Keesokan harinya. Hari di jalani seperti biasa. Anggara yang baru saja dapat masalah lagi demgan papanya. Dia meluapkan emosinya di lapangan basket. Bermain basket dengan penuh emosi.
Meski Anggara sangat jagi dalam hal footsal. Tetapi dia juga sangat lihat bermain basket. Namun hanya kaena ingin gabumg bersama teman-temannya. Anggara memilik masuk ke club footsal.
"Anggara?" sapa seorang wanita yang sangat lembut khas miliknya.
Mendengar suara itu, Anggara hanya diam. Dia meneruskan emosinya bermain basket sendiri. Meluapkan emosinya. Hingga padangannya tertuju pada seorang wanita yang sedang melamun sendiri memikirkan ibunya yang masih terbaring lemah. Dia duduk di tempat duduk penonton. Dengan wajah muram tanpa senyum terlintas di bibirnya.
"Anggara, kamu mau minum?" tanya seornag wnaita yang entah sejak kapan dia sudha berdiri di sampingnya, membawakan minuman dingin di tangannya.
"Kamu duduk saja, nanti aku akan minum." ucap Anggara tanpa menatap ke arah Sella.
Sella tersenyum tipis. "Okelah. Tapi kamu cepat sudahi marah kamu." ucap Sella.
"Ga, ayo kita.." Sella mencoba meraih tangan Anggara, namun dia hanya bisa menghela napasnya kesal, tanpa sadar Anggara sudah berjalan mendekati Nayla dengan ke dua tangan memainkan bola basketnya.
Sella menggeram kesal, dengan ke dua tangan mengepal sangat erat, menatap tajam ke arah Nayla.
"Awas saja jika kamu berani mengganggu calon tunanganku," gumam Sella penuh percaya diri, menarik satu sudut bibirnya sinis.
Kenapa dia semakin dekat dengan wanita itu. Apa mereka jadian? Atau.... Awas saja kalau memang benar.
Sella menghentakkan kedua kakinya kesal, berjalan menuju ke kursi yang lumayan jauh dari lapangan basket agar dia bisa melihat apa yang di lakukan Anggara dengan Nayla.
--------
Anggara hanya diam, dia tersenyum tipis terlintas dalam benaknya cara untuk membuat wanita di depannya tersenyum.
"Aku tidak suka melihat kamu cemberut," ucap Anggara lirih. Sella yang mendengar suara itu, pandangan matanya tertuju pada Nayla yang duduk sendiri.
"Kamu sedang apa?" tanya Anggara menghilangkan keheningan.
Sella mengangkat kepalanya, menyipitkan matanya melihat sosok laki-laki tampan itu di depannya.
"Aku lagi bosan," ucap Nayla menunduk.
Pasti ada yang dia sembunyikan. Tetapi, kenapa dia tidak mau cerita padaku. Apa memang dia lagi sedih tentang ibunya. Anggara menggumam dalam hatinya. Menatap detail setiap wajah Nayla yang tertunduk lesu.
"Mau ikut aku main?" tanya Anggara.
Nayla mengangkat keoalanya untuk yang ke dua kalinya. Menyipitkan matanya. "Apa katamu? Main apa?"
"Basket," jawab Anggara menarik ke dua alisnya bersamaan.
"Tapi aku gak bisa,"
"Aku yang akan ajarkan kamu nanti,"
"Tapi..."
"Sudah ayolah, sekali saja."
"Emm... boleh juga,"
Anggara mengulurkan tangannya ke depan, dengan senyum tipis yang terukir di bibirnya.
Nayla menerima uluran tangan Anggara, dan kemudian berjalan menuju ke lapangan basket.
Mereka mulai bermain, saling merebut bola. Sembari tersenyjm samar, Nayla mencoba mengambil bola di tangan Anggara. Nayla melabfkahkan kakinya ke depan lebih dekat, membaut ke dua mata mereka saling rertuju dalam diam kesekian detik.
Kenapa aku merasa dia sangat cantik di saat tersenyum. Seandainya aku biaa memilikinya Tetapi itu tidak akan mungkin. Aku benci dneganya. Dan hanya gari ini saja aku menci a menghiburnya
Nayla mengambil bola basket di tangan Anggara.
"Kalau main jangan melamun," ucap Nayka, mendribel bola, dan mulai melemparnya bak pemain profesional.
"Ternyata kamu jago juga? " ucap Anggara tersenyum tipis.
"Gak juga," Nayla mulai memainkan bolnya lagi, dengan sigap Anggara meriah bola itu, dan. Bruukkkk..
Tubuh mereka bertabrakan, dan terjatuh tepat di tengah lapangan basket, tubuh Anggara tepat di atas tubuh Nayla, ke dua mata mereka tertuju ke sekian kalinya. Membuat banyak pikiran berkecamuk dalam dirinya.
Deg! Deg!
Detak jantung mereka saling berpacu,
Kenapa aku merasakan detak jantung Nayla yang begitu cepatnya. Apa aku bisa merasakan perasaannya juga. Gumam Anggara, dengan pandangan seakan tidak mau pergi dari tatapan dalam Nayla di bawahnya.
Nayla menunduk, tersipu malu. Sektika dia mengjapkan matanya, di saat melihat tangan Anggara mendarat tepat di ke dua boobs miliknya.
"Waaaa......" teriak Nayla melompat berdiri seketika. Dia memeluk tubuhnya, berjalan mundur ke belakang was-was.
"Dasar m***m!" umpat Nayla.
Anggara yang kikuk, dua menatap tangannya sekilas. Ia masih belum percaya dengan apa yang dia pegang tadi. Pantas saja detak jantungnya terasa sangat dekat dengannya.
"Jangan cari kesempatan, ya!" ucap Nayla menjamkan pandangan matanya.
Anggara beranjak berdiri. "Eh.. Bentar! Jangan salah paham. Aku tadi tidak sengaja, benar-benar gak sengaja." ucap Anggara mencoba mendekat, dan wanita itu semakin mundur ke belakang.
"Jangam mendekat," ucap Nayla, mengulurkan tanganya ke depan.
Anggara mengerutkan ke dua matanya. Pandangannya tertuju apda siku Nayla yang mengeluarkan darah segar.
"Bentar.." Anggara berjalan mendekati Nayla, meraih tangannya, menariknya hingga masuk ke dalam dekapan tubuhnya. Nayla mendongakkan kepalanya menatap dekat wajah tampan Anggara ke sekian kalinya.
Banyak pertanyaan muncul di otak Nayla, seakan membuat mulut dan tubuhnya terbungkam tanpa gerakan. Hatinya merasa berada dalam zona nyaman di dalam dekapan hangat tubuhnya.
Beberapa detik mereka saling menatap, Nayla mencoba menyadarkan pikirannya dengan segera. Dia mendorong keras tubuh Anggara dalam dekapannya.
"Apa yang kamu lakukan? Jangan macam-macam lagi denganku!" ucap Nayla mengingatkan. Melebarkan kelopak matanya.
"Aku tidak akan macam-macam dnegan kamu," jawab anggara mencoba meraih tangan Nayla lagi. Dengan cepat Nayla menarik tangannya ke belakang.
"Mau apa lagi,"
"Tangan kamu terluka,"
Wanita itu menatap ke tangan kirinya yang memang dari tadi terasa sangat perih.
"Aku antar kamu ke ruang UKS." Anggara memegang tangan Nayla, menariknya berjalan cepat.
"Gak usah! Aku bisa jalan sendiri."
Tanpa banyak bicara, Anggara mengangkat tubuh Nayla ala bridal style berjalan menuju ke ruang Uks. Tanpa perdulikan banyak mata yang menatapnya. Termasuk dengan Sella yang dari tadi tubuhnya terasa panas melihat apa yang mereka lakukan di lapangan basket. Tidak hentinya Sella mengumpat dalam hatinya dengan ke dua tangan mengepal erat .
"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Raka duduk di samping Sella.
Sella hanya menoleh sekilas, lalu kembali lagi menatap Anggara yang menggendong tubuh Nayla pergi. Dan Raka seketika tersenyum kecil melihat mereka.
"Kamu cemburu?" tanya Raka.
Sella menoleh cepat. "Ya, jelas aku cemburu. Wanita mana yang tidak cemburu jika pacarnya dekat dengan wanita lain. Bahkan lebih perduli dengan wanita lain. Sementara pacarannya sendiri di abaikan." jelas Sella menggebu meluapkan semua perasannya penuh kekesalan.
"Aku paham, tetapi kamu tidak pantas untuk terluka,"
Sella mengerutkan keningnya bingung. "Maksud kamu?"
"Kamu tidak pantas disakiti, harusnya dia sangat bodoh sudah menyakiti wanita cantik seperti kamu."
Sella beranjak berdiri, dia mulai paham dengan yang di katakan Raka. "Maksud kamu apa?" tanya Sella kesal.
"Pikirkan saja!!" Raka beranjak berdiri, dia menepuk bahunya, dan beranjak pergi meninggalkan Sella sendiri.