"Tipeku?" Jesyca terdiam, membayangkan sosok Farel yang tinggi, tampan dan terlihat lembut juga penyayang, kulitnya putih, rapi, dan wangi. Namun, sesaat kemudian, dia menggeleng, dia sudah bertekad melupakan perasaanya pada Farel. Kemudian, Jesyca mencoba memikirkan Papa Dimas. Gagah, tinggi, tampan, beralis tebal dan mata tajam. Rahangnya kokoh, berdada bidang. "Ah, seperti ...," ucap Jesyca ragu, dia menatap intens pada pria di depannya. 'lah, kenapa Arron punya karakter mirip Papa Dimas?' Jesyca memindai penampilan Arron. Pria itu berwajah tampan, alis tebal, hidung mancung, bibir tipis, rahang kokoh dan matanya tajam. 'Kenapa dia sebelas dua belas sama Papa Dimas.' "Seperti apa tipemu?" tanya Arron sekali lagi. "Ya seperti Pak Arron," jawab Jesyca dengan lantang. "Seper