"Jangan memancing emosinya, seperti yang aku katakan tadi, dia pernah depresi," ujar Farel. "Jadi, perasaanya akan lebih sensitif, mudah tersinggung dan marah, jika dia marah, jangan mendekat, menghindarlah!" Farel menatap intens pada Jesyca, dia sangat mengkhawatirkan sahabat masa kecilnya itu. Takut, sewaktu-waktu Arron kumat dan mencelakai Jesyca, dia tidak mau terjadi apa-apa pada sahabat kecilnya itu, dia menyayangi Jesyca layaknya dia menyayangi Sean dan Celline, adik kembarnya. "Oh, iya." Jesyca menghela napasnya, dia ragu akan menuruti Farel, sejauh dia mengenal Arron, meski baru beberapa hari, pria itu terlihat bisa mengendalikan dirinya. "Udah sore, aku harus pulang, aku harus masak buat Arron, dia tidak boleh makan sembarangan lagi," ujar Jesyca. Saat Jesyca mau berdiri,