Keesokan harinya Denish bangun pagi-pagi, dia membuka matanya dan sadar kalau dia tak berada di kamarnya melainkan di kamar Andrew. Dia melihat ke sampingnya, Andrew masih terlelap sambil memeluknya. Denish tersenyum miris melihat Andrew seperti ini. Dia sangat tahu perasaan Andrew, tumbuh besar menjadi anak yang pintar tapi kurang sekali perhatian. Dan yang membuatnya salut pada anak ini adalah meskipun dia kurang perhatian tapi dia tidak pernah menjadi anak yang nakal. Dia membangunkan Andrew dengan hati-hati.
“Tuan mudah bangunlah!” Denish mengguncangkan pelan bahu Andrew.
“Ehm.” Erang Andrew sambil menggeliat pelan, dia tidak bangun dan malah mencari posisi yang nyaman untuk melanjutkan tidurnya.
“Tuan muda ayo bangun! nanti nyonya datang dan membangunkanmu dengan caranya yang aneh!” bujuk Denish sambil menggoyangkan bahu Andrew pelan.
“Paman, sebentar lagi saja aku masih ngantuk.” Jawab Andrew kemudian melanjutkan kembali tidurnya.
“Ayolah tuan muda, nanti nyonya akan marah padamu!” Denish kembali membujuk Andrew.
“Iya.... Iya.... Aku bangun! Paman tahu, paman sama cerewetnya dengan Ryuzaki!” Ujar Andrew sambil mendudukan dirinya diatas kasur.
“Benarkah?” tanya Denish tidak percaya.
“Benar paman, tapi dia lebih cerewet!” jawab Andrew terkekeh mengingat sikap cerewet sahabatnya itu.
“Siapa yang kau bilang cerewet hah?” tanya Ryuzaki kesal, entah sejak kapan dia ada di depan pintu kamar Andrew. Sepertinya dia menguping semua percakapan Andrew dan Denish karena itu dia kesal.
“Tidak! Aku tidak bilang apa-apa! ya sudah aku mau mandi dulu!” elak Andrew sambil beranjak dari tempat tidurnya dan pergi ke kamar mandi. Setelah Andrew selesai mandi dia ganti baju dengan seragam dan menyiapkan segala perlengkapan sekolahnya. Setelah semua siap dia keluar dari kamarnya lalu pergi ke ruang makan, saat sedang berjalan dia baru sadar kalau kakinya tak sesakit kemarin bahkan sakitnya hampir tak terasa.
“Akhirnya kau sudah siap juga, apa kau mau terlambat ke sekolah?” tanya Oma Maria kesal, cucunya itu selalu saja sulit bangun.
“Tidak Oma, lagi pula akukan sudah siap jadi kenapa Oma mengomel!” jawab Andrew kesal karena Oma Maria mengomelinya pagi-pagi seperti ini.
“Sudahlah Andrew jangan bertengkar dengan Oma mu lebih baik kau cepat sarapan nanti terlambat.” Lerai Haruka, mereka berdua itu jika tidak lerai akan terus bertengkar. Oma Maria akan terus mengomeli Andrew, dan Andrew akan terus menjawab karena kesal diomeli oleh Omanya. Tapi meskipun begitu, mereka tidak saling membenci. Justru itulah cara mereka memperlihatkan kedekatan mereka.
“Iya, bi.” Andrew patuh, dia kemudian duduk di salah satu kursi lalu memakan sarapannya. Setelah dia sarapannya habis Andrew diantar ke sekolah oleh Denish. Diikuti mobil Ryuzaki dibelakangnya, sesampainya di sekolah semua siswa disana kaget melihat kedatangan Andrew yang tak biasanya. Dan juga kedatangan Ryuzaki yang tiba-tiba memakai mobil sport berwarna hijau, dan ketika kedua orang itu keluar dari mobil masing-masing mereka terus melihat Andrew dan Ryuzaki. Kali ini bukan karena kekagetan mereka tapi wajah mereka tampan, apalagi di tambah Andrew dan Ryuzaki yang tidak langsung masuk ke kelas. Ryuzaki memang bersama Andrew tapi di samping mobil Andrew tepatnya di bagian supir sebab mereka sedang bicara dengan Denish.
“Paman terimakasih!” Ujar Andrew
“Iya, nanti kalau pulang telpon paman saja. Paman akan segera ke sini.” Kata Denish, Andrew hanya mengangguk mengiyakan perkataan Denish.
“Sepertinya tak perlu paman, biar nanti pulangnya bersamaku saja aku yakin paman pasti akan mendapat banyak tugas dari Oma selama paman disini.” Sela Ryuzaki.
“Kau bisa saja Tuan Ryu! Ya sudah saya pergi dulu.” Pamit Denish.
“Iya paman, hati-hati di jalan.” Ujar Andrew dan Ryuzaki kompak.
Setelah mobil yang dikendarai oleh Denish pergi, Ryuzaki dan Andrew pun pergi ke kelasnya. Ketika mereka sedang berjalan di lorong, seseorang memanggil mereka sontak mereka melihat ke arah belakang dan ternyata yang memanggil mereka adalah David sang kapten tim basket.
“Andrew, Ryuzaki tunggu sebentar.” Ujar David sambil berlari ke arah mereka berdua, seolah takut keduanya pergi tanpa mendengarnya.
“Kenapa kau berlari seperti itu kapten?” tanya Ryuzaki heran melihat kapten tim basket berlari ke arah mereka.
“Jangan panggil aku kapten, aku tak suka panggil aku Dav atau kak Dav juga boleh.” Ujar David tidak suka, dia memang tidak suka dengan panggilan semacam itu.
“Baiklah, itu tak penting sekarang yang penting kenapa kakak lari?” tanya Andrew penasaran.
“Aku hanya ingin bilang kalau nanti pulang sekolah kalian mulai latihan, tolong bilang pada teman sekelasmu yang juga masuk tim basket.” Pinta David
“Baiklah akan kami sampaikan, tapi Andrew mungkin tak akan latihan kakinya masih sakit akibat pertandingan dengan SMA Piogia di rekreasi kemarin!” jawab Ryuzaki.
“Oh, iya aku juga dengar itu dari guru-guru, apa kakimu sudah tak apa? Sepertinya kau sudah bisa berjalan dengan baik!” tanya David sambil melihat ke arah kaki Andrew.
“Iya, tapi masih sedikit sakit!” ucap Andrew, kakinya memang sudah lebih baik berkat Denish. Tapi kakinya memang masih sedikit sakit jika terlalu lama berjalan,
“Ya sudah kalau begitu jangan paksakan latihan! Sebagai kapten tim basket aku tak mau melihat anggotaku terluka karena memaksakan diri!” nasihat David memegang bahu Andrew, Andrew hanya bisa mengangguk mendengar nasihat David.
“Baiklah, kalau begitu kami ke kelas dulu Kak Dav.” Pamit Ryuzaki.
“Tunggu, bersama saja! Lagi pula kelasku tak jauh dari kelas kalian.” Kata David.
“Ya sudah ayo!” ajak Andrew.
Mereka pun berjalan bersama menuju ke kelas, setelah Andrew dan Ryuzaki sampai di kelasnya dia pamit masuk ke kelas pada David. Sementara David berjalan ke kelasnya yang terhalang dua kelas dari kelas Andrew dan Ryuzaki. Andrew dan Ryuzaki duduk di bangku mereka bersamaan dengan bel masuk berbunyi. Seorang guru masuk ke kelas, pelajaran pertama hari ini adalah sejarah. Belum sepuluh menit pelajaran dimulai, seluruh siswa sudah mulai mengantuk. Mungkin karena cara penyampaiannya yang kurang komunikatif serta monoton membuat suasana kelas menjadi mengantuk. Begitu pun dengan Andrew dan Ryuzaki, hanya saja mereka mati-matian untuk menahan rasa kantuk itu mereka berdua merasa pelajaran ini sungguh seperti siksaan. Bahkan ketika bel istirahat berbunyi mereka berdua sungguh sangat bersyukur karena pelajaran ini sudah selesai.
“Huh, syukurlah akhirnya selesai juga!” Ryuzaki sangat bersyukur kelas sudah berakhir, jika mereka lebih lama lagi mungkin dia juga akan tumbang seperti siswa lain.
“Kau benar Ryu.” Andrew menyetujui perkataan Ryuzaki.
“Hei, kalian berdua mau sampai kapan di situ kalian tidak ingin istirahat?” tanya Nicole saat melihat Andrew dan Ryuzaki tidak juga beranjak dari kursi mereka.
“Tentu saja mau, ayo kita ke kantin!” ajak Ryuzaki.
“Kalau begitu cepat.” Ujar Naysha.
Mereka pun pergi ke kantin bersama-sama, mereka memang sudah biasa melakukan hal itu sejak menjadi panitia kelas. Ketika mereka sampai di kantin, mereka semua memesan makanan lalu duduk di salah satu meja di kantin sambil menunggu pesanan mereka datang. Sambil menunggu pesanan mereka datang, mereka mengobrol.
“Bagaimana kakimu?” tanya Steaven penasaran sekaligus khawatir, ketika terakhir kali mereka melihat kaki Andrew terlihat sangat parah.
“Sudah mendingan!” Andrew tersenyum menjawab pertanyaan Steaven.
“Kami dengar kau datang diantar supir?” tanya Nicole.
“Iya benar, dia di antar supir karena Oma yang menyuruhnya padahal bisa saja dia denganku.” Ujar Ryuzaki
“Sudahlah Ryu, lagipula Oma itu tak bisa dibantah kau tahu sendirikan!” Kata Andrew menenangkan Ryuzaki.
“Tapi, jika kau denganku juga pasti tak akan apa-apa! Lagipula aku tak akan mencelakakanmu.” Ujar Ryuzaki
“Mungkin Oma kalian hanya khawatir saja.” Kata Lion
“Mungkin benar, Oma mungkin terlalu khawatir.” Ujar Ryuzaki
Percakapan mereka terhenti karena pelayan yang membawa pesanan mereka sudah datang.Setelah pelayan pergi, mereka pun memakan makanan mereka. Setelah selesai makan mereka semua pun kembali ke kelas karena bel sebentar lagi berbunyi. Ketika mereka sampai di kelas, bel masuk berbunyi mereka pun segera duduk di kursi masing-masing tak lama kemudian Cyan masuk ke kelas karena ini adalah pelajarannya yaitu matematika. Semua siswa memperhatikan pelajaran ini dengan sangat serius, bukan karena semua siswa di sana menyukai pelajaran ini tapi karena Cyan selalu bertanya tiba-tiba tak tak bisa di tebak siapa yang akan menjadi sasarannya. Dia juga sangat tegas untuk orang yang tak memperhatikan, jadi semua siswa takut padanya.
Tidak terasa waktu pulang, telah tiba semua siswa merapihkan bukunya lalu berhamburan ke luar. Begitu juga dengan Cyan, tapi ketika dia keluar langkahnya terhenti saat melihat David Cyan pun memanggil David dan menyuruhnya mengikutinya. Andrew dan Ryuzaki yang melihat itu kaget dan langsung mengikuti mereka dari belakang, mereka mengkutinya sampai ke taman belakang.
“Apa yang kau mau?” tanya David langsung saat mereka sudah sampai di taman belakang.
“Aku yakin kau tahu cara melumpuhkan anak kembar yang ada di dalam legenda sihir itu.” Jawab Cyan menyeringai. Mendengar hal itu Andrew dan Ryuzaki kaget dan semakin semangat untuk menguping.
“Ternyata kau ingin tahu hal itu, kenapa kau mencari tahu padaku tanyakan saja pada Rajamu itu!” David mendengus mendengar perkataan Cyan. Dia tidak tahu cara melumpuhkan anak kembar itu, dan sekalipun dia tahu dia tidak mungkin mengatakannya pada Cyan. Cyan adalah musuhnya, juga musuh kerajaannya. Mana mungkin dia memberikan informasi yang akan mencelakakan rakyat kerajaannya.
“Berani sekali kau bocah ingusan! Jika dia tahu aku tak mungkin menanyakannya padamu lagipula hanya orang dari kerajaan Luce saja yang tahu.” Cyan marah mendengar jawaban David. Dia merasa di permainkan oleh David.
“Jadi kau ingin aku berkhianat begitu?” tanya David retoris. “Sayangnya aku bukan orang seperti itu.” Lanjutnya tersenyum mengejek pada Cyan.
“Jika kau tidak mau bicara aku akan memaksamu, les serps es descobreix.” Teriak Cyan lalu muncullah ular besar yang siap memangsa David. Tapi baru saja ular itu hendak memangsa David, tangan David mengeluarkan api yang sangat banyak dan mengarahkannya pada ular tersebut hingga ular itu hangus terbakar.
“Kau tak akan menang melawanku.” David memprovokasi Cyan.
“Benarkah?” tanya Cyan menyeringai, dia mengarahkan tangannya ke leher David telapak tangannya terlihat seperti menggenggam sesuatu.
“Maalcoll!” seru Cyan dan seketika itu David merasa ada yang mencekik, Andrew dan Ryuzaki yang tak tahan melihat David seperti itu langsung membantunya.
“Hechizo roto!” Ryuzaki mematahkan sihir Cyan. Cyan yang merasa tak senang sihirnya di patahkan, langsung mencari orang yang melakukannya.
“Siapa yang berani menggangguku?” tanya Cyan marah, matanya nyalang mencari ke seluruh penjuru taman belakang sekolah.
“Kami, memangnya kenapa?” tanya Ryuzaki sambil keluar dari tempat persembunyiannya bersama Andrew
“Kalian, berani sekali kalian!” seru Cyan sambil mengeluarkan bola hitam dari tangannya, bola itu mengapung di atas tangan Cyan
“Rasakan ini.” Ujar Cyan sambil melemparkan bola ditanganya ke arah Andrew dan Ryuzaki
“Honsig bares muure.” Andrew sambil mensejajarkan tangannya di depan d**a dan menariknya ke samping. Bola yang mengarah ke Ryuzaki dan Andrew menghilang di depan mereka tepatnya menghilang karena pelindung yang dibuat oleh Andrew. Cyan yang geram terus berusaha menyerang Andrew dan Ryuzaki, sementara itu David belum bisa berdiri karena nafasnya masih sesak.
“Kalian berdua, mungkin masih bisa menangkis seranganku karena sihir yang aku pakai hanya sihir tingkat menengah tapi bagaimana dengan yang ini.” Kata Cyan sambil mengeluarkan sebuah bola hitam besar di kedua telapak tangannya. Bola itu tampak sangat kuat dan berbahaya. Andrew dan Ryuzaki siap-siap membuat pelindung lagi, dan ketika bola itu di lemparkan pelindung mereka sudah siap. Tapi naas, pelindung mereka tak terlalu kuat untuk menahan sihir Cyan mereka berdua terpental dan menubruk pohon.
“Andrew, Ryuzaki kalian tak apa-apa?” teriak David khawatir melihat keduanya terpental keras menubruk pohon.
“Kami tak apa!” Ujar Ryuzaki menenangkan David sambil berusaha berdiri bertumpu pada pohon di belakannya.
“Kalian bertiga nampaknya sudah bosan hidup ya! Kenapa kalian terus melawan padahal tak ada gunanya!” cibir Cyan melihat bagaimana mereka bertiga masih mencoba melawannya meskipun itu tidak ada gunanya bagi mereka.
“Hentikan Cyan, lawanmu adalah aku!” seru Denish berdiri diatas tembok pembatas sekolah di taman belakang.
“Huh... Pengganggu! Sejak kapan kau disini?” tanya Cyan tak senang melihat kedatangan Denish.
“Baru saja!” jawab Denish tenang. “Sepertinya aku terlambat.” Lanjutnya ketika melihat Ryuzaki, David dan Andrew dalam keadaan kurang baik.
“Kau tak terlambat paman!” kata Andrew sambil terbatuk-batuk, dadanya sesak karena menubruk batang pohon tadi.
“Kalian tak apa tuan muda?” tanya Denish khawatir pada Andrew dan Ryuzaki.
“Kami tak apa paman!” Ryuzaki menjawab untuk menenangkan Denish.
“Kalian sudah bicaranya? aku sudah tak tahan untuk menghabisi kalian!” Cyan tertawa melihat mereka saling mengkhawatirkan padahal mereka sedang dalam pertarungan. Sungguh hal yang menggelikan, seharusnya mereka memikirkan cara agar selamat darinya. Bukannya saling mengkhawatirkan seperti sekarang.
“Diam kau, lawanmu adalah aku!” seru Denish “varmellyss!” lanjutnya melempar cahaya berwarna merah pada Cyan. Cyan yang tidak siap dengan serangan itu langsung terkena serangan dari Denish. Cyan terpental dan menabrak tembok di belakangnya, nafasnya sesak karena serangan tadi tepat mengenai dadanya.
“Awas, kau lain kali pasti akan ku balas!” Ujar Cyan sambil melarikan diri dari tempat itu. Dia merasa Denish bukan lawan yang mudah dilawan, karena itu dia memutuskan untuk mundur dari pertarungan.
Denish yang merasa situasi sudah aman turun dari atas tembok dan berjalan menuju Andrew dan Ryuzaki lalu membantu mereka berdiri. Sementara itu David yang merasa tenaganya sudah mulai pulih berjalan menghampiri mereka.
“Kalian tak apa?” tanya David yang masih khawatir dengan keadaan Andrew dan Ryuzaki.
“Kami tak apa, kakak sendiri?” jawab Ryuzaki.
“Aku juga tak apa-apa! Paman terima kasih sudah menolong kami.” Ujar David pada Denish.
“Sama-sama pangeran David.” Denish membungkuk hormat pada David.
“Pangeran? Maksud paman dia pangeran?” Ryuzaki kaget mendengar yang dikatakan oleh Denish barusan. Dia tidak percaya jika pangeran kerajaan sihir ternyata sekolah di sekolah mereka.
“Anda tak tahu, dia adalah putra dari Raja Anthoni namanya Pangeran David!” jelas Denish karena melihat Andrew dan Ryuzaki kaget. Dia juga sebenarnya kaget, dia tidak tahu jika Pangeran David ternyata sekolah di sekolah yang sama dengan Andrew dan Ryuzaki.
“Kami tak tahu! Itu wajar kami tak pernah ke dunia sihir!” kata Andrew setelah dia mendapatkan kembali akal sehatnya. Dia cukup kaget sampai tidak bisa berkata apapun tadi.
“Benarkah kalian belum pernah ke dunia sihir? Kasihan sekali padahal disana itu sangat indah!” pamer David
“Kami dilarang ke sana oleh Oma.” Ujar Ryuzaki lirih, dia sangat ingin ke dunia sihir. Tapi baik orangtuanya maupun Oma Maria melarangnya pergi. Menurut mereka dunia manusia lebih aman, karena itu dia harus tinggal di sini.
“Panglima kenapa kau ada di dunia manusia?” David mengalihkan pembicaraan, dia merasa sangat bersalah mengatakan tentang dunia sihir pada Andrew dan Ryuzaki. Sekaligus dia penasaran, kenapa salah satu panglima sihir berada di dunia manusia. Meskipun Denish sendiri memang jarang berada di area istana karena selalu di tempatkan di perbatasan.
“Saya sedang menjalankan tugas dari Nyonya Maria! Saya juga sudah ijin kepada baginda Raja.” jelas Denish pada David.
“Aku sangat ingin bertemu dengannya! Mantan penasehat yang paling di segani di dunia sihir Mariana Laurent!” David sangat bersemangat saat mendengar soal Oma Maria. Dia pernah bertemu dengan Oma Maria sekali saat dia kecil. Saat itu Oma Maria berkunjung ke istana untuk bertemu ayahnya. Tapi setelah itu dia tidak pernah bertemu dengan Oma Maria lagi.
“Kenapa kakak tidak mampir saja ke rumah kami! Oma pasti tak akan menolak kedatangan kakak!” usul Ryuzaki.
“Itu benar! Oma itu sangat baik, walaupun sangat cerewet.” Andrew menambahkan.
David pun setuju untuk ke rumah Andrew dan Ryuzaki, tapi sebelum itu dia harus membubarkan latihan basket terlebih dahulu. Teman-temannya pasti sudah menunggunya dari tadi. Mereka pun berpisah, David dan Ryuzaki pergi ke lapangan basket untuk membubarkan latihan. Sementara Andrew dan Denish langsung ke parkiran menunggu mereka di dalam mobil.
Ryuzaki dan David bergegas ke parkiran setelah membubarkan latihan. Mereka masuk ke mobil masing-masing lalu berangkat ke rumah Oma Maria sambil beriringan. Di depan mobil Andrew dan Denis, kedua mobil Ryuzaki dan mobil ketiga adalah milik David. Setelah sampai di depan rumah mereka semua turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah.
Di dalam Oma Maria sedang menunggu mereka dengan khawatir. Dia merasakan sihir yang kuat tadi, dia khawatir jika cucu-cucunya dalam masalah. Mereka memang sudah berlatih, tapi Oma Maria tidak yakin cucu-cucunya dapat untuk menghadapi melawan sihir sekuat itu. Tapi saat melihat cucu-cucunya baik-baik saja dia mulai merasa tenang.
“Aku seperti mengenalmu!” Oma Maria saat dia mulai menyadari keneradaan David, dia terlalu khawatir dengan cucunya hingga tidak menyadari keberadaan David.
“Mungkin anda mengenal saya, nama saya David putra dari Raja Anthoni!” David memperkenalkan dirinya pada Oma Maria. Wajar jika dia tidak mengenalinya sekarang karena mereka bertemu saat David kecil.
“Oh, pantas aku seperti mengenalmu! Akulah yang menyegel kekuatan apimu dan menyembunyikan tanda di tanganmu ketika kau masih bayi!” jawab Oma Maria ketika tahu siapa David. Waktu terasa sangat cepat, bayi itu sudah menjadi pemuda sekarang.
“Anda masih terlihat cantik walaupun sudah tidak muda lagi!” puji David membuat Oma Maria tersipu karena pujiannya.
“Kau terlalu pandai memuji! Sepertinya bakat itu diturunkan dari ayahmu.” kata Oma Maria mengingat Raja Anthoni juga sangat suka memuji orang seperti David.
“Anda terlalu merendah.” David tersenyum mendengar perkataan Oma Maria.
“Hei, sampai kapan kalian akan saling memuji terus di depan pintu.” Suara Ryuzaki sukses mengacaukan semuanya.
“Diam kau Ryu!” Oma Maria kesal karena Ryuzaki mengacaukan suasana yang mereka buat. Jarang-jarang sekali dia dipuji, cucu-cucunya itu lebih sering mengatakan dia cerewet dibandingkan memujinya.
“Anda juga cerewet seperti yang dikatakan oleh Andrew tadi.” Kata David tersenyum.
“Aku memang cerewet tapi itu demi kebaikan mereka!” jawab Oma Maria, dia memang jadi sering mengomel karena Andrew dan Ryuzaki terkadang perlu diomeli.
“Tapi aku tetap mengagumimu!” kata David membuat Oma Maria tersenyum malu.
“Terima kasih! Ayo masuk kita bicara di dalam sambil makan siang aku yakin kalian belum makan siang.” ajak Oma Maria sambil mempersilahkan David masuk ke dalam rumah.
“Baiklah, Nyonya Maria!” jawab David masuk ke dalma rumah.
“Jangan memanggilku nyonya, panggil aku Oma seperti Andrew dan Ryuzaki.” pinta Oma Maria, dia tidak suka dengan panggilan nyonya. Itu membuatnya seperti orang yang haus hormat.
“Baiklah, Nyo... eh Oma.” Ujar David
Mereka pun akhirnya berjalan menuju ke ruang makan, disana mereka menunggu Andrew dan Ryuzaki yang sedang diobati untuk makan siang bersama. Tapi sepertinya prosesnya agak lama karena Oma Maria dan David sudah mulai bosan. Yang datang malah Sein dan Clarisa yang memang sudah bilang akan menjenguk Andrew hari ini.
“Mom dimana Andrew?” tanya Clarisa mengingat di sana memang tidak ada Andrew.
“Dia dan Ryuzaki sedang diobati oleh Denish.” jawab Oma Maria.
“Memangnya mereka kenapa?” tanya Sein penasaran, dia memang tahu Andrew terluka tapi tidak dengan Ryuzaki. Mereka memang tidak tahu terjadi pertarungan tadi.
“Mereka terkena sihir sehingga bagian dalam mereka terluka.” Jelas David.
“Eh, kau siapa?” tanya Clarisa saat melihat orang yang tidak dikenalnya berada di rumah Oma Maria.
“Aku David!” David memperkenalkan dirinya pada Sein dan Clarisa.
“Maksudmu Pangeran David?” tanya Sein kaget, dia belum pernah bertemu dengan David karena dia lebih dulu pergi ke dunia manusia dulu. “Senang bertemu dengan anda!” lanjut Sein sambil memberi hormat pada David.
“Benar!” jawab David “Jangan formal seperti itu denganku, lagipula aku teman dari anak kalian itupun kalau aku tak salah!” pinta David dia tidak ingin dipanggil pangeran selama dia di dunia manusia. Cukup di dunia sihir saja dia dipanggil seperti itu.
“Mom, Dad kapan kaian kemari?” tanya Andrew yang entah sejak kapan berdiri di belakang Sein dan Clarisa. Sepertinya Denish sudah selesai menyembuhkan luka Andrew dan Ryuzaki.
“Kami baru saja sampai sayang! Kau tak apa-apa bagaimana dengan kakimu? aku dengar kau juga terluka dalam?” tanya Clarisa beruntut, dia sangat khawatir dengan keadaan anak sulungnya itu.
“Mom, kalau tanya satu-satu!” pinta Andrew, dia pusing karena pertanyaan beruntun dari ibunya tersebut. “Aku tak apa-apa paman Denish sudah menyembuhkanku.” jawab Andrew akhirnya.
“Denish terima kasih sudah menyembuhkan Andrew! aku memang bukan ayah yang baik untuknya sehingga tak bisa menyembuhkannya dengan tanganku sendiri!” Ujar Sein lirih, dia selalu merasa bersalah tiap kali Andrew terluka atau sakit. Itu karena dia tidak bisa mendampingi anaknya dalam keadaan itu.
“Tak apa-apa Tuan Sein itu sudah kewajibanku sebagai orang yang pernah ditolong oleh kalian!” jawab Denish tersenyum untuk menenangkan Sein.
“Tunggu kau bilang dia bernama Sein? dia Panglima Sein putra dari Oma Maria yang jabatannya sekarang di pegang olehmu?” tanya David kaget, dia pikir mereka bukanlah anak Oma Maria.
“Iya dia orangnya pangeran.” Kata Denish menatap David heran.
“Berarti kalau begitu Andrew itu kembar, karena setahuku panglima Sein itu punya anak kembar?” tanya David sambil menatap Andrew penuh selidik.
“Iya, aku memang memiliki saudara kembar tapi kami tidak tinggal bersama! Kembaranku tinggal bersama Mom dan Dad!” jelas Andrew karena melihat David heran dengan situasinya sekarang.
“Oh, begitu kenapa kalian tidak tinggal bersama saja?” tanya David penasaran.
“Ceritanya panjang! Sudahlah jangan bahas lagi hal itu.” Ujar Ryuzaki, dia tahu itu adalah topik sensitif bagi Andrew. Tinggal bersama Oma Maria bukanlah keinginan Andrew sepenuhnya. Dia tahu Andrew senang tinggal bersama Oma Maria, tapi disisi lain dia juga tahu jika Andrew selalu merindukan kedua orangtuanya.
“Maaf.” Ujar David lirih seolah menyadari kalau dia bertanya hal yang salah pada Andrew.
“Tak apa-apa, ayo kita makan Mom, Dad kalian makan disini juga kan?” tanya Andrew penasaran dan juga sedikit berharap. Sudah lama dia tidak makan bersama kedua orangtuanya.
“Maaf, tapi kami harus mengurus Edward dia juga pasti sudah pulang.” Jawab Sein merasa bersalah.
“Tak apa Dad, pergilah.” Andrew tersenyum lirih, dia tidak boleh egois. Lagipula dia sudah terbiasa makan tanpa orangtuanya.
“Terima kasih kau sudah mau mengerti.” Ujar Clarisa mengecup kening Andrew lalu pergi dari rumah itu.
“Sebaiknya kita makan, nanti makanannya dingin.” Ajak Oma Maria.
“Baiklah Oma.” Ujar Ryuzaki
Mereka pun makan dalam diam, Andrew sebenarnya sangat mengharapkan orangtuanya makan bersamanya disini. Akan tetapi sepertinya itu tak mungkin karena Edward, karena itu dia pun melanjutkan makannya. Setelah selesai makan mereka semua mengobrol di ruang tamu.
“Oma, kenapa kau juga ikut berhenti bekerja di dunia sihir dan ikut ke sini?” tanya David pensaran, Sein memang diperintahkan ayahnya untuk tinggal di dunia manusia. Tapi, Oma Maria tidak menerima perintah itu. Yang ia tahu Oma Maria mengundurkan diri saat dia berusia 6 atau 7 tahun. David kurang mengingatnya, mungkin karena dia masih kecil jadi ingatannya samar.
“Karena aku ingin menjaga cucuku! Kalau kau kenapa kau kesini?” tanya Oma Maria.
“Aku di suruh ayahanda untuk mencari orang-orang yang digariskan dalam legenda! Sepertinya aku sudah menemukan 2 diantara mereka yaitu Andrew dan kembarannya.” Jelas David, dia tidak mengira kalau orang yang dia cari ternyata sangat dekat dengannya.
“Sebenarnya kau sudah menemukan tiga kak, Ryuzaki juga bagian dari legenda itu!” ujar Andrew, David kaget tapi dia bisa dengan cepat mengatasi kekagetannya itu.
“Kalau begitu aku tinggal mencari satu orang lagi.” Gumam David tapi masih bisa di dengar oleh mereka semua yang ada di ruangan tersebut.
“Kami sudah menemukannya! Tapi kami harus memastikannya dulu.” timpal Ryuzaki, dia dan Andrew memang sudah menemukan orang yang dicurigai sebagai bagian dari legenda itu. Tapi mereka perlu memastikan jika orang itu adalah bagian dari legenda atau hanya penyihir biasa dengan elemen yang mereka cari.
“Siapa dia? kita bisa memastikannya bersama-sama!” David bersemangat saat dia mendengar informasi itu. Jika mereka sudah ditemukan akan mudah nantinya untuk menyatukan mereka. Selain itu akan mudah bagi mereka untuk saling melindungi satu sama lain jika salah satu dari mereka diserang.
“Dia adalah Nicole teman sekelas kami!” kata Ryuzaki
“Darimana kalian tahu?” tanya David, bukannya tidak percaya. Tapi dia harus yakin jika mereka tidak asal menebak orang saja.
“Ketika Andrew pingsan setelah permainan basket, aku membawanya ke kamar! Setelahnya tanganku memerah karena kepanasan sementara dia, ketika dia memegang Andrew tak apa-apa padahal selubung sihirnya masih ada.” jelas Ryuzaki.
“Aku juga melihat selubung air pada tubuhnya ketika aku bangun saat itu!” tambah Andrew, dia memang melihat selubung air pada Nicole. Entah Nicole menyadarinya atau tidak, tapi karena sleubung itulah Nicole tidak terkena selubung sihir miliknya.
“Tapi bagaimana membuktikan kalau dia itu bagian dari kita?” tanya David bingung, mudah memang jika melihat selubung sihir itu. Tapi hanya karena Nicole memiliki selubung sihir bukan berarti dia bagian dari mereka. Mereka harus memastikan apakah Nicole memiliki tanda ditangannya atau tidak. Dan sepertinya akan sulit mengetahui hal itu jika bertanya langsung pada Nicole.
“Tenang serahkan hal itu pada Oma! Sebentar lagi di sekolah kalian ada pertemuan orang tua siswa otomatis orangtua dari anak yang kalian bicarakan akan datang, kita bisa mencari tahu apakah benar dia anak yang kita cari atau bukan!” jelas Oma Maria pada mereka
“Caranya?” tanya Ryuzaki masih tak mengerti, terkadang otaknya sedikit mencerna lebih lambat dari yang lainnya.
Karena Ryuzaki tidak mengerti, Oma Maria akhirnya menjelaskan semuanya. Oma Maria bermaksud mencari tahu apakah orangtua dari anak yang mereka bicarakan itu penyihir atau bukan. Akan sangat mudah jika orangtua anak itu penyihir karena mereka juga pasti tahu legenda itu. Tapi kalau orangtuanya disini bukan penyihir mereka harus mencari tahu dengan jalan lain yang pastinya tidak akan membuat anak itu mengira jika mereka adalah musuh.
Hari dimana pertemuan orangtua siswa pun datang, Andrew dan Ryuzaki sudah berangkat ke sekolah duluan tadi pagi. Sementara itu Oma Maria sedang siap-siap untuk pergi ke sekolah Andrew, setelah siap diapun berangkat. Tapi, setelah sampai dia bingung dimana kelas Andrew dan Ryuzaki. Dia baru ingat kalau dia lupa dimana letak kelas mereka berada. Ketika Oma Maria sedang bingung seseorang menepuk bahunya, sontak Oma Maria menengok kebelakang.
“Evelyn sedang apa kau disini?” tanya Oma Maria kaget karena teman lamanya ternyata juga berada di dunia manusia. Evelyn adalah seorang penyihir dengan teknik penyembuhan terbaik di dunia sihir. Setidaknya untuk penyihir dengan sihir penyembuh yang Oma Maria kenal.
“Aku sedang menghadiri rapat orangtua siswa! Cucuku sekolah disini, kau sendiri?” tanya Evelyn, dia juga tidak menyangka akan bertemu dengan Oma Maria di sekolah ini.
“Aku juga sama!” jawab Oma Maria. “Apa kau tahu dimana letak kelas IX a?” tanya Oma Maria penasaran, dia sangat bingung mencari kelas cucunya itu.
“Tentu saja aku tahu, cucuku berada di kelas itu.” Ujar Evelyn membuat Oma Maria senang.
“Kalau begitu kita kesana bersama! Jujur saja aku tak tahu dimana tempatnya.” Kata Oma Maria jujur.
“Baiklah, ayo.” Ajak Evelyn
Merekapun berjalan bersama menuju ke kelas Andrew dan Ryuzaki. Mereka sesekali mengobrol mengenai dunia sihir. Bagaimana awal mereka dulu berteman dan akhirnya berpisah kembali karena pekerjaan mereka yang berbeda. Merea terus mengobrol sampai tidak sadar jika mereka sudah berada di kelas cucu mereka. Di depan kelas, Andrew, Ryuzaki dan Nicole menunggu mereka datang. Mereka melakukan itu karena hanya orangtua mereka saja yang belum datang.
“Oma kenapa baru datang sekarang? Rapatnya sudah dimulai!” Ryuzaki sedikit kesal karena Oma Maria terlambat datang sehingga mereka harus menunggu di luar.
“Maaf, salah sendiri tidak memberitahu Oma dimana letak kelas kalian! Jadi jangan salahkan Oma.” Ujar Oma Maria membela diri.
“Oma kenapa kau juga terlambat?” tanya Nicole pada Evelyn.
“Maaf, Oma ada urusan sebentar tadi.” jawab Evelyn sambil membelai rambut cucunya.
“Oh, ya kenalkan dia sahabat Oma namanya Evelyn!” Oma Maria memperkenalkan Evelyn kepada kedua cucunya.
“Ah ya, namaku Ryuzaki dan dia Andrew.” Ryuzaki memperkenalkan diri sekaligus memperkenalkan Andrew pada Evelyn. Andrew hanya tersenyum kecil sambil membungkuk pada Evelyn.
“Namaku Evelyn! Senang bertemu dengan kalian, kalian bisa memanggilku Oma kalau kalian mau! Umurku tak jauh beda dengan Maria.” Jelas Evelyn pada Andrew dan Ryuzaki. “Ah ya kenalkan Maria, dia cucuku namanya Nicole!” lanjut Evelyn memperkenalkan Nicole pada Oma Maria.
“Perkenalkan namaku Nicole.” Nicole tersenyum pada Oma Maria.
Acara perkenalan mereka pun terus berlanjut, Andrew dan Nicole mulai saling meledek hanya karena masalah kecil. Kedua nenek dari Andrew dan Nicole malah ikut meledek mereka dan mengatakan jika mereka sangat dekat dan serasi. Beruntung acara saling ledek itu terhenti karena Oma Maria dan Evelyn harus segera masuk ke dalam kelas.
Oma Maria dan Evelyn pun masuk diikuti oleh Andrew, Ryuzaki dan Nicole. Untung saja rapatnya belum dimulai terlalu lama, jadi mereka tak terlalu banyak ketinggalan informasi. Tak terasa rapat sudah selesai, Oma Maria dan Evelyn keluar bersama dari kelas dan berjalan bersama menuju keparkiran sambil mengobrol. Sementara Andrew, Ryuzaki dan Nicole masih harus melanjutkan pelajaran mereka.
Selesai rapat, Oma Maria mengajak Evelyn untuk pergi ke kedai teh. Evelyn langsung menerima ajakan itu, mereka sudah lama tidak bertemu jadi wajar jika mereka ingin mengobrol lebih lama. Mereka berduapun pergi ke kedai teh terdekat dari sekolah cucu mereka. Sesampainya di sana mereka duduk di dekat pintu lalu memesan teh beserta beberapa camilan. Mereka melanjutkan acara mengobrol mereka.
“Eve, apakah cucumu itu sama seperti kita?” tanya Oma Maria penasaran. Berbeda dengannya yang memang memiliki anak, Evelyn memang menikah tapi tidak tidak memiliki keturunan. Suaminya dulu meninggal karena suatu penyakit sebelum mereka mendapatkan keturunan. Setelah suaminya meninggal, Evelyn tidak pernah terdengar dekat dengan pria lain. Dia sangat mencintai suaminya, karena itu dia tidak menikah lagi dengan siapapun.
“Iya dia sama seperti kita bahkan dia istimewa, sama seperti cucumu!” jelas Evelyn, berita bahwa anak dari Panglima Sein adalah anak dari legenda sudah tersebar luas di dunia sihir. Karena itu wajar jika Evelyn tahu.
“Jadi dia juga bagian dari legenda itu?” tanya Oma Maria masih tidak yakin.
“Iya! Dia ksatria air.” jawab Evelyn.
“Apa dia tahu kalau dia itu penyihir?” tanya Oma Maria penasaran, dia ingin tahu apakah Evelyn membesarkan Nicole seperti dia membesarkan Andrew dan Ryuzaki. Atau menyembunyikan kekuatannya seperti Edward.
“Tidak! Tapi mungkin aku harus memberitahunya sepulang sekolah! Aku merasa ada pergerakan yang aneh di dunia sihir.” Jelas Evelyn, meskipun dia berada di dunia manusia dia masih memantau keadaan di dunia sihir. Dia seorang penyihir yang loyal, jika memang terjadi sesuatu di dunia sihir dia pasti akan kembali ke sana.
“Memang benar ada pergerakan yang aneh di dunia sihir! Alasannya adalah Raja Ronald mulai menyerang kerajaan kita.” Timpal Oma Maria dia tahu hal itu dari Denish. Beberapa waktu belakangan Denish sangat sibuk karena perbatasan mereka terus di serang. Denish bisa datang ke dunia manusia ketika masalahnya tentang perbatasan mereka yang diserang selesai.
“Oh ya... Apakah cucumu tahu kekuatannya?” tanya Evelyn penasaran.
“Hanya Andrew dan Ryuzaki saja yang tahu! Kembaran Andrew tak tahu kalau dia penyihir!” jawab Oma Maria kemudian meminum tehnya.
“Kenapa dia tak tahu?” tanya Evelyn penasaran, dia juga tidak melihat kembaran Andrew tadi. Padahal sangat jelas menurut informasi yang dia dapatkan cucu Oma Maria itu kembar.
“Untuk mengelabui musuh, supaya mereka mengira kalau anak yang mereka cari bukan Andrew dan Edward!” jelas Oma Maria, Evelyn hanya mengangguk mendengar penjelasan Oma Maria. Jujur mereka dulu cukup mengalami kesulitan ketika Andrew dan Edward tinggal bersama. Entah berapa kali mereka pindah tempat karena rumah mereka terus diketahui pihak musuh. Karena itulah mereka terpaksa memisahkan Andrew dan Edward untuk kebaikan keduanya.
“Tapi dari mana kau tahu kalau Raja Ronald menyerang kerajaan kita?” tanya Evelyn penasaran.
“Dari Denish! Kau ingat anak yang aku angkat dan sudah anggap sebagai anakku sendiri?” Oma Maria mengingatkan Evelyn. Evelyn mengangguk, dia ingat anak itu sangat pemalu dan rendah diri dulu. Dia sedikit tidak mengerti Denish, padahal dia sangat berbakat andai saja dia percaya diri dia pasti tidak akan banyak diejek temannya dulu. Dia ingat setiap mengunjungi Oma Maria anak itu pasti pulang dalam keadaan tidak baik. Entah itu terluka atau bajunya yang penuh dengan kotoran. Dia yakin Denish bisa melawan orang yang menjailinya, tapi dia diam saja karena merasa mereka kedudukannya lebih tinggi darinya.
“Oh ya! Bisakah kau datang pada ulangtahun cucuku? Pada saat itu jika semua orang dalam legenda ada di suatu tempat yang sama kekuatan mereka akan terbuka secara alami.” jelas Oma Maria, menurut legenda yang dia tahu kekuatan anak-anak itu akan terbuka saat anak kembar dari legenda itu mencapai umur dewasa mereka. Oma Maria memang sedikit tidak yakin dengan hal itu, tapi satu-satunya informasi adalah itu. Tidak ada penyihir yang mengetahui informasi lebih lanjut mengenai legenda itu. Mungkin ada, tapi dia tidak yakin jika orang itu masih hidup.
“Baiklah, kapan dan dimana?” tanya Evelyn menyanggupi hal itu, sudah saatnya Nicole tahu perannya di dunia sihir. Lagipula tidak selamanya dia bisa menyembunyikan hal itu dari cucunya.
“Seminggu lagi jam 8 malam di Kerajaan Luce! Raja Anthoni ingin melihat terbukanya kekuatan itu dengan mata kepalanya sendiri.” jawab Oma Maria.
“Baiklah.” Ujar Evelyn.
Setelah itu tak ada lagi perbincangan diantara mereka, mereka sibuk dengan teh dan camilan yang mereka pesan tadi. Setelah teh mereka habis mereka memutuskan untuk pulang, karena sebentar lagi cucu-cucu mereka akan pulang. Dan benar saja tak lama setelah Evelyn pulang, Nicole pulang dari sekolah. Evelyn pun memanggilnya ke ruang tengah untuk menceritakan semuanya.
“Nicole ada yang ingin Oma bicarakan padamu!” kata Evelyn serius.
“Ada apa Oma?” tanya Nicole penasaran, jarang-jarang sekali Omanya itu bersikap serius seperti sekarang.
“Sebenarnya kau bukan manusia biasa. Kau adalah seorang penyihir! Penyihir yang istimewa!” jelas Evelyn.
“Tapi bagaimana mungkin Oma penyihir itu hanya ada dalam novel.” Ujar Nicole tidak percaya, dia suka n****+ fantasi tentang penyihir. Tapi dia tidak mempercayai adanya penyihir. Baginya mereka tidak nyata, hanya ada di n****+ fiksi saja.
“Kau salah, penyihir itu benar-benar ada hanya saja dunia mereka terpisah dengan dunia manusia. Dan kau salah satu dari mereka dan kau juga istimewa kau adalah bagian dari legenda penyelamat bumi.” jelas Evelyn lembut. Nicole pasti terkejut dengana apa yang baru saja di dengarnya. Tapi cepat atau lambat dia harus tahu hal itu, karena itu dia merasa tidak salahnya jika Nicole tahu sekarang.
“Tapi kenapa Oma tidak bilang dari awal kalau aku penyihir?” tanya Nicole, dia masih tidak percaya jika dia adalah seorang penyihir. Dia selama ini hidup normal sebagai seorang manusia, karena itu dia tidak akan mudah mempercayai jika dia seorang penyihir.
“Itu karena kau dan 4 orang lainnya sudah diincar sejak kalian lahir! Kalian adalah penghalang bagi mereka yang haus akan kekuasaan dan kekejaman.” Jelas Evelyn.
“Lalu apa maksud Oma dengan 4 orang lainnya?” tanya Nicole tidak mengerti.
“Mereka sama sepertimu bagian dari legenda itu! Mereka punya ciri masing-masing pada tangan kanannya. Misal kau memiliki tanda naga biru yang artinya kau memiliki kekuatan air, lalu pheonix untuk orang yang memiliki kekuatan api, garuda untuk kekuatan angin! Matahari dan bulan adalah untuk orang yang memiliki kekuatan terkuat.” jelas Evelyn sabar, menjelaskannya dengan menggebu-gebu hanya akan membuat Nicole semakin tidak percaya.
“Tapi aku tak punya tanda itu Oma.” Nicole masih tidak percaya dengan penjelasan Evelyn.
“Kau punya, lihatlah tangan kananmu!” pinta Evelyn dan benar saja tanda yang Evelyn katakan itu benar adanya.
“Tapi bagaimana bisa?” tanya Nicole kaget karena tiba-tiba saja tanda itu muncul di tangan kanannya.
“Aku menyembunyikannya, sama seperti 4 orang lain yang tandanya di sembunyikan.” Ujar Evelyn tenang.
“Lalu bagaimana aku menemukan mereka Oma?” kata Nicole bingung.
“Kau tenang saja, ikutlah dengan Oma ke acara ulang tahun cucu dari teman Oma seminggu lagi! Kau akan bertemu dengan mereka semua.” Ujar Evelyn
“Baiklah Oma.” Nicole pun menuruti permintaan Evelyn. Dia juga cukup penasaran apakah yang dikatakan Evelyn itu benar, atau hanya untuk mengelabuinya saja. Omanya itu terkadang menjailinya dengan lelucon yang diluar nalar, karena itu dia tidak langsung percaya dengan apa yang dikatakan oleh Evelyn.
Karena tidak ada lagi yang ingin mereka bicarakan, Nicole pun pergi ke kamarnya. Dia masih belum mengerti ataupun percaya dengan yang dibicarakan oleh Evelyn tadi. Tapi karena dia terlalu mengantuk dia tidak terlalu memikirkan hal itu dan tidur. Dia juga harus menyiapkan hatinya jika memang apa yang dikatakan Evelyn itu benar.