Alvar menaikkan sebelah alisnya, matanya menatap aneh pada Aluna yang sedari tadi hanya diam sejak kepulangannya dari tempat bu Helen.
Bahkan ia ajak berbicara pun, tanggapan Aluna hanya diam atau menggerakkan kepalanya. Alvar lama-lama kesal jika terus seperti ini
"Kamu ini kenapa Aluna?" Tanya Alvar lelah
Aluna menatap Alvar datar, lalu menghembuskan nafasnya berat sembari menyandarkan tubuhnya pada sofa. Aluna merasa bimbang mengenai keputusan yang akan dia ambil, apakah ini yang terbaik atau terburuk di hidupnya, Aluna tidak tahu
"Sepertinya sosok itu juga mengincarku." Tutur Aluna ragu
Alvar mengerutkan keningnya bingung, beberapa detik kemudian Alvar membulatkan matanya menatap Aluna
"Jangan bilang, sosok yang bersama dengan Aldrich?" Tebak Alvar
Aluna menganggukkan kepalanya. Ia merasa aneh, mengapa sosok itu merasa terancam dengan kehadirannya? Padahal di pertemuan pertama mereka, ia tidak melakukan apapun yang menganggu ketenangan sosok itu. Ia bahkan langsung pergi setelah tanpa sadar menunjuk sosok itu
Keningnya berkerut, lalu menolehkan kepalanya menatap William yang duduk di sofa tunggal di hadapannya. Aura rumahnya tiba-tiba berubah dalam sekejap, jantung Aluna berdetak kencang. Aluna menatap sekeliling
Alvar yang tengah menaiki tangga pun semakin membuat Aluna bingung. Di matanya, Alvar tengah berjalan dengan rambutnya yang sangat panjang hingga menyentuh lantai. Bau melati bercampur dupa membuat bulu kuduknya merinding
Apa kakaknya tadi pulang tidak langsung membersihkan tubuhnya? Dan darimana kakaknya tadi? Sehingga ada sosok yang mengikutinya hingga masuk ke dalam rumah
William menatap kepergian Alvar sembari mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Pantas saja, saat pertama kali ia masuk tadi, aura rumah ini terasa berbeda. Seperti ada yang datang tanpa diundang dan ternyata memang benar ada
"Aluna, tanyakan pada Alvar. Darimana dia tadi." Ujar William
Aluna menganggukkan kepalanya. "Iya, tapi kita lihat dulu. Kayaknya kak Alvar sedang mandi, kalau sudah mandi dan sosok itu masih mengikutinya. Maka kita yang harus bertindak." Balas Aluna
Mereka pun memilih berbicara di sofa tanpa ada niatan untuk pindah. Beberapa jam kemudian, Alvar tak turun lagi. Membuat Aluna penasaran dan memilih untuk menemui Alvar di kamarnya
Kikikikikik
Aluna membeku, terdengar suara tawa saat ia ingin membuka pintu kamar Alvar. Dengan cepat, ia pun membuka pintu itu dengan sedikit kasar membuat Alvar yang berada di dalam ikut terkejut
"Kak Alvar, ngapain?" Tanya Aluna bingung
Mendapati Alvar berdiri di sudut lemari dengan tatapan kosong namun masih sadar. Alvar nampak bingung dan menatap Aluna sembari menggaruk rambutnya pelan, seketika pikiran Alvar kembali sepenuhnya
"Emangnya, kakak ngapain?" Tanya balik Alvar
Sosok itu berdiri tepat di atas Alvar, terlihat seolah Albar tengah menggendong sosok itu. Wajah sosok itu terlihat tidak senang dengan kedatangan Aluna, wajah yang hancur membuat Aluna berkali-kali menggumamkan doa di hatinya
Dia harus berani, karena sosok ini menganggu kakaknya
Menghela nafas, Aluna pun tangan menarik Alvar agar duduk di atas ranjang. Tangan Aluna bergerak menyentuh ubun-ubun Alvar dan membacakannya beberapa doa. Alvar nampak sedikit kesakitan, wajahnya memerah namun tidak sampai berteriak
"Diam lah, gadis. Jangan coba-coba untuk mengusirku."
"Berhenti!"
Teriakan kemarahan dari sosok itu pun Aluna hiraukan, yang ada dipikirannya hanya membuat sosok ini jauh dari area rumahnya. Padahal yang ia ingat rumahnya telah diberi pagar ghaib, tapi kalau memang sosoknya datang mengikuti sang pemilik rumah, maka sosok itu pasti dapat masuk kecuali sang pemilik langsung membersihkan kakinya maka sosok itu akan secara otomatis langsung pergi
"Ber-heenti Al-luna. I-ni menya-kitkan." Rintih Alvar
Aluna lalu bergerak menarik sesuatu dari kepala Alvar dan hilang. Aluna tersenyum lega, menatap Alvar yang tampak letih. Aluna pun mengambil air minum dan memberikannya pada Alvar untuk di minum
Alvar tampak mengerjabkan matanya, menatap bingung pada Aluna.
"Kakak tadi kenapa?" Tanya Alvar
"Kakak diikuti kuntilanak, emangnya tadi kakak darimana?" Balas Aluna
Alvar mengerutkan keningnya, lalu menggelengkan kepalanya. Setelah dari rumah Kevin, ia langsung pulang ke rumah tanpa berhenti di tempat tertentu. Lalu mengapa ia sampai diikuti?
Alvar merinding. Aluna pun segera mengambil kaos lengan pendek dan memberikannya pada Alvar
"Kakak mandi dulu, biar aku siapin makanan." Ujar Aluna
Alvar pun segera masuk ke dalam kamar mandi. Meninggalkan Aluna yang hanya menggelengkan kepalanya
Aluna pun segera berjalan menuju dapur dan menyiapkan makan malam mereka. William pun masih mengikutinya dalam diam, membuat Aluna merasa lebih aman dan tenang
***
Aluna menatap Alvar ragu, ia tadi telah memutuskan mengenai Aldrich. Tapi, ia juga berat untuk memutuskan hal ini
"Kak Alvar, bagaimana kalau pak Aldrich tinggal disini?" Tanya Alvar
Uhukkk
Alvar tersedak, menatap kaget Aluna. Lalu mengambil tisu untuk ia usapkan pada mulutnya
"Kamu tadi bilang apa, Aluna?" Tanya Alvar
Aluna mengusap tengkuk lehernya pelan
"Aku bilang, bagaimana kalau pak Aldrich tinggal disini?"
Alvar menganggukkan kepalanya. "Kenapa kamu berubah pikiran? Bukannya kamu yang melarang Aldrich untuk tinggal disini?"
Aluna mendengus, mendengar pertanyaan Alvar membuatnya menjadi sedikit malas
"Ya iya sih, cuma kan ini karena ada suatu hal yang mengharuskan kami agar tidak terlalu jauh. Maksudku, kakak tau Kan kalau sosok itu juga mengincarku? Bukankah lebih baik kalau kita tinggal bersama, ah pokoknya begitulah." Bingung Aluna
Alvar terkekeh menatap Aluna, adiknya kebingungan menjelaskan hal sepele seperti ini.
"Ya, besok biar kakak bicara sama Aldrich mengenai hal ini." Tutur Alvar
Aluna hanya menganggukkan kepalanya, sambil sesekali berbicara pada William yang entah mengapa hari ini selalu bersama dengannya. Membuat Aluna sendiri sedikit bingung karenanya namun juga menikmatinya. Kapan lagi William muncul sehari penuh seperti ini
"Eh, kamu tahu pria yang tinggal di sudut komplek? Yang waktu itu kamu lihat sedang membonceng Kuntilanak?" Tanya William memulai aksi menggosipnya
Aluna menganggukkan kepalanya. "Iya, aku tahu. Ada apa dengannya?" Tanya balik Aluna
"Tadi dia di ruqyah, karena tiba-tiba kerasukan." Jawab William
Aluna mengernyitkan dahinya. "Kerasukan? Kok bisa? Pasti ada sesuatu kan?"
William menganggukkan kepalanya. "Iya, orang tuanya datang untuk menjodohkannya dengan seorang wanita. Dan kamu tahulah, kuntilanak itu tidak terima dan akhirnya merasukinya." Balasnya
Aluna hanya ber-oh ria. Dia memang cukup kasihan dengan pria itu, di umurnya yang matang malah harus merasakan kesulitan karena sosok tak terlihat di rumahnya
"Aluna." Panggil Alvar jengkel
Adiknya ini kalau sudah berbicara dengan temannya, tidak akan pernah nyaut ketika dipanggil sebangsanya. Apa Aluna tidak tahu, kalau Alvar merinding karena interaksi Aluna dengan teman tak terlihatnya itu?
"Besok, Kevin, David sama Aldrich akan ke sini." Ujar Alvar
Aluna menatap Alvar aneh. "Terus kenapa? Nggak ada urusannya sama aku kan?"
Alvar menggertakkan giginya, jengkel juga kesal dengan sifat Aluna
"Terserah." Ujarnya memilih meninggalkan Aluna yang hanya diam menatap kepergiannya