Selena bangkit dengan mengernyit dan kembali memandang keluar kamarnya. Masih tidak ada siapa-siapa. Kali ini Selena langsung menutup pintu kamarnya dan menguncinya. Ia berusaha berpikir bahwa mungkin saja karena ia lupa menguncinya hingga pintu itu terbuka kembali.
Selena cepat-cepat bergelung di dalam selimutnya dan berusaha untuk tidur kembali. Belum beberapa menit, terdengar ketukan lagi di pintu kamarnya. Selena yakin sekali kalau pintu kamarnya yang diketuk dan ia langsung berjingkat-jingkat ke arah pintu untuk mendengarkan lebih jelas. Ia menempelkan telinganya ke pintu dan ketukan itu kembali mengejutkannya.
Dengan cepat, Selena langsung membuka pintu kamarnya karena penasaran siapa yang usil dengan mengerjainya seperti ini. Ia membelalak saat melihat Thomas berdiri di depan pintu kamarnya.
“Thomas ! Jadi dari tadi kau yang mengetuk pintu kamarku ??? Kenapa iseng sekali ???” Selena mulai marah-marah dengan suara pelan karena tidak ingin membangunkan yang lain.
“Bicara apa kau, Sel ? Aku baru saja mengetuk pintu kamarmu. Memangnya siapa yang tadi ke sini ?” heran Thomas hingga membuat Selena tertegun mendengarnya. Ia memandang ekspresi Thomas dan pria itu nampaknya bingung dengan kata-kata Selena tadi.
“Tapi... tadi...?” gumam Selena dengan bingung dan Thomas langsung membuyarkan pikirannya.
“Ah ! Nanti saja kau pikirkan itu. Aku kemari untuk memberitahumu kalau nampaknya Grissham melakukan sesuatu di kamarnya. Kau tahu sejak dia menjadi tetangga kamarku, dia menangis sepanjang malam dan kali ini aku tidak tahu apa yang dilakukannya... hanya saja sepertinya dia membentur-benturkan sesuatu ke dinding hingga suaranya mengganggu kamarku...” Thomas menggigit bagian bawah bibirnya dan terlihat khawatir. Selena mengernyit memandangnya.
“Maksudmu...?” Selena berdesis pelan.
“Yah... maksudku... mungkin saja dia melakukan hal-hal gila karena putus cinta...” Thomas memutar bola matanya dan melirik arah kamarnya dan kamar Grissham.
Selena mengikuti Thomas yang berjalan kembali ke arah kamarnya. Selena dapat mendengar bunyi benturan berkali-kali dari dinding kamar Thomas saat lelaki itu menunjuk dinding di samping ranjangnya yang terus menerus berbunyi benturan.
Selena keluar dari kamar Thomas dan berbelok ke kamar Grissham. Ia mengetuk pintunya dan mencoba membuka kamar Grissham. Dikunci.
Bunyi benturan itu semakin keras hingga membuat mereka khawatir. Selena semakin menggedor kamar gadis itu.
“Griss ! Griss ! Buka pintunya !” panggil Selena lebih keras dan ia langsung memandang Thomas.
“Tom, bangunkan Isabelle sekarang ! Kita perlu memintanya untuk membuka pintu kamar ini, dia pasti punya kunci cadangan !” perintah Selena dan Thomas mengangguk pergi ke arah kamar Isabelle.
Selena masih memanggil-manggil Grissham yang masih tidak membukakan pintu. Mendengar keributan yang terjadi di luar, Warren melongokkan kepalanya keluar dari kamar sambil mengernyit dengan wajah mengantuk.
“Apa yang kau lakukan ??? Ini masih subuh !” gerutunya. Selena memandang pria itu tajam.
“Grissham melakukan hal konyol di kamarnya dan kau masih memikirkan tidur ??? Sudah tahu ini karena kau, malah kau melarikan diri dari tanggung jawab !” Selena menunjuk kamar Grissham sambil memelototi Warren yang hanya menaikkan sebelah alisnya. Ia juga bisa mendengar bunyi benturan dari kamar Thomas yang terbuka lebar.
“Mungkin dia hanya cari perhatian.” kata Warren dengan cueknya dan ia kembali masuk ke dalam kamarnya. Selena mendengus kesal dan tidak berapa lama Isabelle datang bersama Thomas.
“Ada apa ini ???” tanya Isabelle sambil masih mengenakan baju tidur. Ia membawa sebundel kunci di tangannya.
Selena tidak mengatakan apa-apa dan hanya menunjuk kamar Grissham. Isabelle dapat mendengar bunyi benturan itu juga dan ia langsung berjalan ke arah pintu kamar Grissham. Dipilihnya salah satu kunci dan ia langsung membuka pintu kamar Grissham.
Mereka bertiga terkejut saat melihat Grissham terduduk di ranjangnya dan membentur-benturkan kepalanya ke dinding hingga ada noda darah di dinding. Pelipis Grissham juga mulai meneteskan darah yang mengalir dari rambutnya.
Cepat-cepat ketiganya langsung masuk ke dalam. Selena dan Thomas otomatis menarik Grissham yang masih berusaha membentur-benturkan kepalanya ke dinding. Ia tidak menunjukkan ekspresi kesakitan atau apapun. Pandangan matanya kosong menatap ke depan seperti tidak ada nyawa.
“Griss ! Grissham ! Sadar !” Selena menampar pelan pipi Grissham berusaha membangunkannya.
Seketika tubuh Grissham mengejang dan ia menjerit kuat sekali. Ia meronta dan dengan mudahnya melepaskan diri dari Thomas dan Selena yang memeganginya. Mereka berdua terjatuh cukup keras dan kaget dengan kekuatan Grissham yang mengerikan.
Mendengar kehebohan yang mereka timbulkan, Ian menghampiri kamar Grissham juga dan melihat ketiga orang itu sedang berusaha menahan Grissham yang kembali membenturkan kepalanya ke dinding. Tapi, kali ini benturannya lebih kuat hingga mereka semua takut ia akan memecahkan kepalanya sendiri.
Lagi-lagi mereka bertiga terlempar oleh tenaga Grissham dan Ian dengan segera langsung menarik Grissham dengan menahan kedua tangannya. Grissham meronta dan nampaknya tenaga Ian lebih kuat darinya hingga sanggup menahan Grissham. Grissham menjerit kembali dan memelototi Ian. Lelaki itu balas membelalak juga padanya.
Rontaan Grissham perlahan memelan dan ia terkulai lemas dengan Ian masih memegangi kedua tangannya. Ekspresi Ian terlihat janggal karena ia tidak menunjukkan khawatir, panik atau perasaan semacam itu. Ia justru terlihat seperti marah dan menggeram sambil menguatkan genggamannya di tangan Grissham. Selena dengan cepat bangkit dan berusaha membuat Ian mengurangi tenaganya karena pergelangan tangan Grissham telah memerah.
Ian tersentak dan ia melepaskan genggamannya hingga membuat Grissham tergeletak di ranjangnya seperti sebuah boneka. Thomas langsung memeriksa keadaan Grissham yang pucat dengan darah masih mengalir di pelipisnya.
Selena pun langsung menoleh pada Isabelle untuk meminta kotak obat. Tapi, ia tertegun saat melihat Isabelle yang menunjukkan ketakutan. Matanya bolak-balik berpindah dari Grissham ke Ian.
“Isabelle, kau baik-baik saja ?” Selena menyentuh pundaknya dan wanita itu terkejut. Ian otomatis menoleh ke arahnya juga dan entah kenapa Isabelle semakin tersentak hingga ia menunduk untuk tidak melihat tatapan matanya.
“Y... ya... saya ti... tidak apa-apa...” gugupnya.
“Kalau begitu, bisa tolong ambilkan kotak obat ?” pinta Selena. Wanita itu mengangguk dan ia langsung keluar dari sana.
Saat Isabelle kembali, mereka mulai sibuk merawat kepala Grissham yang memar dan berdarah seperti itu. Gadis itu pingsan dan wajahnya pucat sekali. Tidak ada yang berniat tidur kembali karena tegang dan mereka memilih untuk menunggu jam sarapan di ruang bersantai.
Selena duduk di sofa bersama dengan Thomas sementara Ian memilih duduk di jendela sambil memandangi matahari yang baru terbit. Isabelle mulai sibuk menyiapkan sarapan untuk mereka semua sementara Warren masih belum menampakkan batang hidungnya sama sekali. Nampaknya ia tidak peduli pada kehebohan yang ditimbulkan oleh mereka semua.
Ketiganya baru beranjak turun ke bawah setelah hampir jam 7 pagi. Mereka akhirnya melihat Warren yang nampaknya tidak menunjukkan ekspresi penasaran terhadap apa yang baru saja terjadi beberapa jam lalu. Ia dengan cueknya duduk menunggu absensi pagi. Entah kenapa Selena rasanya ingin meninju wajah Warren saking geramnya. Tapi, ia tidak ingin membuat keributan dan membiarkan Warren begitu saja seperti nyamuk yang beterbangan.
Selena kembali ke kamar Grissham setelah sarapan. Walaupun ia marah pada sahabatnya itu, tapi ia tidak bisa membiarkan Grissham begitu saja. Dibawanya baki sarapan milik Grissham ke kamarnya dan melihat gadis itu telah terbangun. Ia duduk di ranjangnya sambil mengerang kesakitan memegang kepalanya yang diperban.
“Oh, kau sudah bangun ?” tegur Selena sambil meletakkan sarapan Grissham di meja.
Grissham terkejut melihat Selena berada di kamarnya. Entah kenapa dia merasa canggung Selena membawakannya sarapan dan bingung hendak mengatakan apapun padanya.
“Apa... yang terjadi denganku ? Kenapa kepalaku diperban ? Rasanya sakit sekali...” gumam Grissham masih mengelus kepalanya yang nyeri. Selena duduk di tepi ranjangnya.
“Kau tidak ingat ?” heran Selena. Grissham menggeleng pelan dan memandangnya bingung.
“Kau membuat semua orang heboh dengan tingkahmu subuh tadi !” Selena membelalak padanya. Grissham membesarkan bola matanya karena semakin bingung.
“Memangnya apa yang kulakukan ? Aku cuma ingat aku... aku... menangis tadi malam... setelah itu nampaknya aku ketiduran...” Grissham terlihat malu mengatakannya dan menunduk memainkan selimutnya.
“Thomas membangunkanku dan mengatakan kau membentur-bentur dinding hingga mengganggunya. Kami mengetuk kamarmu berkali-kali tapi kau tidak menjawab dan kami harus memanggil Isabelle untuk membuka kamarmu karena bunyi benturannya semakin kuat.” cerita Selena. Grissham terkejut mendengarnya.
“Aku ??? Membenturkan apa ???” herannya.
“Kepalamu. Kau membenturkan kepalamu berkali-kali ke dinding hingga kami harus menahanmu melakukan itu sebelum kepalamu pecah. Tapi, ternyata tenagamu kuat sekali hingga aku, Thomas dan Isabelle terpental. Beruntung Ian datang dan dia yang menahanmu setelah itu kau pingsan.” lanjut Selena. Grissham benar-benar terkejut mendengarnya dan ia memegangi kepalanya yang sakit.
“Aku benar-benar tidak tahu sama sekali... bahkan aku tidak ingat apapun setelah aku tertidur... hanya saja ketika aku bangun tadi, kepalaku sakit sekali dan semua tubuhku rasanya letih...” kata Grissham.
“Yah... lebih baik kau istirahat saja. Mungkin kau tidur berjalan seperti yang pernah kukatakan. Sarapanmu ada di meja. Jika ada apa-apa kau bisa memanggilku.” Selena tersenyum singkat padanya sebelum beranjak. Grissham tertegun mendengarnya dan ia tersenyum pelan.
“Thanks Sel...” ucapnya sebelum Selena keluar dari kamarnya.
Selena memilih untuk tidak keluar rumah hari ini karena khawatir Grissham membutuhkan bantuannya nanti. Ia memilih untuk mencari cincin itu di dalam rumah terlebih dahulu. Dilihatnya Warren kembali mengobrak-abrik ruang bersantai dan Selena tidak ingin menemuinya daripada tangannya mendarat di wajah pria itu.
Ia berjalan ke lorong kamar Sir Rudolph Tramonde. Dipikirnya mungkin ia bisa memulai pencariannya di kamar itu. Selena membuka pintu kamar utama yang luas itu dan terkejut saat melihat Ian berada di dalam kamar itu sambil berdiri memandangi jendela dengan kedua tangan diselipkan di saku celananya.
Ian menoleh saat pintu kamar terbuka dan melihat Selena berdiri di depan pintu dengan wajah terkejut.
“Apa yang kau lakukan di sini ?” tanya Selena dan ia masuk ke dalam ruangan itu juga. Ian tersenyum padanya.
“Sama sepertimu. Aku juga mencari cincin itu di sini.” jawab Ian santai. Selena mengernyit dan berpikir bahwa saat pertama kali ia melihat Ian di kamar itu, ia tidak terlihat seperti sedang mencari barang dan malah seperti sedang merenung.