5. Dijebak

1229 Kata
Jesyca perlahan mulai membuka matanya, ia memegang kepalanya yang terasa begitu pusing saat ini. Ia masih belum ingat apa yang telah terjadi pada dirinya hari ini. "Ah, pusing sekali." Kemudian, perlahan gadis itu memaksakan tubuhnya untuk bangkit dari tidurnya. "Ash ...." Dia benar-benar tak bisa mengendalikan rasa sakit di kepalanya. Hingga kemudian Jesyca mendengar suara benda bergeser, gadis itu pun menoleh dan menyipitkan matanya untuk memastikan apa yang dilihat olehnya saat ini. Dan akhirnya Jesyca membulatkan matanya saat melihat di depannya, ada seorang pria paruh baya yang baru saja keluar dari kamar mandi, masih hanya mengenakan handuk di pinggangnya memperlihatkan tubuh tambunnya, dengan perut buncit itu. "Wah, sudah bangun cantik," ujar pria paruh baya bertubuh tambun itu. "Tidak." Jesyca menggelengkan kepalanya, gadis itu mencoba mengingat apa yang terjadi sebelumnya, dia yang baru saja makan malam dengan Bu Ajeng, tiba-tiba merasakan pusing teramat sangat di kepalanya hingga dia kehilangan kesadarannya. "Ayo, Om sudah mandi, siap kita bermain sampai pagi." Jesyca terus menggeleng, ia kemudian membuka selimut yang menutup tubuhnya, dan gadis itu semakin terkejut setelah melihat bagaimana tubuhnya saat ini. Dia memakai pakaian kurang yang begitu pendek dan menerawang. "Tidak, aku tidak mau." Jesyca mulai paham apa yang akan terjadi, dia kumpulkan kesadaran dan keberaniannya. Dia memaksakan tubuhnya turun dari ranjang meski ia sampai terhuyung dan terduduk kembali di ranjang, kepalanya benar-benar masih terasa pusing saat ini. "Tidak mau bagaimana, Om sudah bayar mahal untukmu malam ini, ayo puaskan Om, nanti Om kasih bonus." Jesyca langsung menepis tangan pria tambun itu yang menyentuh lengannya yang terbuka, ia juga mengambil bantal lalu melempar ke arah pria paruh baya tambun itu. "Gak, aku bukan perempuan seperti itu," ujar Jesyca, dengan sekuat tenaga ia berusaha bangkit lalu mendorong tubuh pria itu. "Berengsek!" umpat pria paruh baya yang jatuh terduduk karena dorongan Jesyca. Jesyca kembali melihat ke sekelilingnya, tak ia lihat pakaiannya di tempat itu, tas pun tak ada, dia bingung, harus kabur, tapi pakaiannya terlalu terbuka dan transparan, dia takut di luar akan lebih berbahaya. "Tidak, aku tak akan tau kalau tak mencoba," ujarnya, kemudian dia mencoba melangkah meski kepalanya benar-benar masih terasa pusing. "Mau kemana, jangan harap bisa kabur!" ujar pria tambun tadi yang kini sudah berdiri menghadang Jesyca, mata pria itu menatap lapar pada tubuh wanita di depannya. "Gak, aku harus pergi!" ujar Jesyca, dia berusaha mendorong tubuh pria paruh baya tambun di depannya. "Eits, mau kemana, jangan harap bisa kabur sebelum kamu puaskan Om malam ini." Tangan pria itu menahan tangan Jesyca, dan gadis itu pun kembali mencoba memberontak meski tenaganya kalah jauh dari pria tambun itu. Hingga kemudian Jesyca merasakan tubuhnya terhempas ke atas kasur. Gadis itu pun menggeleng, dia tak mau hidupnya berakhir seperti ini. Impiannya besar dan dia pun ingin mencari Papa Dimas, dia tak mau berakhir seperti Mommy Stella, seperti yang dia dengar dulu, merupakan seorang wanita penghibur. Tidak, dia tak mau seperti itu. "Ayo, sekarang puaskan Om!" "No, jangan!" Jesyca terus berusaha menahan wajah pria paruh baya tambun itu yang mencoba menciumnya. "Oke, jika tak mau pemanasan, kita bisa langsung," ujar pria tambun itu yang bangkit turun dari ranjang, lalu membuka handuk di pinggangnya. "Tidak!" Jesyca langsung memalingkan wajahnya ke samping, dia benar-benar syok melihat benda tumpul milik pria tambun itu, seumur hidupnya baru pernah dia melihat benda seperti itu secara langsung. Jesyca mengetatkan rahangnya, dia benar-benar tak mau berakhir seperti Mommy Stella. Dengan mengumpulkan keberaniannya, Jesyca mundur saat pria tambun itu kembali naik ke ranjang dan mendekatinya. "Jangan!" teriak Jesyca saat pria itu merobek satu sisi kain tipis yang dikenakannya hingga satu tali itu lepas. "Wah, kau semakin menggairahkan sekarang!" Jesyca menggeleng, lalu dia mengangkat kakinya dan menendang bagian tubuh milik pria tambun itu. "Oh s**t," umpat pria tambun itu sambil memegang miliknya, Jesyca yakin itu sangat sakit. Kemudian Jesyca tak mau membuang kesempatan, dia pun turun dari ranjang, dan menahan rasa pusing di kepalanya, tak peduli dengan penampilannya, ia harus kabur dan mencari bantuan. "Hai, jangan kabur!" ujar pria tambun tadi yang Jesyca yakin tak akan mampu mengejarnya. Jesyca kemudian menuju pintu, dia mencoba membukanya namun rupanya pintu itu terkunci. Kemudian Jesyca mencari ke sekelilingnya, hingga dia menemukan kunci kamar itu, dengan segera dia mengambil dan menggunakannya untuk membuka pintu kamar itu. "Hai dia kabur, dapatkan dia atau kalian harus mengembalikan uangku tiga kali lipat, berengsek!" umpat pria tambun tadi yang membuat Jesyca semakin gugup, dia yakin pria tambun itu menelpon orang-orang yang tadi membawanya ke tempat itu. "Ah, terbuka," gumam Jesyca, dia lega karena pintu itu akhirnya terbuka, namun kemudian dia ragu untuk keluar kamar itu, dia hanya mengenakan lingerie merah yang begitu tipis memperlihatkan kain segitiga yang menutup area inti miliknya, bahkan tak ada kain lain lagi selain itu, belum lagi, satu tali peyangga di pundaknya telah putus. "Jangan lari!" seru pria tambun tadi, yang akhirnya meyakinkan Jesyca untuk lari, urusan bagaimana nanti di luar, yang penting dia pergi dulu dari tempat bahaya itu. Dan Jesyca pun lari dengan tubuhnya yang sempoyongan karena dia benar-benar masih pusing, entah apa yang terjadi, dia bukan hanya tidur, tapi juga pusing. 'Nasib baik mereka sepertinya tak memberikanku obat perangsang,' batin Jesyca. "Hai jangan lari!" Jesyca menoleh dan dia bertambah panik saat melihat dua istri Pak Baron, Risa dan Sista. "Ya Tuhan, apa mereka yang tega melakukan hal ini padaku?" "Tidak, sekarang bukan saatnya aku menuntut," gumam Jesyca dan dia kemudian memutuskan untuk lari kembali, dia memencet beberapa lift dan dia segera masuk ke dalam lift yang berhasil terbuka. "Hai jangan kabur!" Jesyca masuk dengan panik, berharap lift itu tertutup sebelum Risa dan Sista berhasil mengejarnya. "Hai-" Jesyca benar-benar lega setelah pintu lift tertutup tepat saat Risa dan Sista hampir menjangkaunya. "Sekarang aku harus kemana?" gumam Jesyca bingung, akhirnya ia memutuskan untuk memencet angka di atas lantai itu, ia yakin di sana lebih sepi, ia harus cari cara di mana dia bisa mendapatkan pakaian lain. Dan tak lama, pintu lift terbuka, Jesyca melihat ke luar dan dia lega karena benar seperti dugaannya, lantai itu cukup sepi karena dia yakin kamar di lantai itu setidanya kamar tipe suite room. Jesyca kemudian mencoba membuka pintu kamar di lantai itu satu persatu, berharap ada yang bisa dia buka dan dia bisa mencari bathrobe untuk ia pakai. "Itu dia!" Chika langsung menoleh dan dia kembali panik saat melihat Risa dan Sista menemukannya. Dia kemudian kembali berlari dan terus mencoba membuka pintu yang dia lewati. "Ah terbuka," ujarnya lega, dia kemudian masuk ke dalam kamar itu lalu menguncinya. Jesyca masuk lebih ke dalam lagi, dia tak mau tertangkap, dia tak mau berakhir seperti Mommy Stella. "Kemana aku harus sembunyi?" Hingga kemudian Jesyca yang panik, menemukan satu tempat untuknya bersembunyi, dia pun membuka tempat itu dan masuk ke dalamnya. Jesyca benar-benar takut saat ini, bayang-bayang cerita masa lalu tentang ibunya berputar di otaknya. Dia yang panik memeluk lututnya di dalam ruangan kosong dan gelap itu, juga sempit. 'Ya Tuhan, lindungi aku,' batin Chika penuh harap. Hingga Chika bertambah panik saat pintu di sampingnya terbuka. "Hai, kau siapa?" tanya seorang pria yang kini hanya memakai handuk di pinggangnya, juga rambut basahnya yang meneteskan air dan mengenai lengannya. "Tuan, aku mohon biarkan aku bersembunyi di sini, aku mohon!" pinta Jesyca. "Tolong, selamatkan aku, mereka mau menjualku!" "Apa?" "Tolong Tuan, tutup pintunya, biarkan aku bersembunyi di sini!" "Tolong Tuan!" Jesyca tersentak, saat pria yang hanya mengenakan bathrobe itu, tiba-tiba menutup pintu lemari tempat persembunyiannya. "Tuhan, tolong, tunjukan satu kebaikanmu padaku kali ini, selamatkan aku."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN