Janda 5

2434 Kata
Noviar bergegas pulang dari rumah Dhena. Sesampai di rumah dia segera mandi, berganti pakaian dan berdandan dengan sangat cantik dan special. Jantungnya terus berdebar-debar tak karuan. Angan dan khayalnya benar-benar sudah melayang di awang-awang. Dia bahkan sudah tak ingat lagi pada suami dan dua anaknya yang sedang berlibur di Garut. Rizal bukanlah orang baru untuk Noviar. Dia sudah mengenalnya sejak Dhena memperkenalkan lima tahun yang lalu. Sejak itu lah Noviar mulai menaruh hati padanya. Noviar sangat terkesan dengan sikap Rizal yang walau baru kelas 3 STM tetapi terlihat begitu romantis, hangat, dan dewasa memperlakukan Dhena. Rasa suka Noviar semakin menggebu pada Rizal ketika beberapa waktu yang lalu Dhena membawanya ke rumahnya. Noviar benar-benar terbelalak melihat Rizal yang semakin tampan, dewasa dan kharismatik. Rasa iri dan cemburu menyeruak dalam dadanya, menyaksikan Rizal yang sebegitu mesra pada Dhena yang begitu manja padanya. Angan dan khayalan Noviar semakin tak terbendung manakala Dhena menceritakan bagaimana hebatnya Rizal melemparkan Dhena di lembah nikmat kepuasan dalam o*****e yang berkali-kali. Terlepas benar atau tidak yang dikatakan Dhena, namun Noviar sudah terlanjur terobsesi. Noviar sudah merasakan nikmatnya kejantanan beberapa lelaki, yang muda maupun yang lebih dewasa darinya. Namun keinginannya untuk merasakan nikmatnya b******a dengan Rizal makin hari makin membuatnya gelap mata. Dia tak sabar ingin segera merasakan menjadi wanita yang diperlakukan sangat spesial oleh Rizal, seperti Dhena sahabatnya. Selama hampir satu bulan, Noviar mencari info tentang Rizal. Selama satu bulan itu juga secara diam-diam dia berusaha mendekati Rizal melalui berbagai cara. Mulai dari melalui medsos, hingga menyasar menghubungi dengan nomor baru, hingga akhirnya Noviar terbuka langsung melalui WA. Namun Noviar baru menyadari, ternyata Afrizal Putra Pratama, bukanlah lelaki sembarangan yang mudah untuk ditaklukan dengan iming-iming seperti yang lainnya. Berbagai tawaran menggiurkan langsung ditolaknya dengan sangat kasar. Anehnya obsesi Noviar makin membara, dia benar-benar tertantang untuk menaklukan lelaki b******k itu. 'Masa hanya si Dhena yang bisa menundukkan Rizal? aku akan membuktikannya!' Demikian tekad Noviar hingga akhirnya kehabisan akal. Walau cukup beresiko, dia mengirimkan sejumlah uang untuk Rizal melalui Yoga. Sebenarnya Noviar sudah pasrah. Dia sangat yakin kalau Rizal akan mengambil uangnya tetapi tidak akan menemuinya. Namun entah apa yang dikatakan Yoga pada Rizal, akhirnya Rizal menerima chatting dan uang darinya. Bahkan malam ini Rizal bersedia bertemu dengannya di sebuah cafe tempat dulu Rizal dan Dhena sering memadu kasih. Sejak tadi siang hingga saat sampai di rumahnya, Noviar dan Rizal nyaris tak berhenti chatting. Noviar sudah tak ragu lagi menceritakan tentang rencana dan perasaan hatinya. Noviar sudah tak sabar ingin segera benar-benar merasakan kemesraan, kelembutan dan keromantisan Rizal saat memeluknya nanti. Dari chatting itu pula Noviar sudah bisa merasakan betapa besar gairah dan aura seksual seorang Rizal. Kalimat-kalimat hangat dan romantis yang dikirim Rizal benar-benar telah membuai dan menjadikan Noviar seperti gadis remaja yang baru mengenal cinta. Noviar benar-benar menginginkan Rizal dalam paket yang super komplit. Perpaduan antara cinta, rindu, dendam, hasrat, gairah seksual dan obsesi penaklukan. Apalagi setelah berkali-kali Noviar chatting yang sedikit nyerempet panas. Noviar bahkan tak malu-malu lagi berterus terang tentang obsesinya pada si Hitam. {Ya, kalau memang penasaran, buktikan saja sendiri. Yang pasti si Hitam akan sanggup bertahan sampai tiga atau empat kali putaran, dijamin kamu juga akan puas, hehehe} Tantangan Rizal sukses membuat Noviar nyaris meloncat kegirangan. Tampaknya memang tidak perlu basa-basi lagi bicara dengan Rizal. {Tapi kalau untuk membuktikannya, masa harus di Cafe. Enaknya di kamar hotel deh!} balas Noviar dengan harap-harap cemas. {Siapa takut. Tapi dengan satu syarat jangan sampai Dhena tahu, Oke!} Balasan Rizal kali ini membuat Noviar tersenyum lebar dan benar-benar meloncat kegirangan. Sesungguhnya bukan hanya Rizal yang tidak ingin diketahui Dhena, dia sendiri belum siap jika rencana dan petualangannya harus terbongkar secepat itu. Masih banyak misi dan rencana yang harus dia jalankan. Menaklukan Rizal hanyalah salah satu dari lima rencana besarnya. Akhirnya keduanya sepakat untuk mengubah tempat pertemuan. Kini di salah satu kamar hotel yang cukup mewah, Noviar dan Rizal sedang berdiri berpelukan dalam ciuman dan b******u mesra yang mulai panas membara. Tak ada lagi basa-basi, semuanya sudah mereka bahas di dalam chatting, sehingga Noviar langsung memeluk dan menyerang mulut Rizal pada saat keduanya sudah berada di dalam kamar hotel yang terkunci. Masih dalam berdiri dan berpakaian lengkap, Noviar terus melakukan serangan pada sang jantan layaknya kambing betina yang sedang kehausan seks, padahal baru tadi siang dia b******a dengan lelaki lain hingga jalannya singkang. Rizal terus berusaha mengawal nafsu dan gairahnya. Beberapa kali dia menepiskan tangan Noviar yang berusaha ingin melucuti pakaiannya. Tampaknya Rizal sengaja mengajak dulu Noviar menikmati panas dan buasnya cumbuan. Dia ingin bermain santai dan tidak mau cepat-cepat membawa Noviar ke puncak asmaranya. "Zal, entah aku harus bilang apa lagi. Aku sangat bahagia sekali malam ini dan sejujurnya aku benar-benar telah jatuh cinta dan menginginkanmu, Zal," desah Noviar seraya mengalungkan kedua tangannya di leher lelaki muda bertubuh tegap dan kekar. "Maaf Nov, apakah sebelum ini kamu sering melakukannya dengan lelaki lain, selain Mas Bayu?" tanya Rizal menyelidik. Kedua tangannya memegangi pinggang Noviar yang ramping. "Be.be..be belum pernah, Zal." Noviar menjawab sedikit gelagapan. Dia tak menduga Rizal akan bertanya kembali sesuatu yang tidak mau Noviar jawab dalam chatting tadi. Rizal tersenyum. Tak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Mata mereka saling bertatapan sendu dan nanar. "Kalau kamu?" tanya Noviar manja. Bibir tipisnya kembali mengecup mesra bibir sang jantan. "Aku sudah pernah b******a dengan si Ghina juga Dhena. Hanya itu saja. Namun, sejujurnya aku tidak merasakan apapun saat bersama si Ghina. Mungkin ketika itu aku tidak terlalu sadar atau masih dibawah pengaruh obat perangsang." Rizal menjawab dengan tanpa tersenyum. "Hmmm, kalau sekarang kamu pakai obat perangsang gak?" tanya Noviar bercanda. Rizal menggelengkan kepala. "Apakah Novi pernah b******a dengan si Yoga, Lukman, Rico, Andrean atau lelaki lainnya. Tolong jawab dengan jujur atau kita batalkan pertemuan ini!" Rizal bicara sangat lembut namun sangat terasa menekan. Deg, Jantung Noviar seketika berhenti berdetak. "Maksudnya?" "Jujur saja, aku tak nyaman bicara dengan seseorang yang tidak mau terbuka. Apalagi jika omongannya penuh dengan kebohongan." Rizal berdiplomasi, kedua tangannya refleks melepaskan pelukan. "Zal, dalam chatting tadi aku udah bilang, kalau aku ini wanita normal yang butuh pengakuan, butuh kasih sayang dan butuh kepuasan birahi dari seorang suami." "Ya, kan kamu memang sudah bersuami, hehehe." "Tapi semuanya tak pernah aku dapat dari Mas Bayu, Zal. Sejujurnya, sebelum aku mengenalmu, aku pernah mencari kepuasan di luar rumah." "Oh ya?" seru Rizal sambil mundur satu langkah menjauhi Noviar. "Ya, diantara dengan orang-orang yang kamu sebutkan tadi." Noviar bela diri. Kedua matanya menatap tajam wajah Rizal. Tak mengerti dengan sika lelaki yang baru saja mencumbunya dengan sangat buas, tiba-tiba mempertanyakan hal demikian. "Diantara mereka ya? Berarti masih banyak lagi yang lainnya." Rizal sedikit mencibir, tatapannya seketika tajam namun sangat merendahkan. "Tidak banyak, tapi mungkin lebih dari 4, ya aku akui." Noviar menjawab kepalang tanggung namun hatinya mulai tak nyaman. Sepertinya Rizal sengaja mengulur-ulur waktu atau memang sedang memancing emosi Noviar. "Oke aku mengerti. Novi. Kamu mengenal Dhena lebih banyak dibanding siapapun, betul kan." Rizal bertanya aneh. "Betul. Lantas kenapa kamu bawa-bawa si Dhena?" Noviar mulai tak nyaman hatinya. "Nov, setahu aku, Dhena juga mengalami hal yang hampir sama denganmu. Malahan dia lebih parah lagi. Sekian tahun diabaikan dan disia-siakan oleh suaminya. Tapi apakah Dhena mencari kepuasan di luar dengan lelaki lain?" Rizal menuduh dan mengintimidasi Noviar. Noviar tak menjawab, dia hanya bisa mengernyitkan dahi, masih tak mengerti dengan ucapan Rizal. Suasana yang beberapa saat lalu benar-benar basah dan panas membara, seketika berubah menjadi dingin dan kaku. "Apakah Dhena wanita normal? Aku sangat yakin dia benar-benar wanita butuh kepuasan sama sepertimu dan wanita lainnya." "Maksud kamu apa Zal?" Noviar menggelengkan kepala seraya mendekapkan kedua tangan di dadanya. "Maksudnya, kamu jangan mencari alasan yang konyol dan menganggap wajar seorang istri melacurkan diri dengan banyak lelaki karena merasa kurang belaian kasih sayang dari suaminya. Dhena tidak melakukan itu, Nov! Artinya kamu suka selingkuh dan melacurkan diri dengan alasan apapun, iya gak?" Rizal makin sengit ucapannya. "Hai, anak ingusan! Ngapain lu ceramahi gue?" Noviar benar-benar tersinggung dan terpancing emosinya disebut wanita yang melacurkan diri. Rizal memiringkan kepala dan menatap Noviar dengan mata yang sedikit disipitkan. Tatapan penuh ejekan. "Maaf Nov, sebenarnya gua datang ke sini, bukan untuk b******a dengan lu. Tapi hanya ingin menegaskan, bahwa gua tetap dengan pendirian gua. Menolak semua tawaran lu! Mulai saat ini, lu jangan pernah ganggu gua lagi dengan cara apapun, oke!" "Hai maksud lu apa Zal? Lu sudah terima uang dari gue. Jangan sok suci. Bukankah si Dhena juga pernah berhubungan badan dengan lu?" Noviar benar-benar kesal dan terhina. Andai dia tak mengukur tubuh Rizal yang besar dan kekar, sudah pasti dia akan menyerangnya lebih dulu. "Yes! uang lu, gua kembalikan dengan utuh, sekarang juga!" jawab Rizal sambil menarik segepok uang dari kantong jaketnya, lalu melemparkannya tepat ke hadapan Noviar. Setumpuk uang tergeletak di lantai, ada beberapa lembar yang terlepas dari ikatannya. "Dan gua katakan sekali lagi, Dhena memang pernah berzina dengan gua, tapi dia tidak mengobral dirinya dengan lelaki manapun, setelah itu," ucap Rizal dengan nada geram. "Hah! Apakah menurut lu si Dhena tidak melakukan seks dengan si Rifky, si Yoga, si Ilham atau dengan lelaki lainnya?" Noviar menantang kepalang basah, dia sudah sangat yakin, jika Rizal datang bukan dengan tujuan baik. "Selama ini gua gak pernah mendengar, apalagi melihatnya. Itu sudah cukup membuat gua percaya, kalau Dhena memang bukan w************n seperti lu, Nov!" sergah Rizal. "Eh, jaga mulut lu! Lelaki bayaran? Lu pikir dirimu siapa? hanya seorang gigolo saja sombong!" Mata Noviar benar-benar terbelalak. Jauh api dari panggang. Dia tak pernah menduga Rizal yang dikenal sangat kalem, romantis dan mesra, tiba-tiba berubah menjadi seorang lelaki yang arogan dan sombong. Bahkan berani bicara tidak sopan pada dirinya. "Hahaha, gua lelaki bayaran, tapi levelnya bukan elu, Nov. Emang kapan lu sanggup bayar gua? Sudah lima kali lu mau membeli gua, tapi gak pernah gua layani kan? Karena gua yakin lu gak bakal sanggup membayarnya!" Ucapan Rizal makin tak terkontrol dan darahnya semakin mendidih. Kebencian dan kekesalannya pada wanita di depannya yang sudah dia tahan-tahan sejak lama akhirnya meletus juga. "Sombong amat lu jadi lelaki!" "Ya, gua memang lelaki mahal. Jangan lu pikir gua bangga setiap waktu direndahkan dan ditawar harga diri gua dengan uang lu yang gak seberapa!" "Memangnya berapa lu biasa dibayar oleh si Dhena?" "Lu kan sahabatnya Dhena. Kenapa lu gak tanya langsung, berapa dia membayar gua sekali main? Gua yakin lu bakal tercengang dan gak bakal sanggup membayarnya. Terlalu mahal gua buat elu, Nov! hanya Dhena yang sanggup melakukannya!" "Oh, ternyata lu beneran gigolo, ya?" "Yes, gua jadi gigolo khusus untuk Dhena. Karena cuma dia yang sanggup membayar gua!" "Dasar anak kampungan, lu pikir cuma si Dhena aja yang punya uang?" "Bagi gua Dhena lah cewek terkaya di dunia. Gua gak peduli uang lu lebih banyak atau lebih sedikit dari Dhena. Yang pasti, hanya Dhena yang sanggup membayar gua untuk bisa tidur dengannya, oke!" "Memangnya si Dhena berapa ratus juta sanggup membayar, lu?" "Tak terhingga. Karena dia membayar bukan dengan uang. Dia melunasinya dengan cinta. Cinta lah yang gua butuhkan dari Dhena, bukan uangnya!" "Hahaha, makan tuh cinta! Dasar lelaki kampungan sok bijak lu!" "Maaf Nov, jangan samakan diri lu dengan Dhena." "Yes, gue memang beda dengan si Dhena!" "Ya, Lu selingkuh dan tidur dengan banyak lelaki karena nafsu syahwat dan dendam pribadi. Sedangkan Dhena melakukan selingkuh dan tidur dengan gua karena cinta. Di situ terlihat kualitas Dhena memang beda!" "Hah dasar laki-laki bodoh. Apakah lu pikir sekarang si Dhena akan duduk santai dan tenang-tenang saja di mobil dengan seorang cowok segagah dan seganteng si Wildan?" "Itulah bedanya elu dengan Dhena! Dia semobil dengan cowok, pasti tidak akan diam, Tapi tidak nakal dan m***m juga. Sorry Nov, terpaksa harus gua bilang, lu sama Dhena itu sangat berbeda. Jadi apa yang biasa lu lakukan dengan lelaki lain, tidak berarti akan dilakukan oleh Dhena. Walau kalian sahabat dekat." Rizal mendekati Noviar yang sepertinya mulai terpojok. "Gua gak perduli Dhena jalan dengan siapa. Tapi dia hanya pernah tidur dengan seorang lelaki selain suaminya, yaitu GUA DOANG!" bentak Rizal. "Kenapa lu seyakin itu?" "Jelas gua yakin! Dhena cantik, tajir, banyak kenalan lelaki dari berbagai kalangan. Kalau dia mau melacurkan diri, kenapa gak dari dulu? Bukankah dari dulu dia sudah kaya raya. Segala fasilitas yang dia miliki akan dengan sangat mudah mendukungnya. Tapi apakah Dhena mau merendahkan harga dirinya? Berapa ratus anak STM yang ganteng? Hanya gua kan yang dia pakai?" "Fuih! Sok bangga lu!" "Hahaha, kalau gua saja bangga menjadi lelaki satu-satunya yang bisa meniduri Dhena, maka gua pun sudah berjanji, menjadikan Dhena satu-satunya wanita yang boleh tidur dengan gua, titik! Jadi buang semua obsesi lu untuk bisa menikmati si Hitam gua, oke!" "Hah dasar munafik! Bukankah lu juga sudah meniduri si Ghina. Jadi sekarang ceritanya lu mau ngejebak gua ya. Berpura-pura menerima ajakan gue, padahal lu akan melaporkan semua ini pada si Dhena? basi sekali caramu menjebak, Zal!" "Sebelum ini terjadi, gua sudah menceritakannya sama Dhena. Tapi dia tidak percaya dengan omongan gua. Artinya buat apa gua ngejebak lu? Bagi gua sudah tidak penting lagi, apakah Dhena percaya atau tidak sama gua. Yang terpenting sekarang adalah menyelamatkan Dhena dengan calon anak gua yang ada dalam kandungannya, Paham!" "Hahaha, dasar lelaki bodoh. Sudah dihina dan direndahkan masih saja mengemis cintanya." "Gua gak pernah merasa direndahkan atau dihinakan. Dhena marah karena memang gua salah dan sangat pantas diperlakukan demikian olehnya. Dan perlu lu ingat, tak perlu dikasih tahu oleh gua, tanpa perlu main jebakan, gua yakin Dhena akan tahu semua kebusukkan lu, Nov!" "Hahahaha. Dasar pungguk merindukan bulan! Jangan terlalu tinggi berharap menjadi suaminya si Dhena. Dia tidak akan peduli lagi sama lu, karena sebentar lagi akan menikah dengan Andrean!" "Sorry, Gua gak peduli, Dhena akan memilih siapa yang menjadi suaminya. Yang pasti gua tidak akan pernah menjadi pengkhianat dan musuh dalam selimut seperti lu! Gua hanya akan melindungi anak gua, dengan cara gua sendiri. Gak peduli ibunya tahu atau tidak." "Sok jagoan juga ternyata lu, Zal!" "Silakan lu cari mangsa yang lain. Jangan pernah usik kesetiaan gua sama Dhena." "Hmmm, luar biasa!" "Hari ini gua masih bicara baik-baik, tapi kalau lu tetap memaksa, jangan salahkan gua kalau suatu saat gua memakai cara-cara kotor. Gua pelet  sekalian santet sampai lu gak  berdaya, baru tahu rasa lu! Selamat malam!" bentak Rizal sambil keluar dari kamar hotel. "Sialan pakai ngancam segala!" bentak Noviar dalam hati. "Tunggu saja, apa yang bisa gue lakukan untuk membuat lu menangis di kaki gue, lelaki bodoh!" geram Noviar. ^^^ Jika menyukai cerita ini, tak ada salahnya berikan Tap Love atau follow juga authornya, agar tak kehilangan jejak dan tak kehilangan info updtaenya pada setiap hari antara pukul 10 sd 02 siang. Tenang saja cerita ini akan tetap Gratis sampai Tamat, walau yang tap love sudah sangat banyak. I ove you all
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN