Chapter Six

7542 Kata
Di sisi lain di rumah Oma Maria Ryuzaki dan Andrew baru saja pulang dari latihan Basket. Oma Maria langsung menyuruh mereka mandi dan istirahat, sementara itu Oma Maria menyiapkan makan malam. Setelah makan malam siap, Oma Maria memanggil Andrew dan Ryuzaki untuk makan malam dan mereka pun makan malam bersama. Setelah makan malam mereka mengobrol di ruang tengah. “Andrew apa kau tahu ulang tahunmu tahun ini akan di rayakan di dunia sihir?” tanya Oma Maria penasaran apakah Sein, Clarisa atau Denish sudah memberitahukan hal itu pada Andrew atau belum. “Benarkah Oma, tapi bukankah kami tak boleh ke dunia sihir?” bukannya Andrew malah balik bertanya pada Oma Maria. Baik dia maupun Ryuzaki belum ada yang membeirtahu tentang hal itu. Wajar jika dia kaget. “Itu karena dunia sihir tak aman untuk kalian! Tapi kali ini kalian memang harus ke sana untuk membuka kekuatan kalian.” jelas Oma Maria. “Lalu jika kekuatan kami sudah terbuka bagaimana Oma?” tanya Ryuzaki penasaran, dia memang tahu mengenai kekuatannya dan Andrew maupun tugas mereka. Tapi mereka masih belum mengerti cara mereka akan melaksanakan tugas itu seperti apa. “Kalian harus pindah ke dunia sihir untuk mendapat pelatihan!” kata Oma Maria, sebenarnya dia masih sanggup melatih mereka disini. Tapi, mereka perlu pelatihan khusus di dunia sihir. Situasi di sini dan di sana berbeda, dan mereka harus menyesuaikan diri dengan hal itu. “Lalu bagaimana dengan Nicole dan Edward yang belum tahu kekuatan mereka?” tanya Andrew. “Nicole sudah tahu, tadi Evelyn memberitahuku kalau dia sudah memberitahu Nicole! Untuk Edward orangtuamu besok akan datang ke sini untuk membongkar semuanya.” jawab Oma Maria sambil tersenyum. Akhirnya mereka bisa kembali bersama, dia tahu Andrew sudah cukup bersabar selama ini. “Oh, baiklah.” Andrew membalas senyum Oma Maria. “Kalian tidurlah ini sudah malam, besok kalian masih harus sekolah!” titah Oma Maria. “Baiklah, Oma.” Ujar mereka berdua sambil pergi ke kamar mereka masing-masing. Keesokan harinya Andrew dan Ryuzaki bangun pagi. Seperti biasa, mereka mandi dan bersiap-siap pergi ke sekolah. Setelah mereka siap mereka pergi ke ruang makan untuk sarapan, setelah itu mereka berangkat ke sekolah dengan mobil masing-masing. Beberapa menit kemudian mereka sampai di sekolah, mereka langsung berjalan ke kelas mereka. Sesampainya disana mereka duduk di bangku mereka, tak lama kemudian bel masuk berbunyi. Guru pun masuk ke kelas mereka dan pelajaran pun dimulai. Pelajaran pertama hari ini adalah pelajaran Biologi, dan hari ini adalah praktikum untuk pelajaran ini. Semua siswa di bagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 3 orang. Andrew sekelompok dengan Lion dan Nicole sementara Ryuzaki dengan Steaven dan Naysha. Mereka ke lab Biologi bersama, setelah sampai di sana mereka memakai jas putih yang telah di sediakan oleh sekolah serta sepasang sarung tangan untuk masing-masing siswa. Praktikum hari ini adalah mengenai organ-organ tubuh pada katak, dan ini artinya mereka harus membedah katak tersebut. Para siswi perempuan mulai menjerit ketika mereka melihat katak, bagi mereka katak itu adalah bianatang yang sangat menjijikan. Tapi  hal itu tak berlaku bagi Nicole, dia tetap tenang meskipun sedikit merasa jijik dengan binatang itu. Kelompok Andrew merupakan kelompok pertama yang memulai percobaan itu, disusul oleh kelompok Ryuzaki meskipun Naysha tampak sangat takut ketika memegang katak. Tapi untunglah dengan begitu tugas mereka jadi cepat selesai dan mereka jadi cepat meninggalkan katak tersebut. Dan sisanya mereka hanya harus membuat laporan tentang praktikum itu. Dan mereka berenamlah yang paling cepat istirahat dibanding yang lain yang masih bergulat dengan katak-katak mereka. Sementara itu Andrew dan teman-temannya sedang menikmati makanan mereka sambil mengobrol di kantin. “Huh, kenapa praktikumnya harus pakai katak sih? Menyebalkan!” seru Naysha kesal, gadis itu mengingat bagaimana dia harus menahan dirinya untuk tidak berteriak saat mereka sedang praktikum. Dalam pikirannya saat itu adalah menyelesaikan praktikuk secepat mungkin dan pergi dari laboratorium yang penuh dengan makhluk menjijikan itu. “Itukan untuk nilai kita juga! Sudahlah, lagipula kita sudah menyelesaikannya.” timpal Ryuzaki. “Iya, aku tahu! Tapi apa kalian tidak jijik sama binatang itu?” tanya Naysha, dia bahkan tidak sanggup menyebut nama katak sekarang karena masih jijik dengan katak yang tadi mereka bedah. “Tidak lagipula kamikan laki-laki.” Jawab Lion, ketika kecil dia sering bermain dengan katak. Karena itu dia biasa saja saat praktikum tadi. “Hei, aku perempuan tapi aku tak takut katak camkan itu!” Nicole kesal karena dirinya merasa tak dianggap sejak tadi. “Salah sendiri gak takut, harusnya kau takut seperti yang lain!” ejek Andrew “Kau ini menyebalkan sekali!” jawab Nicole sambil menunjuk Andrew kesal. “Kau lebih menyebalkan lagi!” kata Andrew tenang sambil menurunkan tangan Nicole dari hadapannya. “Sudahlah, lebih baik kita makan saja.” lerai Steaven, matanya memutar seolah bosan dengan pertengkaran Andrew dan Nicole. Dimana pun dan kapan pun mereka bertemu pasti mereka berdua bertengkar. “Baiklah.” jawab Andrew. Mereka pun menghentikan pertengkaran mereka dan makan makanan yang telah mereka pesan tadi. Setelah selesai makan mereka kembali ke kelas karena bel sebentar lagi berbunyi, dan benar saja ketika mereka sampai di kelas bel masuk pun berbunyi. Mereka pun segera duduk di kursi mereka masing-masing, karena guru sudah datang. Dan pelajaran pun kembali dimulai, mereka mendengarkan dengan sungguh-sungguh pada pelajaran kali ini karena gurunya yang sangat killer. Mereka tak berani untuk tidur maupun mengobrol, karena jika ketahuan mereka bisa di hukum. Ketika pelajaran berakhir semua siswa mendesah lega, karena akhirnya mereka bisa pulang. Semua siswa membereskan buku dan alat tulis mereka, begitupun dengan Andrew dan Ryuzaki. Hanya saja mereka tak langsung pulang karena mereka harus latihan Basket terlebih dahulu. Ketika mereka sampai di lapangan Basket, anggota yang lain belum datang disana hanya ada David. Dan kebetulan sekali mereka sedang ingin bicara dengan David. “Kak, ada yang ingin kami bicarakan.” kata Ryuzaki serius. “Apa itu?” tanya David penasaran. “Soal Nicole, dia memang bagian dari kita! Dan kami akan ke dunia sihir.” Ujar Ryuzaki, dia sedikit senang saat membicarakan hal terakhir. “Kalau masalah kalian akan kesana aku sudah mendengarnya dari ayahku,!” jawab David, ayahnya memang sudah memberitahukan hal itu kemarin. “Hari itu tepat ulangtahunmu kan Andrew?” tanyanya pada Andrew. “Iya kak!” jawab Andrew singkat dan padat. “Wah, sepertinya akan menyenangkan!” David senang akhirnya dia bisa bertemu dan berkumpul dengan anak-anak dalam legenda itu. Selain itu, dia senang karena dia mendapatkan teman di dunia sihir. Bukannya dia tidak mempunyai teman disana, hanya saja kebanyakan temannya adalah penjilat yang berteman dengannya hanya karena dia seorang pangeran. “Mungkin, karena kami belum pernah ke sana.” Ucap Ryuzaki tak yakin, dia tidak tahu dunia sihir jadi dia tidak bisa memastikan disana menyenangkan atau tidak. “Kalian pasti suka tempat itu! Aku jadi tak sabar melihat kembaranmu.” David sangat bersemangat membicarakan hal itu pada Andrew dan Ryuzaki. “Kenapa kak?” tanya Andrew bingung, dia mengerti kenapa David bersemangat menceritakan dunia sihir. Tapi apa hubungannya dengan kembarannya Edward. “Aku ingin memastikan apa muka kalian mirip.” Andrew hanya menghela napas mendengar jawaban David. Tidak Ryuzaki tidak David keduanya kadang sangat konyol. “Kakak seperti Ryuzaki dulu!” kata Andrew. “Benarkah?” tanya David tidak percaya. “Benar.” jawab Ryuzaki tenang. “Sudahlah jangan bahas itu lagi! Anggota yang lain sudah mulai berdatangan.” Andrew mencoba mengganti topik pembicaraan mereka. “Baiklah.” Ujar mereka berdua kompak. Setelah itu tak ada lagi percakapan diantara mereka karena takut ada orang lain yang mendengarkan percakapan. Setelah semua anggota berkumpul mereka mulai latihan, mereka berlatih dengan keras seperti biasa. David memang sangat keras jika menyangkut latihan, dia tak segan-segan menghukum bila ada anggota yang tak serius latihan. Dan hukumannya juga lumayan berat, mereka yang tak serius latihan harus push up 20 kali. Tak ada yang di beda-bedakan saat latihan, itu membuat semua anggota tim menjadi sangat akrab dan tak ada yang iri satu sama lain. Setelah beberapa waktu latihan pun selesai, mereka segera bersiap-siap untuk pulang. Setelah merasa tak ada barang yang ketinggalan mereka pun pulang. Andrew dan Ryuzaki tampak terburu-buru saat membereskan barang-barang mereka, itu karena mereka ada urusan. Yaitu setelah hari ini semuanya aka terbongkar, dan dia tak perlu lagi bersembunyi dari adiknya sendiri. Mereka sesegera mungkin berjalan ke parkiran dan mengambil mobil mereka lalu melajukannya ke rumah Oma Maria. Ketika tiba disana mereka menyadari kalau Sein, Clarisa dan Edward sudah datang, mereka pun segera masuk ke rumah itu. Ketika mereka masuk Edward kaget dan langsung bertanya pada orang tuanya. “Apa maksud semua ini Dad, Mom?” tanya Edward pura-pura tidak mengerti apa yang terjadi. Dia sudah tahu semuanya, tapi dia harus merahasiakan itu dari mereka. “Edward tenang dulu, kami akan jelaskan semuanya Andrew, Ryuzaki duduklah dulu.” jawab Clarisa memegang tangan Edward untuk menenangkan anaknya itu. Edward cukup mudah terpancing emosi dan mereka semua tahu hal itu. “Iya.” Ujar mereka berdua sambil duduk di sofa yang masih kosong. “Jadi apa maksud semua ini?” tanya Edward tidak sabaran, dia ingin semua kebohongan mereka dibongkar segera. Dia sudah bosan berpura-pura menjadi orang bodoh yang tidak tahu apapun. “Edward, sebenarnya kau  dan Andrew adalah saudara kembar! Kami terpaksa memisahkan kalian karena suatu hal.” jelas Sein tenang, dia harus tenang supaya Edward tidak salah paham kepada mereka. “Apa dia tahu kalau aku kembarannya?” meski Edward sudah tahu jawabannya, tapi dia ingin mendengar semua kebenarannya dari mereka. “Dia tahu, tapi kami memintanya tak memberitahumu!” jawab Oma Maria “Tapi kenapa?” walau sudah tahu, entah kenapa dia masih kesal mendengar jawaban itu. Mungkin karena dialah satu-satunya yang dibohongi di sana. “Baik kau dan Andrew kalian bukan manusia biasa kalian adalah penyihir yang merupakan legenda penyelamat bumi.” jelas Clarisa. “Mom, jangan bercanda penyihir itu tak ada.” Ujar Edward, bukannya dia tidak percaya. Dia hanya ingin tahu bagaimana orang tuanya akan menjelaskan hal itu padanya. “Kau salah, semua yang ada di sini adalah penyihir Mom, Dad, Oma dan Ryuzaki mereka semua penyihir.” jawab Andrew membantu orangtuanya untuk menjelaskan pada Edward. “Lalu kenapa kau dan aku dipisahkan?” tanya Edward, ingatannya memang kembali. Tapi dia tidak ingat bagaimana awal mula Andrew dipisahkan darinya dulu. “Semua itu karena ketika kau berumur 5 tahun sebenarnya sebelum kekuatan Andrew ada p*********n di rumah kita. Tapi kalian tak sadar karena kami membuat kalian tertidur pulas. Besoknya kau membuat Andrew marah sehingga kekuatannya meluap tak terkendali waktu itu kau terluka cukup parah. Karena tak ingin kalian terbebani kami menyerahkan Andrew pada Mom Maria, dengan alasan kekuatanya tak terkontrol jika terus bersama dengan kita! Tapi itu semua hanya alasan agar kalian tak mudah diincar lagi.” jelas Sein membongkar semuanya, dia juga sudah tidak tega Andrew terus merasa bersalah pada Edward karena kejadian itu. Dia tahu jika Andrew merasa dia dititipkan pada Oma Maria adalah hukuman karena dia melukai Edward. Padahal alasan mereka sebenarnya byukan itu. “Jadi alasannya bukan karena kekuatanku lepas kendali?” tanya Andrew tidak percaya, dia selama ini dibohongi oleh mereka. “Bukan Andrew! kami terpaksa membohongimu supaya kau tak khawatir.” Ujar Clarisa menatap Andrew dengan perasaan bersalah. Sein maupun Clarisa tahu tindakan mereka pada Andrew dan Edward salah. Mereka membuat keduanya terluka karena kebohongan mereka. “Lalu apa maksud dari legenda penyelamat bumi?” tanya  Edward “Itu adalah legenda dimana ada lima orang yang dipercaya dapat menyelamatkan bumi dari kekuatan gelap. Mereka memiliki tanda tersendiri di tangan kanannya kau punya tanda bulan, Andrew matahari, Ryuzaki burung Garuda dan dua orang lagi memiliki tanda burung pheonix dan naga biru.” Oma Maria menjelaskan semuanya pada Edward. “Tapi aku tak punya tanda itu, mereka juga.” kata Edward sembari melihat tangan kanannya, tidak ada tanda yang dibicarakan oleh Oma Maria disana. “Bukan tak punya tapi di sembunyikan! Andrew, Ryuzaki tunjukan tanda kalian!” pinta Sein pada Andrew dan Ryuzaki. Mereka berdua pun membuka segel yang menyembunyikan tanda mereka sehingga Edward bisa melihat tanda mereka. “Lihatlah tanganmu di sana juga ada.” Ujar Ryuzaki dan benar ada tanda bulan di tangan kanannya. Dia baru sadar kalau apa yang mereka katakan adalah benar. “Lalu bagaimana aku melawan jika aku tak bisa menggunakan kekuatanku?” tanya Edward bingung. “Tunggulah sampai ulang tahun kalian dan kekuatan kalian akan terbuka, hanya saja perlu sedikit pelatihan!” Jawab Sein, setelah kekuatan mereka terbuka mereka memang akan di latih dan di sekolahkan di dunia sihir. “Baiklah.” Ujar Edward mengerti. “Sein, Clarisa, Edward sebaiknya kalian menginap disini lagi pula sudah lama kita tidak berkumpul bersama.” Usul Oma Maria, sudah tidak ada kebohongan lagi diantara mereka. Karena itu mereka tidak perlu lagi berpisah seperti kemarin, untuk sejenak mereka akan melupakan para musuh yang mengejar. “Baiklah Mom.” Sein menyetujui hal itu, mereka memang sudah sangat lama tidak berkumpul seperti ini. Akhirnya Andrew dan Edward bisa berkumpul kembali, mereka saling mengobrol untuk melepas rindu. Edward memperhatikan wajah Andrew dengan seksama, dia mencari perbedaan antara wajahnya dan wajah Andrew. Sebenarnya jika diperhatikan dengan seksama, wajah mereka ternyata memiliki banyak perbedaan. Garis wajah Andrew itu tajam seperti Sein sementara dia jauh lebih halus menyerupai garis wajah Clarisa. Mata Andrew juga jauh lebih gelap daripada matanya. Tapi hidungnya sedikit lebih mancung dari pada kakak kembarnya itu. “Puas memperhatikanku?” tanya Andrew yang sedari tadi melihat bagaimana seriusnya Edward memperharikan wajahnya. Jika saja mereka bukan sama-sama pria mungkin orang akan berpikir jika Edward sedang memperhatikan wajah pacarnya. “Ternyata jika diperhatikan kita tidak 100 persen mirip!” jawab Edward, Andrew mengangguk mengiyakan perkataan adiknya. Dia sudah tahu hal itu dari foto-foto yang diberikan oleh orangtuanya. Mereka meliki perbedaan mencolok pada bagian-bagian tertentu. “Aku senang....” “Senang kenapa?” Edward nampak bingung karena Andrew tidak melanjutkan perkataannya. “Keluarga kita akhirnya bisa bersama lagi!” Edward mengangguk, dia juga senang akhirnya keluarganya bisa lengkap kembali. Mereka berpisah cukup lama, karena itu mereka senang bisa berkumpul lagi. “Kau sepertinya tidak terlalu kaget saat mereka mengatakan semuanya!” Edward sedikit tersentak kaget saat Andrew mengatakan itu. Dia pikir Andrew tidak akan menyadari hal itu. “Darimana kau tahu?” tanya Edward tenang seolah apa yang dikatakan Andrew itu tidak mempengaruhinya. “Firasat mungkin!” Andrew mengubah posisi tidurnya dari berhadapan dengan Edward menjadi terlentang. Kedua tangannya di belakang kepala untuk menyangga kepalanya. “Aku kaget! Hanya saja tidak terlalu memperlihatkannya!” elak Edward, dia berharap Andrew mempercayainya. Andrew hanya mengangguk, dia sepertinya tidak ingin memperpanjang hal itu juga. “Temanmu sepertinya berbahaya!” “Teman yang mana?” Edward tidak mengerti siapa yang dimaksud oleh Andrew. “Yang membantu temanmu yang bertengkar denganku saat rekreasi gabungan!” jelas Andrew. “Ah... Rudolf, dia orang baik hanya saja kadang sifatnya sedikit sinis.” Jawab Edward. “Dia pengguna sihir hitam!” peringat Andrew. Andrew tidak ingin Edward terlalu dekat dengan Rudolf karena itu mungkin bisa berbahaya baginya. “Tapi dia tidak terlihat seperti pengguna sihir hitam!” Edward tidak percaya, bukan tidak mempercayai perkataan Andrew. Hanya saja informasi yang dia dengar barusan cukup membuatnya kaget sehingga dia tidak bisa langsung mempercayainya. “Alasanku pingsan saat pertandingan terakhir karena dia melukai kakiku dengan sihir hitam miliknya!” jelas Andrew. “Aku tahu ini sulit kau percaya, terlebih dia temanmu! Tapi, jangan terlalu dekat dengannya mulai saat ini. Aku takut dia mendekatimu karena berniat mencelakaimu.” Edward mengangguk, untuk saat ini dia mungkin akan menjaga jarak dengan Rudolf. Bukan dalam artian menjauhinya, dia yakin jika dia tiba-tiba menjauhinya Rudolf mungkin akan curiga. Mungkin dia hanya bersikap siaga jika di dekat Rudolf. “Apa kau sangat dekat dengan Ryuzaki?’ tanya Edward mengalihkan topik sekaligus penasaran. Saat mereka rekreasi gabungan Andrew selalu bersama dengan Ryuzaki dimana pun dan kapan pun. “Kami sangat dekat! Itu wajar kami tumbuh bersama, kami juga mengalami hal yang baik dan buruk bersama! Karena itu kami dekat!” Edward sedikit merasa cemburu pada Ryuzaki saat mendengar jawaban Andrew. Ryuzaki yang tidak punya hubungan darah apapun bisa sedekat itu dengan Andrew. Sementara dia masih merasa canggung, padahal mereka berdua kembar. “Jangan khawatir, kita juga pasti akan dekat lagi seperti dulu!” Edward hanya mengangguk walau sedikit ragu. Entah perasaannya saja atau apa, tapi dia merasa sangat khawatir. Tidak tahu untuk alasan apa, tapi dia merasa banyak keraguan di dalam hatinya. Firasatnya mengatakan akan terjadi sesuatu antara dia dan Andrew yang akan membuat hubungan mereka semakin renggang. Semoga itu hanya firasat buruknya dan tidak menjadi kenyataan, harap Edward. Matahari telah menyingsing, mengintip malu-malu dari sela gordeng kamar. Pada saat itu Denish masuk ke kamar Andrew untuk memulai rutinitasnya membangunkan Andrew. Ketika masuk dia baru sadar kalau semalam Andrew tidur dengan Edward. Dia pikir Edward tidak satu kamar dengan Andrew, dia berpikir Edward tidur di kamar tamu. Namun Denish tidak terlalu memikirkan itu, dia segera mambangunkan keduanya. Hari mulai siang dan mereka berdua masih harus sekolah. “Tuan muda bangun hari sudah siang, kalian bisa terlambat.” Denish menggungcang pelan bahu Andrew. “Ehm, paman sekarang jam berapa.” Jawab Andrew dengan mata setengah terbuka, dia sepertinya mencoba mengumpulkan nyawanya yang terterbangan tadi malam. Sementara Edward mengucek matanya, dia belum terbangung sepenuhnya sama seperti Andrew. “Sekarang sudah jam 6 lebih 15 menit, cepat mandi tuan nanti terlambat.” Kata Denish. “Kenapa kau tak membangunkan kami dari tadi kami bisa terlambat!” Teriak Edward kesal, sementara Andrew hanya kaget melihat reaksi dari kembarannya yang menurutnya itu sangat keterlaluan dan tidak sopan. Denish jauh lebih tua dari mereka, Edward seharusnya berkata lebih sopan pada Denish. “Maaf, tapi tadi saya harus membantu Nyonya Maria terlebih dahulu.” Jelas Denish, dia sepertinya tidak tersinggung dengan sikap tidak sopan Edward. “Sudahlah Edward cepat mandi percuma kau marah-marah! Itu hanya akan membuang waktumu!” berbeda dengan Denish, Andrew sepertinya tidak nyaman dengan sikap Edward pada Denish. Namun dia berusaha untuk tidak marah pada Edward, dia tidak ingin adiknya itu merasa dia lebih memilih membela orang lain ketimbang dia. “Tapi, kak...” “Sudah cepat mandi!” potong Andrew. “Baiklah.” Ujar Edward sambil berjalan kearah kamar mandi dengan langkah lesu. Dia kesal karena Denish. “Maafkan kelakuannya ya paman! Dia hanya sedang kesal.” Pinta Andrew pada Denish. “Tak apa tuan muda, lagipula saya juga bersalah!” Denish tersenyum membalas perkataan Andrew. “Paman jangan begitu, walau bagaimanapun aku sudah menganggapmu orangtua keduaku.” Pinta Andrew, dia selalu merasa tidak nyaman saat Denish memanggilnya dengan sebutan tuan muda. Denish sudah menjadi bagian dari keluarganya, karena itu dia tidak suka jika Denish memanggilnya tuan muda. “Tuan muda, kau terlalu baik!” puji Denish. “Aku tak suka kau memanggilku dengan sebutan itu paman! Padahal pangkatmu sudah berubah menjadi penyihir tingkat atas tapi kenapa kau masih memanggilku tuan muda?” tanya Andrew sedikit kesal karena Denish masih menyebutnya dengan sebutan tuan muda. “Itu sudah takdirku tuan muda, aku seperti ini karena bantuan dari nyonya Maria! Tanpa dia aku mungkin hanya penyihir miskin yang tak berarti! Karena itu aku tak mengharapkan lebih dari seorang pembantu dan majikannya.” Jelas Denish, Andrew hanya bisa menghela napas mendengar jawaban Denish. Sepertinya sangat sulit membuat Denish melupakan kebiasaannya itu. “Jangan bicara seperti itu Mom pasti marah mendengarnya!” timpal Sein yang entah sejak kapan berdiri di depan pintu kamar Andrew. “Tuan Sein, sejak kapan kau disana?” tanya Denish kaget dengan kedatangan Sein tiba-tiba. “Baru saja, aku heran kenapa kedua putraku belum turun juga! Ternyata yang satu masih mandi dan satunya lagi asyik ngobrol!” kata Sein sambil terkekeh geli. “Maaf tadi aku mengajaknya ngobrol.” Ujar Denish merasa bersalah karena Sein menunggu Andrew karena dia mengajaknya mengobrol. “Tidak Dad, aku yang memulainya.” Ujar Andrew dia takut kalau Denish akan di marahi oleh Sein karena dia. “Tak apa lebih baik kau cepat mandi nanti terlambat, bukankah kau bisa mandi di kamar Ryuzaki? Kau tahu dia sudah menggerutu dari tadi karena kau belum siap juga.” Jelas Sein pada Andrew. “Oh iya aku lupa Dad, kalau begitu aku mandi dulu.” Ujar Andrew sambil berlari ke kamar Ryuzaki untuk mandi. “Sepertinya tuan muda lupa dengan baju seragamnya.” Ujar Denish sambil membuka lemari Andrew dan mengambil seragam milik Andrew. Andrew mungkin terlihat sangat mandiri, tapi terkadang dia sangat pelupa. Karena itu harus ada yang mengingatkan Andrew disampingnya. “Denish, apa kau masih sering melakukan ini jika disini?” tanya Sein penasaran karena sepertinya Denish terbiasa melayani Andrew di rumah Oma Maria. Dia bukannya tidak suka Andrew di perhatikan oleh Denish. Tapi dia tidak suka sifat Denish yang menganggap dirinya adalah seorang pelayan. Padahal dulu ibunya dengan jelas mengangkatnya menjadi anak, bukan menjadi pelayan di rumahnya. “Tentu saja tuan, itu sudah kewajibanku!” jawab Denish tenang. “Kau itu seharusnya jangan seperti itu! Walau bagaimanapun kita satu kasta sekarang! Walaupun dari dulu aku tak pernah ingin mengenal kata itu.” Aku Sein, dia memang tidak pernah membedakan setiap orang berdasarkan kekayaan atau latar belakang orang itu. Baginya semua manusia itu sama, tidak peduli apakah dia anak seorang pencuri atau anak seorang pejabat sekalipun. Oma Maria memang mengajarkan untuk tidak memilih teman berdasarkan latar belakang mereka. Ibunya selalu mengajarkan untuk mencari teman yang selalu membuatmu nyaman. Teman yang ada meskipun kau dalam kesulitan, itulah yang selalu diajarkan Oma Maria. “Dari dulu kau bagian dari kami bukan sebagai b***k ataupun pembantu! Tapi sebagai keluarga.” Lanjut Sein membuat Denish terharu. Tapi Denish, tetaplah Denish dia tidak bisa menerima hal itu. Tekanan yang dia terima sejak kecil membuatnya tidak bisa menerima perkataan Sein dengan mudah. “Tuan tapi walau bagaimanapun darah yang mengalir dalam tubuh kita berbeda, aku hanya...” “Jangan teruskan aku bosan mendengar hal itu, kita teman.” Potong Sein. “Maaf, tuan tapi saya harus memberikan seragam ini pada tuan muda Andrew.” Denish mengalihkan pembicaraan. Dia segera pergi setelah mengatakan hal itu pada Sein. Sein hanya menghela napas pasrah, sangat susah bicara dengan Denish mengenai hal ini. Tak hanya dia yang merasa begitu Oma Maria, Kenzo, Clarisa dan juga Haruka merasakan hal yang sama ketika bicara mengenai hal itu dengan Denish. Denish terlalu keras kepala untuk membuang semua pikirannya mengenai pengabdian pada keluarganya. Sein lalu tersadar kedatangannya ke kamar Andrew bukan untuk berdebat dengan Denish tapi untuk memberikan seragam Edward. Sein mengucapkan Hensarteta sambil menggerakkan telunjuknya ke arah ranjang dan seketika seragam milik Edward mucul di ranjang Andrew. Setelah selesai melakukan itu dia turun ke bawah untuk menunggu kedua putranya selesai mandi. Di ruang makan, Ryuzaki masih menggerutu karena Andrew masih belum juga selesai mandi padahal sebentar lagi mereka akan terlambat. Ryuzaki mengeluhkan sifat Andrew yang sulit bangun pagi sampai sifat-sifat aneh Andrew semuanya keluar dari mulut Ryuzaki. Sepertinya Ryuzaki sangat kesal karena menunggu Andrew yang lama. Tak lama setelah Sein datang ke sana Andrew datang dengan Denish, dan di belakangnya ada Edward. “Huh, kenapa kau lama sekali?” ujar Ryuzaki mengeluarkan kekesalannya pada Andrew. “Maaf, tadi aku mengobrol dulu dengan paman Denish!” pinta Andrew sambil menyatukan kedua tangannya didepan d**a. “Sudahlah cepat sarapan, nanti kita terlambat!” titah Ryuzaki. “Baiklah.” Andrew duduk dan mulai memakan sarapannya. Begitupun dengan Denish dan Edward. Ketika melihat Denish duduk bersama mereka Edward merasa aneh. Dia berpikir berani sekali seorang pembantu makan bersama majikannya. “Kenapa kau juga duduk disini?” tanya Edward kesal karena Denish duduk di meja makan yang sama dengannya. “Saya memang terbiasa duduk bersama mereka.” Denish awalnya kaget mendengar pertanyaan Edward. Tapi dia berhasil menjawabnya setelah berhasi mengatasi rasa kagetnya. Sejak dia kecil mereka memang selalu makan bersama mereka. Dia pikir tidak akan ada yang mempertanyakan hal itu, tapi ternyata Edward sepertinya terganggu karena itu. “Tapi kau kan hanya pembantu!” seru Edward kesal, bagaimana mungkin dia nyaman makan bersama pembantu. Baginya pembantu itu harusnya makan di dapur setelah mereka tuan rumahnya selesai makan. “Edward jaga bicaramu! Denish sudah Oma anggap keluarga sendiri jadi jangan banyak protes lagi cepat sarapan.” Tegur Oma Maria tegas, dia merasa bersalah pada Denish karena sifat Edward yang seperti itu. Oma Maria tidak ada maksud membela Denish atau apapun itu. Dia juga menyayangi Edward sama seperti dia menyayangi Andrew dan Ryuzaki. Sikap Edward sudah sangat keterlaluan, karena itu dia menegurnya lagipula itu juga untuk kebaikannya. Membeda-bedakan sikap kepada orang lain itu tidak baik. Disisi lain, Edward hanya bisa diam dan melanjutkan sarapannya. Sementara itu Denish merasa tak enak hati karena membuat Oma Maria memarahi Edward. Namun itu tak lama karena acara sarapan mereka sudah selesai. Andrew dan Ryuzaki sudah selesai sarapan mereka segera pamit pergi ke sekolah dengan setengah berlari. Andrew dan Ryuzaki menyambar kunci mobil mereka di atas meja lalu pergi ke garasi dan melajukan mobil mereka pergi dari lingkungan rumah Oma Maria. Selang beberapa lama mobil Sein pun menyusul keluar, Sein harus mengantarkan Edward sekolah. Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi karena jarak sekolah Edward jauh dari rumah Oma Maria. Sepanjang perjalanan Edward tak henti-hentinya bertanya pada Sein dan Clarisa mengenai Denish. “Dad, orang yang bernama Denish itu siapa sih?” tanya Edward dengan nada yang masih kesal sekali. Dia masih tidak terima ditegur oleh Oma Maria karena Denish. “Dia anak angkat Oma Maria, dia juga teman Dad.” Jelas Sein. “Tapi dia seperti pembantu!” kata Edward jujur, sikap Denish memang terlihat lebih seperti pembantu dimatanya dibandingkan anak angkat. “Edward, belajarlah menghargai orang lain kakakmu saja bisa menerima dia dengan senang hati.” Clarisa memberikan nasehat pada Edward. Dia juga merasa sifat Edward tadi kurang sopan, dan memang pantas ditegur. Di sisi lain, dia juga tidak ingin Edward menjadi anak yang sombong hanya karena apa yang mereka miliki sekarang. “Tapi Mom, dia tak sederajat dengan kita.” Edward nampaknya masih sangat keras kepala karena hal itu. Dia tidak bisa menerima nasehat yang diberikan oleh Clarisa karena itu. “Terkadang orang yang akau anggap remeh itu, suatu hari nanti kau akan membutuhkannya.” Kata Sein mengingatkan. Seseorang tidak akan disebut kaya jika tidak ada orang yang tidak kaya. Seorang tuan tidak akan bisa disebut tuan jika tidak ada yang menjadi pelayan. Setiap orang mempunyai posisi dan tugas masing-masing, dan terkadang seseorang lupa akan hal itu. Mereka lupa tanpa ada orang yang dibawah mereka, mereka mungkin bahkan tidak bisa makan satu biji nasi pun. Dan dia tidak ingin Edward menjadi orang yang lupa seperti itu. “Apa maksud Dad?” tanya Edward tidak mengerti. “Kau akan mengerti nanti! Sudah turunlah ini sudah sampai di sekolahmu.” Jawab Sein sambil tersenyum misterius ke arah Edward. Edward pun turun dari mobil Sein dan berjalan ke kelasnya dengan perasaan bingung dan juga kesal. Dia masih tidak mengerti maksud perkataan ayahnya tadi, dia hanya berpikir Sein mengatakan itu hanya untuk membuatnya bersikap baik pada Denish. Edward tidak tahu jika maksud Sein bukan hanya sekedar itu, hanya saja Edward tidak mengerti. Lebih tepatnya tidak mau mengerti. Di sisi lain di rumah Oma Maria, Denish dan Oma Maria tengah berbincang mengenai teguran Oma Maria terhadap Edward. Denish masih merasa bersalah karena Edward jadi di marahi oleh Oma Maria karenanya. Dia sendiri tidak merasa tersinggung dengan hal itu, dia sadar posisinya di rumah itu hanyalah sebagai pelayan. Dan lagi banyak yang memperlakukannnya lebih buruk dibandingkan Edward. “Nyonya seharusnya anda tak memarahi Edward tadi, dia terlihat sangat ketakutan.” Kata Denish sembari menuangkan teh ke dalam cangkir Oma Maria. Mereka sedang berada di taman belakang rumah saat ini. “Dia harus belajar menghargai orang Denish! Lagipula orang yang dianggap rendah olehnya bukan orang lain bagiku. Kau sudah ku anggap sebagai anakku sendiri, kau juga bisa membuat Andrew merasa memiliki Dad dengan kasih sayang yang kau berikan padanya.” jelas Oma Maria. “Tapi aku tak berhak di bela seperti itu, lagipula yang dikatakan oleh tuan Edward benar aku hanya pelayan disini!” Denish membela Edward, dia merasa Edward orang baik. Hanya saja sikapnya sering membuat orang salah paham. “Denish, aku tahu pikiranmu susah diubah tapi aku mohon padamu jangan memandang remeh dirimu sendiri! Aku menyayangimu sebagai anakku bukan sebagai pembantuku kau harus ingat itu.” Pinta Oma Maria lirih, dia tidak tahu harus bagaimana dengan sikap Denish yang satu ini. “Tapi nyonya, apa yang kau berikan itu sudah terlalu banyak aku tak berani menganggap aku sama dengan tuan Sein.” Jawab Denish merasa rendah diri. “Kau terlalu merendah, sudah aku bilang jangan menganggap enteng dirimu sendiri buktinya kau bahkan bisa menjadi panglima sama seperti Sein.” Kata Oma Maria, tapi sia-sia sifat rendah siri nampaknya sudah menjadi sebauh penyakit kronis yang sulit disembuhkan. “Itu karena tuan Sein tiba-tiba pergi dari Kerajaan Luce! Jika dia tak pergi mungkin aku hanya seorang prajurit biasa.” Ucap Denish yang membuat Oma Maria menghela napas. “Kau tahu Raja Anthoni memilihmu bukan karena kau dekat denganku atau Sein tapi karena bakat dan kemampuanmu yang luar biasa.” Terang Oma Maria. Raja Anthoni memang memintanya untuk memberikan saran mengenai siapa yang menggantikan Sein saat mereka pergi ke dunia manusia. Tapi saat itu dia tidak merekomendasikan Denish, karena saat itu dia merasa Denish tidak akan siap dengan tugas panglima. Karena itu Oma Maria merekomendasikan Hans karena sering bersama Sein dia pikir Hans cocok. Tapi Hans menolak, dan Raja Anthoni merasa Denish sangat berbakat dan dia juga bisa dipercaya. Akhirnya Denish pun diangkat menjadi panglima, bukan karena Sein yang tiba-tiba pergi ataupun karena dia. Tapi karena kemampuan Denish sendiri. “Anda terlalu memuji.” Ujar Denish, Oma Maria hanya bisa menghela napas pasrah. Sulit berdebat dengan Denish soal itu, denish terlalu keras kepala. “Bagaimana perkembangan persiapan pesta ulangtahun kedua cucuku?” tanya Oma Maria, dia pada akhirnya mengalihakn topik daripada dia berakhir marah-marah pada Denish karena hal tadi. “Semuanya sudah siap, anda tenang saja nyonya.” Jawab Denish “Benarkah? Aku jadi tak sabar pergi kesana, sudah lama sekali tak berkunjung ke Kerajaan Luce.” Oma Maria terdengar sangat bersemangat saat membicarakan dunia sihir. Dia sudah jarang berkunjung ke dunia sihir, sekalipun ke sana hanya sebentar untuk mengambil pekerjaannya. Dia tidak punya waktu untuk berjalan-jalan disana karena terlalu khawatir dengan Ryuzaki dan Andrew yang dia tinggal di rumah. Tidak, dia bukan khawatir mereka diculik atau sebagainya. Tapi dia lebih khawatir mereka menghancurkan rumahnya jika dia tidak ada. Kedua cucunya itu terkadang cerobohnya kelewatan, sampai mereka pernah membakar hampir seluruh taman belakang ketika berlatih tanpa pengawasan. Karena itu dia kapok membiarkan mereka berdua tanpa pengawasannya, itu hanya akan menambah pekerjaannya pikir Oma Maria. “Tentu saja itu sudah lama sekali nyonya! Yang Mulia Raja terus bertanya padaku kapan anda akan berkunjung lagi. Dia benar-benar iri pada Pangeran David yang bisa berkunjung ke sini.” Ujar Denish sambil terkekeh dia mengingat bagaimana Raja Anthoni merengek padanya untuk dibawa ke dunia manusia menemui Oma Maria. Tapi tentu saja dia menolak karena Raja Anthoni tidak bisa berada di luar istana untuk waktu yang lama. Itu bisa mempengaruhi pemerintahannya. “Dia memang selalu berkata seperti itu, tapi ketika aku di sana berkata sepatah katapun tak pernah.” Cibir Oma Maria kesal. “Itu karena Yang Mulia menghormati anda sebagai teman dari orangtuanya yaitu Raja terdahulu.” Jelas Denish “Sifatnya sama denganmu terlalu memandang rendah diri sendiri.” Ujar Oma Maria tidak suka, dia berharap Denish maupun Raja Anthoni lebih percaya diri. “Anda selalu saja berkata seperti itu.” Denish tersenyum pada Oma Maria. “Mungkin itu sudah ciri khas ku.” Ujar Oma Maria kesal. Setelah tak ada lagi perbincangan diantara mereka, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Mereka sibuk memikirkan ulangtahun Andrew dan Edward yang tinggal beberapa hari lagi, ada perasaan aneh yang menggerogoti hati mereka. Mereka hanya berharap itu hanya perasaan mereka, semoga tak terjadi apa-apa di hari ulangtahun Andrew dan Edward. Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu datang juga, hari dimana Andrew dan Edward ulang tahun. Di Kerajaan Luce sibuk mempersiapkan kedatang Andrew dan Edward serta keluarganya, mereka benar-benar penasaran dengan wajah sang penyelamat bumi. Sementara itu Andrew dan Ryuzaki sudah siap dengan pakaian formal yang diberikan oleh Oma Maria, pakaian itu seperti pakaian dari Kerajaan dongeng. Mereka berdua terkikik geli ketika memakai baju itu, mereka seperti akan pergi ke pesta kostum yang di adakan oleh anak kecil. Tapi itu tak lama karena Oma Maria menyuruh mereka bergegas karena pesta akan segera dimulai. Mereka pun bergegas menemui Oma Maria, setelah itu Oma Maria membawa mereka ke ruang bawah tanah di rumah tersebut. Mereka berdua berdecak kagum melihat ruangan itu, interiornya seperti rumah bergaya eropa klasik dengan bendera lambang Kerajaan Luce di setiap sudut dindingnya. Mereka berdua terus mengikuti Oma Maria sampai akhirnya tiba di sebuah pintu besar dengan pahatan-pahatan yang indah. Oma Maria memasukkan sebuah batu berbentuk prisma berwarna biru terang ke dalam sebuah lubang. Sepertinya itu adalah kunci untuk masuk ke Kerajaan Luce, karena setelah Oma Maria melakukan itu pintu seketika terbuka. Mereka memasuki pintu itu, dan ternyata mereka langsung berada di bagian luar istana tepatnya keluar dari tembok yang bersebelahan dengan gerbang utama. Setelah semuanya keluar dari pintu itu, secara otomatis pintu itu tertutup kembali tanpa meninggalkan bekas apapun di dinding. Mereka pun berjalan memasuki gerbang kerajaan, tapi belum juga masuk seorang penjaga menghalangi mereka. “Ada keperluan apa?” tanya sang penjaga memandang mereka bertiga dengan pandangan curiga. Penjaga itu bersiaga karena terkadang banyak orang yang tidak diundang pesta memaksa masuk ke dalam istana. “Kami diundang dalam pesta kerajaan ini.” Ujar Oma Maria tegas. “Maaf, tapi hanya orang-orang tertentu saja yang diijinkan masuk.” Jawab sang penjaga yang masih tidak membiarkan mereka masuk ke dalam. “Kau pasti penjaga baru, baru berapa tahun kau diangkat?” cemooh Oma Maria. “Untuk apa kau bertanya sepert itu? Kau pasti hanya orang rendahan yang ingin ikut ke pesta Yang Mulia Raja!” tuduh penjaga itu. “Aku tak peduli dengan ocehanmu, cepat panggil atasanmu kemari. Huh kenapa dia tak becus mendidik penjaga seperti ini.” Cibir Oma Maria kesal, tahu akan diperlakukan seperti ini dia akan memilih datang bersama Denish tadi. “Berani sekali kau menghina atasanku.” Sang penjaga berang karena Oma Maria menghina atasannya. Penjaga itu sudah bersiap maju untuk menyerang Oma Maria. “Jangan mendekat!” ancam Andrew dia berdiri di depan Oma Maria sambil mengacungkan tangan kanannya yang sudah memegang bola berwarna merah transparan. “Berani sekali kau mengancamku anak ingusan.” Sang penjaga yang marah memulai menyerang. Tapi dengan sigap Andrew melempar bola merah di tangannya sampai bola itu mengenai sang penjaga. Penjaga itupun terpental sampai 5 meter dari gerbang utama, dan itu membuat keributan di istana. “Ada apa ini?” tanya pemimpin dari para penjaga mendengar keributan dari arah gerbang istana. “Jadi kau yang mengajari penjaga ini, lain kali tolong ajari dia sopan santun.” titah Oma Maria kesal sambil menunjuk penjaga tadi. “Nyonya anda sudah datang.” Ujar Denish berjalan melewati para penjaga yang berkerumun karena kejadian itu. “Kau dari mana saja, aku kesusahan masuk tadi!” semprot Oma Maria saat dia melihat Denish yang baru saja datang. “Maaf nyonya, tadi aku harus menemani Pangeran dulu.” Jelas Denish menunduk meminta maaf. “Panglima siapa dia?” tanya ketua penjaga itu bingung saat melihat Denish menunduk ke arah Oma Maria. Sepertinya kepala penjaga maupun penjaganya baru saja diangkat jadi mereka tidak tahu Oma Maria. “Beri hormat padanya, dia nyonya Maria mantan penasehat kerajaan ini dan mereka cucunya!” perintah Denish pada para penjaga. “Oh, maafkan kelalaian anak buah saya nyonya!” Ujar ketua penjaga itu sambil menunduk takut. Tentu saja dia takut, dia baru saja diangkat. Sangat tidak lucu jika dia akhirnya turun pangkat lagi karena hal ini. “Sudahlah, lain kali tolong ajari dia sopan santun perkataannya tak pantas untuk orang yang ada di istana.” Perintah Oma Maria, seorang penjaga harusnya bersikap baik pada siapapun. Bukannya merendahkan orang lain seperti tadi. “Kalau begitu nyonya ayo masuk! Tuan Sein dan nyonya Clarisa sudah datang dari tadi.” Ajak Denish, Oma Maria pun mengangguk dan mengikuti Denish masuk ke dalam. Denish membawa mereka ke tempat Clarisa, Sein dan Raja Anthoni berkumpul. “Apa kabar Yang Mulia?” ujar Oma Maria ketika dia melihat Raja Anthoni. “Aku baik, bagaimana dengan anda nyonya?” tanya Raja Anthoni sambil tersenyum. “Baik, jangan memanggilku nyonya panggil saja bibi, bukankah keluarga kita berteman.” Pinta Oma Maria sambil terkekeh pelan untuk mencairkan suasana. “Baiklah bi, lama tak bertemu! Apakah ini Andrew?” tanya Raja Anthoni sambil menunjuk Andrew yang berdiri di belakang Oma Maria. “Benar, dia Andrew dan yang disisinya Ryuzaki.” jawab Oma Maria sambil menuntun keduanya supaya maju ke depan menghadap Raja Anthoni. “Oh, kau putra Kenzo dan Haruka benarkan?” tanya Raja Anthoni bersemangat. Dia sudah pernah bertemu Yui, adik Ryuzaki. Tapi dia belum pernah bertemu dengan Ryuzaki sama sekali. “Benar Yang Mulia.” Kata Ryuzaki menunduk memberikan hormat pada Raja Anthoni. Raja Anthoni tersenyum melihat Andrew dan Ryuzai. “Oh, ya kemana Pangeran David?” tanya Oma Maria karena dia belum bertemu dengan David semenjak dia berada disana. “Dia sedang berkeliling dengan Edward mungkin sebentar lagi akan kembali.” Jelas Raja Anthoni. “Oh, mereka sudah kembali.” Ujar Oma Maria sambil menunjuk David yang berjalan bersama Edward. Mereka sepertinya cepat akrab, karena mereka sepertinya dapat mengobrol dengan santai. “Wah, kalian sudah datang!” David saat melihat Andrew, Ryuzaki dan Oma Maria. Andrew hanya mengangguk menjawab perkataan David. “Semuanya sudah berkumpul bagaimana kalau acaranya dimulai lagipula sebentar lagi tengah malam.” Usul Raja Anthoni. “Maaf, tapi kami masih menunggu satu orang lagi!” jawab Andrew, mereka belum berkumpul semua. Nicole sang pemilik elemen air masih belum menunjukan batang hidungnya pada mereka. “Siapa itu?” tanya Raja Anthoni penasaran, sepertinya sang Raja lupa jika masih ada satu pemilik elemen yang belum datang. “Itu mereka.” Ujar Oma Maria saat melihat Evelyn dan Nicole dari kejauhan. “Apakah itu pemilik elemen air?” tanya Raja Anthoni. “Benar dia orangnya.” Jawab David. Mereka pun segera menghampiri Nicole dan Evelyn yang sedang sibuk mencari keberadaan Oma Maria. Aula istana memang sangat besar, wajar jika mereka kesulitan mencari Oma Maria ditengah lautan manusia itu. “Akhirnya kau datang juga!” seru Oma Maria “Iya, sangat sulit mencari kalian diantara semua orang disini.” Keluh Evelyn. “Jadi karena semuanya sudah berkumpul maka acaranya sudah bisa dimulai.” Ujar Raja Anthoni senang. “Baiklah, mari kita mulai.” Jawab Sein. Mereka pun berjalan ke tengah-tengah ruangan ini, dimana di sana ada sebuah kue besar sebagai kue ulang tahun untuk Andrew dan Edward. Raja Anthoni maju beberapa langkah kedepan untuk membuka acara ini. “Mohon perhatian, kepada semua orang yang ada disini.” Ujar Raja Anthoni lalu terdiam sebentar, membiarkan pada tamu undangan memberikan perhatian kepadanya. “Seperti yang kita tahu kalau acara kali ini diadakan memperingati hari ulang tahun dari orang yang sangat penting di Kerajaan kita, yaitu sang penyelamat bumi. Bukan hanya itu pada hari ini juga, kekuatan mereka akan terbuka sepenuhnya tepat pada saat tengah malam. Dan karena waktu yang ditunggu tinggal sebentar lagi mari kita panggil para penyelamat bumi kita.” Ujar Raja Anthoni, Andrew, Edward, Ryuzaki, David dan Nicole pun maju ke depan. Mereka di perintahkan untuk berdiri melingkar, setiap orang berdiri di batunya masing-masing. David berdiri di batu burung Pheonix, Ryuzaki Garuda, Nicole Naga, Edward Bulan dan Andrew Matahari. “Untuk petunjuk berikutnya sepertinya akan dilanjutkan oleh Bibi Maria.” Ujar Raja Anthoni, Oma Maria pun berjalan menuju kearah mereka. Mereka harus membuka tanda yang ada di tangan mereka masing-masing, setelah itu tangan mereka di rentangkan ke depan dengan posisi tanda mereka di atas. Oma Maria menyuruh mereka menunggu sampai tengah malam dengan posisi seperti itu, setelah itu Oma Maria berjalan ke posisinya semula. Ketika tengah malam tiba, cahaya mulai muncul dari masing-masing penyelamat bumi itu. Cahaya itu berwarna-warni seperti kekuatan yang mereka milikki, hijau untuk Ryuzaki, biru untuk Nicole, orange untuk David, putih untuk Edward dan merah untuk Andrew. Awalnya cahaya yang mereka keluarkan terlihat samar, tapi lama-kelamaan cahaya itu semakin jelas dan menyilaukan. Cahaya itu berlangsung selama 10 menit sebelum akhirnya lambat laun menghilang dan bertepatan dengan hilangnya cahaya itu terjadi serangan dari Kerajaan Duisternis. Semua orang yang ada di sana berlari ketakutan dan para penjaga mulai berdatangan untuk menghadapi serangan dadakan ini. “Jadi kalian yang mereka bilang akan membunuhku?” cibir Raja Ronald melihat anak-anak yang menurut legenda akan membunuhnya suatu saat nanti. “Pergilah Ronald ini bukan wilayah kekuasaanmu!” Perintah Raja Anthoni tegas, matanya menatap tajam ke arah Raja Ronald. “Pergi? Kau bilang pergi? Lucu sekali perkataanmu itu teman lamaku, kau ingin mengusir temanmu yang sedang berkunjung ini?” tanya Raja Ronald dengan tawa yang mengerikan. “Tak ada kunjungan yang dimulai dengan menghancurkan pintu Ronald!” geram Oma Maria. “Hai, tua bangka kau masih hidup? Ternyata umurmu lama juga! Aku kira kau sudah bergabung dengan teman-temanmu yang sudah terkubur di bawah tanah.” Ejek Raja Ronald menertawakan Oma Maria. “Orang yang tak menghargai orangtua berarti dia adalah orang yang tak punya kerhormatan.” Kata Andrew dingin, dia marah karena Oma Maria dijadikan bahan ejekan oleh Raja Ronald. “Anak kecil berani sekali kau menghinaku!” murka Raja Ronald. “Orang yang mudah marah berarti dia bukan orang yang berpikir panjang.” Cibir Andrew yang sepertinya sengaja membuat Raja Ronald semakin marah. “Kau!” Raja Ronald menggeram sambil mengayunkan tongkat yang di bawanya ke arah Andrew. Saat tongkat itu diayunkan, munculah sebuah bayangan hitam yang mengarah ke arah Andrew. Tapi hanya dengan tatapan matanya bayangan itu menghilang entah kemana. Hal itu membuat Raja Ronald semakin murka. “Lavsjenaruus!” seru Raja Ronald dan seketika ada seekor singa berwarna hitam dengan mata berwarna merah. Dengan cekatan David langsung melemparkan bola-bola api ke arah singa itu, sementara Ryuzaki mengendalikan angin di sekitarnya dan membuat cambuk yang tak terlihat dan mulai mencambuki singa itu. Tak lama kemudian singa itu terbaring di tanah lalu menghilang. Namun Raja Ronald tak berhenti di sana dia membuat lagi singa seperti tadi, kali ini jumlahnya 3 ekor. Dan itu membuat Andrew, David dan Ryuzaki masing-masing menghadapi seekor singa. Andrew membuat pedang dari cahaya dan menyerang singa itu dari jarak dekat. David membuat bumerang api dan melemparkannya pada singa sementara Ryuzaki membuat pisau-pisau kecil dari angin dan melemparkannya secara bersamaan kearah singa itu. Dan seperti singa sebelumnya, singa-singa itu mati di tangan mereka bertiga. Merasa dirinya kalah dari anak-anak itu Raja Ronald mencari cara lain, dia sadar kalau dari tadi hanya mereka bertiga yang menyerang. Raja Ronald menunggu mereka bertiga lemah dan menyerang Edward dan Nicole yang belum bisa melakukan apapun. Dan entah karena naluri atau apa Andrew berlari ke arah Edward dan menahan serangan dari Raja Ronald dengan tubuhnya alhasil yang terluka adalah Andrew dan Nicole. Setelah menerima serangan itu mereka langsung tak sadarkan diri. Sementara itu Raja Ronald langsung pergi dengan tawa kemenangan, sementara Edward masih terpaku ditempatnya karena kaget dengan apa yang baru saja di alaminya. Ryuzaki dan David yang melihat Andrew dan Nicole tak sadarkan diri langsung menghampiri mereka. “Andrew, Nicole bangunlah.” Kata Ryuzaki khawatir, Andrew sama sekali tidak bisa membuka matanya. “Ayah, bagaimana ini?” tanya David khawatir melihat Andrew dan Nicole tidak sadarkan diri. “Bawa mereka ke kamar tamu! Kami akan memanggilkan tabib kerajaan untuk memeriksa mereka!” jelas Raja Anthoni, dia juga khawatir. Namun dia berusaha bersikap tenang, panik hanya akan membuat segalanya lebih rumit. “Baiklah, Edward tolong bantu aku membawa Andrew dan kau Ryuzaki bawa Nicole.” Titah David. “Baiklah.” Ujar mereka berdua. Mereka pun membawa Andrew dan Ryuzaki ke kamar tamu di istana itu, mereka membaringkan keduanya di atas ranjang. Tak lama setelah itu, para orangtua datang dengan dua orang tabib. Tabib-tabib itu langsung memeriksa Andrew dan Nicole. “Maaf yang mulia, luka anak ini cukup dalam sepertinya organ dalamnya terkena pengaruh sihir hitam.” Jelas tabib yang memeriksa Andrew. “Lalu kita harus bagaimana?” tanya Raja Anthoni bingung sekaligus khawatir. “Untuk menyembuhkannya perlu waktu sekitar dua minggu!” terang sang tabib. “Itu pun tidak akan menyembuhkan sepenuhnya dan selama itu dia akan terus pingsan.” Lanjutnya. “Baiklah gunakan waktu sebanyak yang kau mau untuk menyembuhkannya!” Perintah Raja Anthoni yang langsung dijawab anggukan oleh tabib tersebut. “Lalu bagaimana dengan anak itu?” tanya Raja Anthoni pada tabib yang memeriksa Nicole. “Anak ini tak memiliki luka yang terlalu parah, saya bisa menyembuhkannya sekarang juga! Kemungkinan besok dia sudah bisa bangun.” Jelas sang tabib. “Syukurlah.” Ujar Raja Anthoni “Maaf, tapi sebaiknya kalian menunggu diluar supaya kami lebih konsentrasi.” Pinta tabib itu. “Baiklah.” Ujar mereka semua. Mereka pun menunggu diluar dengan cemas, terutama bagi Edward dia merasa kalau karena dirinyalah kakaknya terbaring di tempat tidur. Dia benar-benar tak dapat memaafkan dirinya sendiri jika terjadi apa-apa dengan Andrew. Berulang kali Sein dan Clarisa meyakinkannya kalau itu bukan salahnya, tapi Edward tetap merasa kalau itu adalah salahnya. Ketika tabib keluar dan berkata kalau mereka sudah bisa masuk, orang pertama yang masuk adalah Edward. Dia langsung duduk di samping Andrew sambil memegang tangan kakaknya seolah kalau dia melepasnya maka kakaknya akan pergi untuk selamanya. Sementara Ryuzaki dan David duduk di sofa sambil melihat perkembangan mereka, dan para orangtua mereka suruh untuk istirahat dan mempercayakan Nicole dan Andrew pada mereka. Para orangtua pun menurut dan pergi ke kamar yang telah di sediakan oleh Raja Anthoni.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN