Winda mendengarkan cerita yang meluncur dari mulut Pak Wahid tanpa menyela. Tapi Dimas bisa merasakan getaran tangan Winda yang berada di dalam genggaman tangannya. Tangan itu terasa dingin, namun basah karena keringat dingin yang keluar. Pak Wahid menyelesaikan ceritanya, dan semua mata tertuju kepada Winda, termasuk Dimas yang duduk disampingnya. Mereka harap-harap cemas, menunggu reaksi Winda, apa lagi Dimas hatinya benar-benar cemas. Tatapan Winda lurus pada Pak Wahid, mata itu tidak berkedip. Tiba-tiba Winda tertawa nyaring. "Papah sedang mendongeng?" Tanya Winda diantara tawanya. "Winda!" Dimas mempererat genggamannya. "Papah pintar mendongeng ya, Daddy. Waktu kecil Winda tidak pernah didongengkan sama Papah, sekarang Winda sudah besar, sudah menikah, kenapa didongengkan sih Pah