Bagian 19

1051 Kata
Dengan sangat terpaksa aku harus berhenti berjuang hari ini. Karena memang tidak ada yang bisa aku lakukan lagi hari ini. Aku membawa kertas berkas yang diberikan oleh Pak Warsito ini. Benar - benar sudah lusuh dan tidak bisa dibaca sama sekali. Aku pun pasrah meletakkan kertas itu di dalam tas. Kemudian aku mulai melajukan mobil ini. Aku berkendara tak tentu arah. Karena aku masih belum tahu harus bagaimana. Masih bingung apa yang harus aku lakukan. Ke mana tujuanku setelah ini. Beberapa kali aku berputar melewati jalan yang sama saling bingungnya aku harus ke mana. Aku juga belum siap menyampaikan kabar kurang mengenakkan ini pada Mama. Ketika pandanganku menyapu sebuah kedai makan bebek goreng, perutku mendadak berbunyi dan terasa sangat perih. Astaga ... aku ingat kalau aku belum makan. Perut ini sampai memberikan peringatan seperti ini. Baik lah, sepertinya aku memang harus makan dulu. Tidak lucu kalau aku sampai sakit dan menunda pencarian Ardina, hanya karena sakit yang disebabkan oleh kurang nutrisi. Aku pun segera menyalakan lampu sein. Seorang tukang parkir segera mengarahkan aku untuk masuk ke dalam salah satu slot parkir yang kosong. Selama menunggu hidangan yang aku pesan, aku hanya duduk diam. Memikirkan kembali perjuanganku hari ini yang begitu melelahkan dan menyakitkan. Ini bahkan baru hari pertama. Astaga ... bukan kah aku terlalu lemah karena aku terus - menerus mengeluh? Ah, aku masih belum berani, belum sampai hati menghubungi Mama pula. Saat hidangan sudah sampai, dan juga minumannya, aku hanya segera makan dengan fokus dan lahap saking laparnya. Dan dalam sekejap hidangan itu sudah tandas, berpindah tempat dalam perutku. Aku tidak langsung pergi. Aku masih memikirkan apa yang akan aku lakukan setelah ini? Ke rumah sakit, kah? Atau ke rumah, kah? Atau menemui orang lain yang sekiranya tahu di mana keberadaan Ardina saat ini. Tapi siapa? Aku bahkan sudah lupa siapa saja kah teman - teman dekat mangan istriku itu. Aku pun mengambil sebatang r o k o k, kemudian menyulutnya dengan api korek. Kepulan asap segera tercipta ketika aku meniupkan apa yang baru saja aku hisap. Habis tiga batang r o k o k, aku kemudian baru beranjak untuk membayar makananku, kemudian pergi. Nyatanya aku memutuskan untuk pulang terlebih dahulu. Untuk mencari petunjuk tentang kira - kira siapa lagi yang bisa aku hubungi untuk mencari Ardina. ~~~ Single Father - Sheilanda Khoirunnisa ~~~ Sampai rumah aku segera masuk kamar. Ingin rasanya aku langsung berbaring di ranjang sekadar untuk meluruskan pinggang. Tapi aku mengurungkan niat itu. Aku memutuskan untuk mandi terlebih dahulu supaya segar, dan lebih nyaman ketika istirahat nanti. Niat mandi sebentar, nyatanya itu tidak terjadi. Aku malah berakhir berendam dalam air hangat bercampur busa sabun. Rasanya begitu nyaman, seakan seluruh lelahku hari ini terbayar. Mendadak pikiranku kembali segar pula. Dan aku kembali bisa berpikir dengan jernih. Mendadak aku teringat dengan barang - Barang yang ditinggalkan oleh Ardina dulu sebelum ia pergi dari sini. Barang - barang itu tidak aku buang. Melainkan aku simpan di dalam gudang. Aku harus mencari kotak barang itu setelah ini. Hal itu memicuku untuk segera mengakhiri prosesi mandi yang begitu lama ini. Aku mengenakan kaos oblong warna putih, dan sweat pants warna abu - abu. Kemudian aku bergegas turun menuju ke gudang yang berada di bawah tangga. Aku menuju ke laci yang berada di meja televisi. Tempat aku menyimpan kunci gudang, dan beberaoa kunci lain di rumah ini. Setelah itu tentu saja aku langsung membuka gudang. Aku masih ingat betul di mana menyimpan kotak itu. Sayangnya begitu gudang aku buka, dan aku melihat tumpukan barang yang begitu banyak, menindih kotak barang milik Ardina itu. Rasanya aku ingin menghela napas panjang. Aku baru saja mandi, tapi harus menyingkirkan barang kotor sebanyak itu demi mengambil kotak lawas Ardina. Fiuh ... baik lah. Aku rasa tidak masalah. Nanti tinggal mandi lagi. Padahal aku sendiri yang meletakkan benda itu di sana. Tapi aku sendiri pula yang kesal akan keberadaannya di sana. Aku hanya tidak menyangka akan mengambil barang itu lagi. Aku pikir dia hanya akan membusuk di sana, sehingga aku letakkan di posisi paling bawah. Aku pun mulai menurunkan satu per satu barang dalam kotak di sana. Semuanya berukuran besar dan berat. Membuatku cukup kepayahan. Namun pada akhirnya ku telah sampai pada kotak itu. Segera kuambil dia. Aku mencari sebuah lap untuk membersihkannya, sebelum kotak itu aku bawa keluar gudang. Kotak itu memiliki gembok. Ini dia, kuncinya aku genggam. Tadi aku ambil bersama dengan saat aku mengambil kunci gudang. Barang - barang di dalam kotak itu menyambutku. Bau khas benda lawas yang sudah lama tak terjamah segera menguat. Aku mengambil satu per satu dari saja. Hingga aku akhir menemukan apa yang aku cari. Tanpa sadar bibir ini tersenyum. Benda ini, sebuah buku memori. Lebih tepatnya memori kelulusan Ardina dari universitas. Seketika segala kenangan kembali muncul. Ya, saat - saat itu. Tak bisa aku pungkiri. Saat - saat gang begitu indah. Teramat sangat indah, hingga otak ini menolak untuk melupakan semuanya, meski sebenarnya aku ingin. Aku membuka satu per satu lembar buku memori itu. Hingga aku sampai di fakultas pendidikan. Sampai aku tiba di program studi pendidikan ekonomi. Ya, di sana lah data Ardina dan teman - teman karibnya berada. Dan aku pun kembali tersenyum karenanya. ~~~ Single Father - Sheilanda Khoirunnisa ~~~  Masya Allah Tabarakallah.        Halo semuanya. Ketemu lagi di cerita saya. Kali ini judulnya Single Father. Mau tahu kenapa dikasih judul Single Father? Ikutin terus ceritanya, ya.         Oh iya, selain cerita ini saya punya cerita lain -- yang semuanya sudah komplit -- di akun Dreame / Innovel saya ini.   Mereka adalah:          1. LUA Lounge [ Komplit ]                   2. Behind That Face [ Komplit ]              3. Nami And The Gangsters ( Sequel LUA Lounge ) [ Komplit ]              4. The Gone Twin [ Komplit ]         5. My Sick Partner [ Komplit ]        6. Tokyo Banana [ Komplit ]                7. Melahirkan Anak Setan [ Komplit ]         8. Youtuber Sekarat, Author Gila [ Komplit ]          9. Asmara Samara [ Komplit ]        10. Murmuring [ On - Going ]        11. Genderuwo Ganteng [ On - Going ]        12. Theatre Musical: Roll Egg [ On - Going ]        13. In Memoriam My Dear Husband [ On - Going ]        14. Billionaire Brothers Love Me [ On - Going ]         Jangan lupa pencet love tanda hati warna ungu.       Cukup 1 kali aja ya pencetnya.    Terima kasih. Selamat membaca.         -- T B C --          
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN