“Ini bukan salahku. Jika mati lampu, CCTV akan mati juga.” jawabnya dengan membelalak karena tidak ingin disalahkan kembali. Selena masih menatapnya curiga dan Isabelle menghela napas sebelum menunjuk kamarnya sendiri.
“Kau bisa lihat sendiri 'kan ??? Aku tidur di kamarku dan bagaimana mungkin aku yang mematikan listrik ???” ia mendelik pada Selena yang menaikkan sebelah alisnya. Gadis itu tidak mengatakan apa-apa dan mengangguk saja.
Layar monitor aula kembali hidup dan mereka semua terkejut hingga menahan napas. Tidak ada siapapun di sana ! Grissham yang tergolek tadi pun sudah lenyap. Hanya beberapa detik CCTV itu padam dan sangat tak mungkin jika Grissham bangkit untuk pergi dari sana dengan kondisinya yang parah.
“Kemana dia ???” kaget Selena dan ia memutar pandangannya pada semua layar monitor. Tidak ada tanda-tanda Grissham di rumah itu.
“Tidak mungkin dia lenyap begitu saja 'kan ?” Warren ikut mengamati setiap layar monitor.
Selena tiba-tiba berbalik menuju pintu dan berjalan keluar dari ruangan itu. Mereka bertiga tanpa bertanya langsung mengikuti Selena dengan bingung.
“Ayo kita cari dia di lantai 1. Jika ia terjatuh di sini, pasti dia tidak akan pergi jauh.” kata Selena dan ia sibuk mengedarkan pandangannya ke aula yang luas. Tidak ada tempat yang bisa dijadikan tempat untuk bersembunyi.
Mata Selena berhenti di pintu gudang tapi ia kemudian menggeleng pelan. Ruangan itu dikunci dan hanya Isabelle yang memegang kuncinya. Tidak mungkin Grissham bisa masuk ke sana. Ia juga sudah melihat rekaman Isabelle yang tertidur di kamarnya dan sudah pasti bukan dia pelakunya. Tapi, tiba-tiba Ian menghampiri Isabelle.
“Buka pintu gudang. Kita belum mencarinya di sana.” perintahnya pada Isabelle.
Isabelle menunduk dan ia langsung membuka kunci gudang. Gudang itu gelap dan mereka harus menunggu Isabelle menekan sakelarnya. Ketika lampu berwarna kuning temaram hidup, mereka tidak melihat adanya Grissham sama sekali di sana. Gudang itu masih sama sempit dan berantakan seperti pertama kali mereka melihatnya.
Mereka hampir kecewa karena tidak berhasil menemukan Grissham sama sekali. Keempat orang itu hampir saja keluar dari gudang ketika Warren tiba-tiba berhenti. Matanya menangkap sesuatu yang janggal di sudut gudang tempat tumpukan karung-karung tepung berada.
Ia berjalan ke sana hingga membuat semua mata menatapnya bingung. Warren terlihat ragu untuk menyingkap tumpukan karung itu. Tapi, tangannya tetap terarah ke sana.
Dijatuhkannya satu karung tepung ke lantai dan secara tiba-tiba semua tepung berhamburan keluar seperti tumpah. Mereka harus menyingkir jika tidak ingin kakinya terkena tepung. Isabelle sudah hampir mendelik marah karena gudangnya menjadi lebih berantakan. Ia sudah hampir mengomel sebelum Warren secara tiba-tiba menyingkirkan semua karung tepung yang ada.
Mereka terkejut melihat tumpukan tepung yang menggunung tadi tumpah semua dari karungnya. Ada sekop yang menancap di puncak tepung itu. Entah bagaimanapun cara mereka melihatnya, pemandangan itu terlihat sangat janggal seakan membentuk sebuah kuburan dengan pegangan sekop sebagai nisannya.
Selena bergerak mendekati tumpukan tepung itu dan mengulurkan tangannya ke dalam tumpukan tepung. Tangannya mulai gemetar dan ia takut membayangkan apa yang ada di dalamnya.
Tangan Selena masuk ke dalam tumpukan tepung dan ia tersentak seketika. Tangannya menyentuh sesuatu yang kenyal seperti kulit manusia. Tanpa berpikir lagi, Selena langsung menyingkirkan semua tepung-tepung itu berserakan dan membuat ketiga orang itu mengibas-ngibaskan tangan mereka mengenyahkan tepung yang beterbangan.
Hanya perlu beberapa detik bagi Selena untuk mencerna pemandangan di depannya ketika ia berhasil menggali separuh tumpukan tepung itu.
“KYAAAAAAAAAA !!!” jeritan Selena langsung membuat mereka semua terkejut.
Ketiga orang itu bahkan terkejut luar biasa saat melihat pemandangan di depan mereka. Grissham terduduk dengan mata sekop yang menancap di puncak kepalanya. Matanya terbuka lebar seperti ketakutan luar biasa dan mulutnya menganga dengan tepung yang memenuhi setiap rongganya. Darah yang mengalir dari kepalanya berbaur dengan tepung-tepung itu hingga membuat buliran-buliran merah.
Selena terduduk syok melihatnya. Tubuhnya bergetar ketakutan dan jeritan kedua Selena kembali terdengar. Ia mulai menangis ketakutan dan Warren segera menariknya menjauh dari pemandangan mengerikan itu sementara Ian mendekati mayat Grissham. Ian memeriksa mayat Grissham dengan teliti dan hanya menemukan sekop itu sebagai alat pembunuhnya. Isabelle juga mendekati mayat Grissham sambil menunduk memperhatikan. Ia tidak terlihat takut sama sekali.
Sementara itu, Warren masih berusaha menenangkan Selena yang ketakutan luar biasa. Tangisannya sudah pecah dari tadi dan Warren memeluknya sambil mengelus punggungnya untuk menenangkan. Lelaki itu juga sebenarnya terkejut dengan penemuan Grissham yang telah berubah menjadi mayat.
“Warren, bawa Selena naik ke atas.” perintah Ian tiba-tiba. Warren mengangguk dan ia menuntun Selena untuk keluar dari gudang itu.
Ian dan Isabelle berusaha memindahkan mayat Grissham dan menutupinya dengan kain putih agar tidak terlihat. Mereka meletakkan mayat itu di sudut aula agar tidak tersenggol oleh siapapun setelah itu menyusul Warren dan Selena ke ruang bersantai.
Selena masih menangis sesenggukan dan ia tidak bisa menghentikan pikirannya yang masih terbayang oleh tatapan mata Grissham yang kosong mengerikan setelah menjadi mayat. Padahal baru beberapa jam yang lalu ia masih bersama Grissham, tapi tidak disangka-sangka Grissham benar-benar dicelakakan oleh seseorang yang tidak terlihat.
Warren yang biasanya cuek pun entah kenapa menjadi iba melihat Selena seperti itu. Ia masih memeluk Selena dan berusaha menenangkannya. Warren dapat merasakan sekujur tubuh Selena mendingin dan gemetar luar biasa.
“Sudah... sudah berlalu... jangan menangis lagi... tidak apa-apa... ini cuma mimpi buruk...” gumam Warren mengusap kepala Selena.
Tidak berapa lama, Ian dan Isabelle masuk ke ruangan itu. Ian mengurut pelipisnya dengan letih dan menghempaskan tubuhnya ke sofa di samping Warren sementara Isabelle duduk di kursi biasa. Wajahnya pun terlihat sedikit syok.
“Bagaimana kau bisa mengira ada mayat di tumpukan karung itu ?” tanya Ian dengan suara pelan sambil memejamkan mata. Tangannya masih mengurut pelipisnya. Tangis Selena mulai mereda dan ia juga ingin mendengar pembahasan mereka.
“Aku punya ingatan fotografi yang membuatku bisa mengingat sesuatu dalam sekali lihat. Aku masih ingat setiap letak barang di rumah ini dan tentu saja saat masuk ke gudang, tumpukan karung itu terlihat aneh. Aku melihat dari CCTV tadi bahwa karung-karung tepung itu diletakkan di beberapa tempat secara terpisah. Tapi, tadi semuanya ditumpuk di satu tempat dan kurasa Isabelle tidak akan sanggup mengangkat semua karung itu untuk memindahkannya secara cepat.” jelas Warren. Ia masih merangkul Selena yang sesenggukan.
“Jadi maksudmu...?” Ian mengernyit ke arahnya. Warren mengangguk.
“Ada yang sengaja menutupi mayat Grissham dengan tumpukan karung itu. Bahkan lelaki saja butuh waktu lama memindahkan berpuluh-puluh karung tepung.” jawab Warren.
“Kalau... begitu... siapa... yang... melakukannya...?” Selena akhirnya bersuara walaupun ia masih berusaha menahan airmatanya.
“Entahlah... melihat rekaman CCTV saja sulit membuatku percaya kalau...kalau ini perbuatan iblis...” Warren meneguk ludah dengan tegang. Tentu saja ini tidak masuk dalam logikanya sama sekali. Bagaimana bisa seseorang terseret oleh sesuatu yang tak tampak ???
“Mungkin saja... apa kau tidak ingat kau juga mengalami hal aneh di pulau ini ?” Selena mengingatkannya dengan kejadian di lembah misterius. Raut wajah Warren langsung berubah. Nampaknya ia tidak bisa melupakan kejadian itu.
“Aku... benar-benar bingung dengan saat itu...” gumam Warren pelan.
“Mungkin ini memang sulit dipercaya. Tapi, aku merasa memang ada hubungannya dengan iblis...” balas Selena. Semua mata langsung memandang ke arahnya. Merasa di perhatikan, Selena menjadi salah tingkah.
“Maksudku... kalian semua melihat rekaman itu bukan ? Tentu saja tidak mungkin Grissham mau mendorong dirinya sendiri sampai jatuh berguling-guling dari tangga ! Sebenarnya aku ingin mengatakan ini dari awal... tapi, aku memang merasa ada yang aneh di rumah ini...” Selena bergidik dan memeluk dirinya sendiri sambil mengusap lengannya beberapa kali. Warren kembali merangkulnya sambil mengangguk.
“Tidak hanya di rumah ini, tapi menurutku seluruh pulau ini aneh...” timpal Warren. Mereka terdiam beberapa saat hingga keheningan membuat semuanya menjadi lebih mencekam.
“Isabelle, apa kau tidak merasa takut selama tinggal di sini ? Bukankah jika tidak ada peserta, kau hanya seorang diri ?” tanya Selena memandang wanita paruh baya itu yang tetap duduk dengan tenang.
“Tidak. Saya sudah terbiasa tinggal di sini. Saya sudah mengabdi pada keluarga Tramonde selama 80 tahun semenjak ibu saya meninggal di sini.” jawab Isabelle.
“Apa aku boleh bertanya sesuatu ?” Selena terlihat serius dan ia menegakkan tubuhnya.
“Silahkan nona. Selama tidak menyangkut misi dalam permainan, saya akan menjawab pertanyaan anda.” jawab Isabelle. Selena menatapnya selama beberapa detik sebelum menarik napas dalam-dalam.
“Boleh aku tahu kau bicara dengan siapa saat Thomas pingsan di depan pintu ? Aku tidak sengaja mendengar kau bicara dengan seseorang yang suaranya cukup aneh dan aku tidak pernah mendengar suara itu sebelumnya. Kalian membicarakan mengenai kejadian 70 tahun yang lalu.” Selena menatapnya tajam.
Isabelle terlihat terkejut mendengarnya. Tangannya mulai meremas ujung bajunya seperti sedang gelisah. Wanita itu menggigit bagian bawah bibirnya sebelum menjawab pertanyaan Selena.
“Maafkan saya nona... tapi, saya tidak diizinkan untuk mengungkapkan siapa beliau dan semua hal mengenainya. Saya mohon pengertiannya.” jawab Isabelle dan Selena mengerti bahwa Isabelle pasti tidak akan menjawab pertanyaan itu. Ia hanya ingin memastikannya saja.
“Tidak apa-apa, Isabelle. Tapi, bisakah kau ceritakan padaku ada kejadian apa di 70 tahun silam ?” Selena kembali mengernyit.
“Saya mohon maaf sekali lagi, nona. Saya juga tidak diizinkan untuk menceritakan hal itu kepada anda semua. Ini masalah internal keluarga Tramonde.” jawab Isabelle dan Selena menghela napas pasrah. Ia tahu akan sulit sekali mengorek informasi dari wanita itu. Mulutnya seperti dikunci rapat-rapat.
Mereka berdiam diri cukup lama dan sepertinya tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.