Part 7

1275 Kata
Sudah beberapa hari Hena tak masuk kampus ia hanya akan menunggu hasil akhirnya agar ia bisa wisuda dengan perasaan bangganya. Hena sedang di rumah sendirian karena atom pergi ke sekolah dan Gilang sedang bekerja. Sebenarnya hena ingin sekali ke stasiun membantu ibunya bekerja tapi Gilang melarangnya. "Assalamualaikum" suara ketukan Pintu dan yang mengetuk pintu adalah disa. "Waalaikumssalam, masuk aja dis ga di kunci" kataku. "Lo kok pakai tutup pintu rumah segala sih?" Tanya disa sembari masuk kedalam rumah. "Tadi sih kebuka tapi gue tutup lagi karena gue harus mandi, lo ga ke kampus?" Tanya hena. "Gue kesunyian ga ada lo di kampus, kita jalan-jalan yuk" ajak Disa. "Lain kali aja ya Dis, gue lagi nunggu Gilang Pulang untuk makan siang" Kata hena menolak ajakan sahabatnya. "Semenjak abis nikah lo jadi ga banget deh Hen" kata Disa. "Gue kan bilangnya lain kali Disa sayang" Kata Hena merayu sahabatnya agar tak ngambek. Tak lama kemudian suara motor Gilang sudah ada di depan rumah, hena menyambut suaminya di depan teras rumah dengan senyuman manisnya. "Giliran suami lo yang datang di sambut hangat tapi pas gue yang datang di cuekkin aja tuh" kata disa. "Eh...kamu disini Dis?" Tanya gilang. Disa hanya menjawab dengan anggukan. Gilang, Hena dan disa lalu makan siang bersama dengan candaan yang di buat gilang sering kali, hena tak bisa menahan tawanya jika gilang sudah melucu. # Setelah selesai makan siang hena, gilang dan juga disa lalu kembali duduk keruang tamu untuk mengobrol. "Lang, coba kamu perbaikin televisi itu" kata Hena. "Aku harus ke Toko bangunan dulu untuk membeli baut baru, jadi perbaikinya bentar aja ya!!" Kata Gilang. "Baiklah" kata Hena. "Lo bisa memperbaiki televisi rusak juga?" Tanya disa. "Iya, apa aja asalkan sesuai keahlianku, aku bisa memperbaikinya" kata gilang membanggakan dirinya. "Wahh...lo emang perfect Lang, lo bisa kerjain semuanya" kata Disa dengan menatap Gilang. "Apaan sih lo main tatap-tatap suami orang" kata Hena sembari menyentil Disa. "Upss...Lupa kalau gilang adalah suami lo, apa ada cowok di dunia ini yang kayak lo lagi, gue kepengen nih" kata Disa. "Emangnya barang? Ada duanya?" sambung Hena dengan tertawa kecil. "Besok kan aku wisuda, setelah wisuda nanti aku akan mencari pekerjaan di kota, kita tinggal di kota ya lang" kata hena merangkul gilang. "Terserah kamu, lagian kamu kan punya impian aku sebagai suami hanya bisa mendukungmu" kata Gilang sembari mengelus rambut Hitam hena. "Aduhh....Kalian kok romantis banget sih, gue ga tau harus bagaimana lagi" kata Disa yang hanya bisa menatap Hena dan Gilang. "Kamu hanya harus melihat Disa" "Hanya melihat?" "Kalau ga mau lihat ya jangan di liatin, Cari suami aja Sana" Canda Hena. # Di acara wisuda Hena. Di kampus hena begitu gelisah karena sang suami belum juga muncul sedangkan penyerahan Piagam akan di mulai. "Lo kok kelihatan gelisah Hen?" Tanya disa yang sejak tadi melihat sahabatnya sedang mondar mandir. "Gilang kok belum datang ya? Kemana sih dia?" Tanya hena. "Ya ampun...gilang kan sedang di perjalanan barusan kan kalian telfonan" kata Disa menenangkan perasaan sahabatnya. "Tapi kok perasaan gue ga enak ya!! Apa ada sesuatu yang terjadi di Jalan?" Tanya Hena. "Ga mungkinlah Hen, nah itu dia suami lo baru datang" kata Disa sembari menunjuk Gilang. Hena lalu menghela nafas yang panjang karena begitu bersyukur karena Gilang sudah di hadapannya. "Aku telat ya sayang?!!" Tanya gilang. Hena langsung memeluk suaminya dengan erat karena tak tau harus bagaimana menunjukkan rasa bahagianya melihat suaminya sudah di depan matanya. "Ada apa sayang?" Tanya gilang. "Aku kira kamu ada masalah di jalan karena jam segini baru nyampe" kata Hena. "Oh...iya sayang, itu karena aku mampir untuk membeli ini" kata Gilang sembari menunjukkan kalung yang baru saja ia beli. "Apa ini?" "Ini hadiah buat kamu karena kamu sudah berhasil meraih gelar sarjanamu" kata Gilang sembari memakaikan kalung di leher Hena. "Mungkin ini kalung yang paling murah dari semua kalung wanita yang ada tapi kalung ini ku beli dengan hasil keringatku sendiri" kata Gilang sembari mengecup kening istrinya. "Makasih ya!!" Kata hena. # Selesai acara wisuda hena. Gilang lalu mengajak istrinya untuk makan malam bersama di salah satu warung makan di Jalanan.. Mereka memang sederhana. Hena memiliki perasaan yang buruk sejak pagi tadi walaupun ia sudah melihat suaminya tepat di hadapannya, tapi hena masih saja merasa begitu khawatir dan gelisah. "Ada apa sayang? Sejak tadi aku lihat kamu melamun terus" tanya gilang sembari menggenggam tangan istrinya. "Aku ga apa-apa lang, aku hanya bahagia" kata Hena yang tak ingin memberitahukan kepada suaminya tentang perasaan gelisahnya. "Kalau gitu ayo makan" kata gilang sembari menyuapi Hena. # Beberapa menit kemudian mereka lalu berjalan berdampingan dengan menggenggam tangan satu sama lain, hena bahagia dan begitu bahagia suaminya adalah lelaki yang baik. "Kamu mau itu sayang?" Tanya gilang sembari melihat gulali yang ada di seberang jalan. Hena hanya mengangguk. "Kamu tunggu disini, aku beliin dulu ya!!" Kata Gilang sembari menyeberang jalan dan melepas genggamannya di jari jemari Hena. Di detik kemudian Gilang tertabrak mobil dan tubuhnya jatuh tergeletak di Jalanan. Hena begitu panik melihat sekujur tubuh suaminya yang di penuhi dengan darah, hena berteriak minta tolong sembari menghampiri suaminya yang sedang menatapnya. "Gilang, sayang...bangun , kamu liat aku kan lang? Aku Hena istrimu, aku akan membawamu kerumah sakit jadi ku mohon bertahanlah" kata Hena dengan tetesan air matanya. Gilang lalu mengangkat tangan kanannya dan Menyentuh pipi istrinya yang begitu ia cintai dengan tersenyum manis penuh kehangatan. "Mohon bantuannya" kata Hena kepada semua orang yang sedang mengerumuninya. # Sampai dirumah sakit hena lalu mengantarkan suaminya ke ruang Operasi sesuai Intruksi dokter. Hena begitu menangisi sekujur tubuh suaminya yang dipenuhi dengan darah, hena tak bisa menahan perasaan sedihnya dan menangis di hadapan Gilang. Gilang masih menatap hena dengan penuh kebahagiaan. Sampai diruang operasi Hena tak diizinkan masuk oleh beberapa perawat jadi ia memilih menunggu di depan ruang operasi. Hena masih mondar mandir berharap suaminya baik-baik saja dan kembali sehat seperti biasa. Di detik kemudian ibu amanda serta atom datang dengan kepanikan, ibu amanda melihat putrinya sedang menangis. Melihat ibunya sudah datang hena langsung memeluk ibu amanda begitu erat karena merasa sedih dan merasa ia ditinggal sendirian. "Yang sabar ndo, suamimu akan baik-baik saja, kita sama-sama berdoa ya!!" Kata Ibu amanda sembari menepuk pundak putrinya. # Beberapa jam berlalu Ketika dokter keluar dari ruang operasi, Hena langsung menghampiri dokter dengan mengajukan beberapa pertanyaan. "Bagaimana keadaan suami saya dok? Bagaimana keadaan suami saya? Dia baik-baik saja, kan?" Tanya Hena dengan mengulang pertanyaannya. "Suami anda baik-baik saja, beberapa menit lagi akan di pindahkan keruang inap dan akan kembali sadar, jadi anda tak perlu khawatir dan benturan di kepalanya begitu keras mengakibatkan ia harus di operasi di bagian kepalanya" Kata dokter. "Makasih banyak dok" kata ibu amanda. Hena lalu menunggu suaminya di antarkan keruang inap agar dia bisa melihat Gilang baik-baik saja. # Di menit kemudian hena sudah berada di ruang inap suaminya, ia menggenggam tangan Gilang dengan Perasaan yang lega karena melihat gilang baik-baik saja. "Makasih lang, terima kasih karena kamu sudah mau bertahan" kata Hena. "Apakah dia baik-baik saja ndo?" Tanya Ibu amanda. "Kata dokter seperti itu bu, ibu sama atom pulang saja, ibu kan habis jualan pasti capek, aku yang akan menemani suamiku di sini" kata Hena. "Baiklah, kalau begitu ibu Pulang dulu ya, soalnya atom besok sekolah" kata ibu amanda. "Iya, hati-hati di jalan bu" kata Amanda. # Esok paginya Gilang terbangun dengan Melihat tubuhnya sedang di rawat dirumah sakit, gilang lalu melepas inpusnya dan melihat dirinya di cermin. Gilang merasa penasaran apa yang terjadi kepadanya sampai ia terbaring dirumah sakit. "Ada apa denganku? Apa selama ini aku koma? Yang aku ingat aku di Culik, itu saja tapi sampai kerumah sakit ini aku tak mengerti" Kata gilang. Gilang lalu memakai pakaiannya dan keluar dari rumah sakit tanpa menanyakan apapun kepada Suster.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN