu mereka demi aku? Aku sempat menolak namun akhirnya aku mau melakukannya. " Dr. Toni menunduk.
"Jadi benar Hari itu anak kandungmu? Bagaimana bisa. Harusnya dia vampire. Apa sebenarnya yang kau sembunyikan dari kami? Katakan sejujurnya. Atau kubawa Hari dan kujadikan bahan penelitian." Samuel semakin geram.
"Tidak.Jangan. Aku menyembunyikannya karena tidak mau ia dijadikan bahan penelitian. Lagi pula itu tidak perlu kalian lakukan. Karena aku sudah memperlihatkan kenapa Hari terlahir sebagai manusia. "
"Apa maksudmu?" tanya Frans dan Samuel berbarengan.
"Pulau yang kalian tonton itu adalah pulau dimana Hari lahir. Ya anakku lahir di sana. Pulau itulah kunci dari semuanya. Jangan lakukan apapun pada anakku. Kumohon. Aku sudah berjanji kepada mendiang ibunya untuk tidak menyakitinya. Dan aku akan berjanji pada kalian akan membantu. Lagipula dia kan Sang Godness, jadi tidak ada salahnya aku menyerahkan hidupku padanya. "
"Baiklah. Aku percaya padamu.. "
Tepat di saat Samuel mengatakan itu. Sebuah mobil lamborgini terbaru melewati jalan di depan rumah Dr.Toni. Mendadak saat mobil itu melintas d**a mereka terasa sesak.
"Akhhhh... Aura macam apa ini. Rasanya aku tidak bisa bernapas," seru Frans. Saking skitnya ia sampai jatuh ke lantai dengan tangan memegang d**a.
"Ini seperti aura Sang Godness. Lebih tepatnya aura kematiannya," ucap Dr. Toni.
"Apa? Jangan-jangan__ "Samuel langsung meraih handphone-nya dan menekan nama home yang tertera di layar.
'halooo'
Terdengar suara di sebrang.
"Jay, cepat cek kamar Adam!! " ucap Samuel dengan suara tercekat.
****
Adam melaju dengan kecepatan tinggi. Hingga sampai di tol. Jalanan begitu lengang. Entah mengapa begitu sepi. Kesempatan itu tidak ia sia-siakan. Ia melaju dalam kecepatan di luar batas. Namun tak di sangka ada seseorang berdiri di depannya. Seolah ia menunggu kedatangannya. Hingga....
Brak.
Mobil bagian depannya menghantam sesuatu. Tidak bukan sesuatu. Tapi tangan orang yang menunggunya menahan laju mobilnya. Hingga bagian depannya hancur. Kacanya pecah dan mobil bagian belakangnya terangkat. Kemudian dengan satu hentakan. Mobilnya melayang di udara. Kamudian jatuh di kawasan luar jalan tol yang berisi tumbuhan dan tanaman liar. Mobil adam jatuh terbalik. Dengan sisa kekuatan Adam merangkak keluar. Dengan jelas ia melihat orang itu melangkah mendekat. Dari baunya ia tahu orang itu vampire.
"Siapa kau hah! Beraninya menggangguku!" geram Adam.
"Aku. Bukankah kau ingin mati?. Aku malaikat kematianmu. Namun sebelum itu darahmu harus kuhisap agar aku bisa kuat dan menguasai dunia," ucapnya seraya menyerang Adam.
Meski Adam tak siap. Tubuhnya otomatis memasang tameng hingga membuat orang yang menyerangnya terpental hingga jatuh tersengkur. Orang itu bangkit. Seraya tersenyum ia mengusap darah di sudut bibirnya.
"Tidak sia-sia aku mencarimu hingga ke negara ini. Jadi kabar yang tersiar itu benar. Bahwa kau memng Sang Godness. Jadi aku tak perlu menghisap darah ayahmu lagi. Hahahah,."
Adam terdiam. Mengapa orang di depannya menyebut nama ayahnya.
"Tapi tak kusangka. Godness tersohor itu malah ingin mati. Hingga auranya tersebar kemana-mana. Tapi itu justru bagus buatku. Dengan begitu aku bisa menemukanmu. Dan menangkapmu. Hyaaaa." Lelaki berambut panjang dan pirang itu langsung menyerang kembali bukan dengan tangan kosong tapi tenaga dalam.
Seperti biasa, Adam bisa mengelak dan menahan serangan demi serangan. Namun kekuatannya masih belum stabil dan lemah karena dua hari ini ia tidak menghisap darah. Pertarungan mereka hampir seimbang. Hingga sebuah tenaga dalam berhasil menghantam Adam. Hingga ia terpental dan jatuh ke dalam truk yang melintas di jalan. Orang yang melawan tidak mengejar. Mungkin suasana jalan yang kembali ramai. Dan pihak berwajib yang datang memeriksa kecelakaan mobil Adam yang meledak tak begitu lama saat ia jatuh dalam truk tadi.
Adam mengusap darah yang merembes di lengan bajunya. Ia merasa agak pusing dan.......
GELAP