“Nenek,” Axel tersenyum lembut, pria itu membungkuk memeluk Teresia sejenak sebelum menarik kursi dan duduk di hadapan Teresia.
Teresia, dia adalah wanita tua yang sudah berusia delapan puluh dua tahun. Meski sudah tua, namun wanita itu tetap dapat bersikap anggun. Di tangan Teresia terdapat tablet bersama pen, Teresia memberkan kedua benda itu kepada Axel.
Axel segera mengambilnya dan menulis sesuatu di tablet, lalu menunjukannya pada Teresia.
“Ada urusan apa Nenek ke sini?”
“Membicarakan perjodohanmu Axel, kau tidak memiliki waktu lagi untuk berpikir dan memilih,” jawab Teresia memberitahu.
Teresia, wanita yang kini berusia delapan puluh dua tahun itu mengalami mengalami ketulian permanen sejak Sembilan tahun yang lalu karena sebuah kecelakaan. Teresia terjatuh dari kuda saat menaiki sebuah gunung untuk liburan, kepalanya mengalami gegar otak dan mendapatkan benturan keras, karena hal itulah kini Teresia harus menggunakan sebuah alat komunikasi untuk bisa berbicara dengan orang lain.
Axel tertunduk kembali menulis sesuatu di layar, lalu menunjukannya lagi pada Teresia.
“Di bandingkan dengan memintaku untuk menerima pernikahan bisnis ini, sebaiknya nenek meluangkan waktu untuk melihat hasil pekerjaanku selama ini.”
Kepala Teresia memiring, wanita itu menilik keseriusan di mata Axel yang masih enggan untuk menerima usulan Teresia mengenai pernikahan bisnis yang di ajukan.
“Kenapa kau sangat menolak pernikahan bisnis ini Axel?” Teresia melembutkan suaranya.
Axel menulis lagi, lalu menunjukannya di hadapan Teresia.
“Tentu saja aku menolak, aku tidak ingin main-main dengan pernikahan. Aku juga khawatir jika nanti wanita yang aku nikahi menusukku dari belakang.”
Jawaban Axel membuat Teresia terdiam cukup lama karena harus memikirkan kata-kata yang tepat untuk membuat Axel mengubah keputusannya dan menyetujui usulannya.
“Kau salah Axel.” Teresia menegakan tubunya sejenak, lalu kembali melanjutkan ucapannya. “Justru perempuan yang aku pilih akan mencegahmu di susupi pengkhianat. Perempuan itu adalah anak dari sahabat ayahmu, aku mengenalinya dengan baik dan dia satu-satunya orang asing yang paling aku percaya. Aku lebih percaya mereka di bandingkan dengan adik kandungku sendiri. Mereka jujur dan yang paling penting, ini menguntungkan.”
Penjelasan panjang lebar Teresia, sedikitpun tidak dapat mengubah pikiran Axel, pria itu tetap menggeleng dan tidak setuju dengan rencana pernikahan bisnis yang akan di rencanakan Teresia.
“Aku akan memberimu waktu untuk berpikir selama satu minggu. Jika kau masih bimbang tidak jelas seperti ini, sebaiknya bersiap-siap bekerja lebih keras atau di depak dari kursimu. Meski kau cucuku, aku akan mendukung calon peminpin lain yang lebih kuat dan memiliki dedikasi tinggi pada pekerjaan. Ingat Axel, sampai saat ini aku adalah pemegang saham terbesar, keputusan masih bisa aku atur demi kemajuan perusahaan.”
“Baik Nenek.”
Teresia segera beranjak dari duduknya dan mengambil tongkatnya, dengan tertatih-tatih dia melangkah pergi, dengan penuh perhatian Axel segera menyusul dan mengantarnya sampai keluar.
***
David berlari tergesa keluar dari rumah begitu tidak menemukan keberadaan Teresia di dalam. Usai berkenalakan dengan Naomi dan memastikan wajahnya adalah orang yang sama dengan apa yang David pikirkan, kini David harus sesegera mungkin memberitahukan hal ini kepada Teresia.
Kaki David melangkah lebar, dengan terkopoh-kopoh dia menuruni tangga, bibirnya yang terangkat hendak berteriak memanggil Teresia yang kini langsung terkatup rapat karena Teresia di antara oleh Axel.
Axel tidak boleh mengetahui apa yang ingin David katakan kepadanya.
Perlahan langkah David terhenti, pria paruh baya itu mengurungkan niatnya untuk memberitahukan apa yang terjadi. “Sepertinya ini bukan waktu yang tepat. Aku harus menemui nyonya nanti malam,” pikir David dengan serius.
Di kejauhan Axel melambaikan tangannya melihat kepergian mobil Teresia, pria itu segera membalikan badan dan melihat David yang masih berdiri di tempatnya, sibuk dengan pikirannya sendiri.
“Kenapa diam saja di situ? Kau sudah melakukan tugas yang aku perintahkan?”
Suara tajam Axel membuyarkan lamunan kecil David. “Tentu, Tuan. Saya sudah mengantar nona Naomi ke kamar tamu,” jawab David terbata.
“Perhatikan dia, lebih bagus jika kau menangkap basah dia ketika mencuri,” titah Axel terdengar jahat.
David menelan salivanya dan menatap ngeri, titah tuannya selalu saja aneh-aneh, entah akan seperti apa reaksi Axel jika nanti dia tahu bahwa Naomi yang dia bawa ke rumah sekarang ini adalah calon pengantin bisnis yang Teresia pilihkan.
“Tuan.”
“Ada apa?”
“Anda mengalami kecelakaan dengan nona Naomi?”
Axel membalikan badannya dan menatap tajam David. “Benar, aku membawa dia ke sini agar terhindar dari scandal, untuk saat ini tunawisma itu aku tampung di rumah. Karena itu, jaga dan perhatikan dia, jika perlu keluakan banyak barang-barang berharga agar dia bisa mencuri.”
David terdiam dan merenungkan banyak hal, pria paruh baya itu merasa jika kecelakaan yang terjadi pada Naomi dan melibatkan Axel, ini adalah sebuah keajaiban.
“David,” panggil Axel.
David mengenyahkan lamunan kecilnya dan menatap Axel dengan serius. “Ya, Tuan?”
“Periksa mobilku yang di pakai kecelakaan hari ini. Ada sesuatu yang tidak beres.”
David mengerjap kaget “Baik.”
Axel segera pergi berlalu, kecelakaan hari ini memang bukan karena kelalaian semata, bukan pula karena kesalahan Naomi saja. Sejak berkendara dari kantor, Axel sudah tersadar jika rem kendraannya tidak berfungsi dengan baik.
Ada sesuatu yang tidak beres dari kecelakaan itu.
***
Axel berkutat di meja kerjanya, beberapa kali dia melakukan panggilan kepada Sharen untuk mengetahui kabar terbaru dari sekretarisnya itu.
Sharen memberi kabar jika kini, paman Axel yang bernama Hutton itu tengah membuat keributan dengan mengungkit-ngungkit masa lalu ayah Axel yang buruk dan bodoh dalam mengelola maskapai penerbangan.
Hutton berusaha menunjukan citra yang buruk tentang Axel dari ujung kaki hingga ujung kepala agar orang-orang bisa melihat dirinya sebagai sosok peminpin yang ideal.
Ada bnyak hal-hal buruk yang bisa Hutton ungkit tentang Axel, tidak hanya masa lalu ayahnya yang sudah membuat perusahaan bangkrut. Axel juga memiliki sifat yang buruk, selalu angkuh, berbicara kasar.
Axel yang mendengarkan kabar itu terlihat tenang dan menganggapnya angin berlalu.
Tidak terlihat sedikitpun kekhawatiran di mata pria itu saat membicarakan masalah yang terjadi, Axel sudah terbiasa di hadapkan dengan banyak masalah, beruntungnya dia handal dan cepat tanggap dengan hal-hal yang ada di sekitarnya. Karena hal itulah Axel tidak bisa di gertak dan di tekan dengan mudah, apalagi di tekan untuk melakukan pernikahan bisnis.
Sebuah bayangan pergerakan di sisi jendela mengalihkan kesibukan Axel dari komputer, Axel menegakan tubuhnya dan menggerakan kursi untuk lebih dekat ke jendela.
Sejenak Axel terdiam, melihat Naomi yang kini berada di depan jendela terlihat habis berjalan-jalan.
Jendela ruangan kerja Axel memakai cermin dua arah sehingga Naomi tidak dapat melihat apa yang Axel lakukan di dalam ruangan. Sementara Axel, pria itu bisa melihat apa yang terjadi di luar dengan leluasa.
To Be Continued..