Janda 13

2407 Kata
Rumput tetangga terlihat lebih hijau. Sebuah istilah terhadap kehidupan orang lain yang terlihat lebih wah, lebih sejahtera, dan lebih bahagia hidupnya di banding tetangganya. Istilah itu semestinya jadi memotivasi diri dan pemicu adrenalin agar lebih giat dalam segala hal demi pencapaian yang hampir sama, sama persis atau bahkan lebih dari si hijau itu. Namun tak dipungkiri ada juga yang menyikapi istilah itu dengan merasa dirinya kurang dan tak mungkin bisa sesukses orang lain karena banyak faktor yang jadi penghalangnya. Akhirnya pesimis dan timbul pemikiran-pemikiran negatif untuk bisa meraih bahagia dengan menghalalkan segala cara. Adakah emak-emak di sini yang sedemikian? Semua dilakukan demi mencapai kebahagiaan. Padahal sesungguhnya bahagia itu tidak terletak pada kemewahan namun ada dalam diri sendiri yang mampu menerima serta mensyukuri segala yang didapatnya. Itulah sumber kebahagiaan yang hakiki dan bisa diraih oleh semua orang tanpa biaya serupiah pun. Bahagia yang sesungguhnya teramat murah, namun tak banyak yang sanggup memilikinya. Ironis memang. Bapak dan Ibu Abdullah dengan diantar Wildan, sedang ke Sukabumi, kontrol sekalian memperkenalkan Wildan pada beberapa staf di Perkebunan sana. Wildan telah bulat tekadnya untuk mengabdikan diri mengurusi Perkebunan milik keluarga Abdullah. Sementara Dhena sedang asik menikmati kegembiraan dan kebahagiaanya. Hari ini, dengan ditemani Ilham, Cikgu menghabiskan waktu bersama sebagian teman-teman lamanya yang seratus persen berjenis kelamin laki-laki, mantan anak jalanan, mantan berandalan sekolah juga mantan anggota gang motornya dulu. Tak perlu sebuah pesta yang meriah, bagi seorang Dhena, bisa berkumpul dan bernostalgia dengan mantan pasukan resenya, dalam suasana keakraban yang tak berubah dari dulu, merupakan sesuatu yang tak bisa ditukar dengan nilai materi apapun. Persahabatan yang hakiki teramat tak ternilai harganya. Dalam berbagai kesempatan, kepada semua sahabat yang ditemuinya, Dhena pun menitipkan Ilham dan Teguh yang akan menjadi warga Bandung. Sesuai rencana Pak Abdullah, Ilham pun akan dikuliahkan bersama dengan Teguh. Di samping mereka pun mulai diperkenalkan pada sistem tata kelola perkebunan yang nanti akan mereka kelola bersama. Selama ikut dalam napak tilas pada masa lalu Cikgu tercintanya, Ilham lebih banyak melongo dan terbelalak. Dengan segenap panca inderanya dia menyaksikan bagaimana dicintai dan dihormatinya Dhena oleh seluruh teman dan kenalannya. Selama di Bandung, Ilham sudah banyak mendengar cerita masa lalu Dhena dari orang-orang yang memang menjadi saksi hidup gurunya. Justru selama empat tahun dia mengenal dan dekat dengan Cikgu tak pernah sekalipun Ilham mendengar cerita dari Dhena sendiri. Mata fisik dan mata hati Ilham kini benar-benar terbuka. Dia sangat meyakini jika kedermawanan, ketegasan, ketenangan dan kebaikan sikap kepribadian Dhena bukanlah sebuah pencitraan. Semua sudah terbentuk dengan sangat kuat dan berakar dalam dirinya. Namun yang sering membuat Ilham gusar dan gerah, Cikgu terkesan sangat tak acuh, mudah percaya dan terlalu santai menyikapi semua masalah yang ada di sekitarnya. Ilham bahkan tak mengerti mengapa Cikgu masih bisa bersikap hangat dan manis pada orang-orang berhati busuk dan berniat culas padanya. Namun demikian Ilham sangat yakin jika seseorang yang terkesan masa bodoh, tidak ambil pusing dengan segala urusan dan tingkah laku seseorang, bisanya akan jauh lebih jeli dan menyeluruh dalam mencerna dan mengkajinya. Beberapa kali Ilham menceritakan tentang beberapa orang yang berniat culas pada Dhena, namun selalu ditertawakannya. Namun kini hati Ilham sangat yakin jika Dhena bukanlah seorang yang bodoh. Bibirnya boleh menolak dan menertawakan, namun justru hatinya sedang mencerna, mengkaji dan merencanakan langkah-langkah antisipasinya. "Cikgu beneran hamil?" "Cikgu belum yakin, sih, Ham. Yang jelas, saat ini Cikgu gak kedatangan tamu sudah hampir satu bulan. Namun Cikgu belum merasakan perubahan apapun, semisal merasa mual karena ngidam. Walau ternyata banyak juga wanita yang hamil tapi tidak merasakan mual-mual akibat ngidam." "Cikgu belum tes kehamilan?" Ilham makin penasaran. "Hehehe, itu salah satu kelemahan Cikgu. Belum siap menerima hasilnya, karena hamil atau tidak, sama berat dan menakutkannya. Mungkin terdengar lebay dan konyol. Tapi, itulah kenyataannya. Cikgu takut menerima kenyataan apapun." "Kenapa harus takut? Bukankah itu akan memberikan kepastian?" "Sulit dijelaskan, Ham. Mungkin hanya wanita yang pernah divonis mandul oleh suaminya yang bisa merasakan ketakutan seperti Cikgu saat ini. Hampir 10 tahun Cikgu hidup dalam bayang-bayang dan doktrinasi sebagai wanita mandul. Itu sangat berpengaruh pada mental dan kejiwaan Cikgu." "Begitu ya Cikgu?" "Kalian mungkin bisa berkata, 'Cikgu itu wanita berpendidikan bla-bla-bla, masa sih harus trauma dengan keadaan begitu. Sekali lagi Cikgu katakan. Urusan mental tidak lantas berbanding lurus dengan tingkat intelektual seseorang. Semua tergantung latar belakang yang menyebabkan trauma itu. Bagi yang tidak mengalami hidup seperti Cikgu, akan sangat mudah bicara apapun. Coba kalau dia atau anak-anaknya sendiri yang mengalaminya, Cikgu yakin akan berbeda bicaranya." "Setuju Cikgu. Kadang banyak orang hebat memberi nasihat dan solusi, padahal dia sama sekali belum pernah mengalaminya. Mereka pandai bicara hanya mengukur segalanya pada dirinya sendiri saat sedang tidak terkena masalah. Gak jauh beda dengan yang dialami saya." "Apaan tuh yang dialami Ilham, Cikgu lupa lagi, hehehe." "Dari dulu banyak yang ngomong, 'Ilham lu itu ganteng, banyak cewek yang naksir, ngapain harus minder bla-bla-bla. Sungguh bodoh sekali, lelaki biasa-biasa aja pede masa lu harus minder and menutup diri?'" "Ya, ya ya." "Mereka enak saja bicara demikian, karena tidak tahu bagaimana membekasnya trauma masa kecil saya yang sering dibully. Disindir bahkan ada yang blak-blakan mengatakan kalau saya anak haram hasil perselingkuhan ibu dengan seseorang. Bahkan mereka tidak bisa merasakan bagaimana sakitnya, menjadi anak tetapi bapak memperlakukan saya seperti orang lain dan mengatakan saya hasil hubungan gelap ibu dengan lelaki lain." "Ya, andai pun yang mereka katakan itu benar, tapi tak seharusnya Ilham yang menanggung beban itu." "Itulah kejamnya dunia dan tetangga, Cikgu. Mereka seakan mau membunuh saya secara perlahan. Cibiran dan sindiran yang membuat mental saya down sejak dari kecil, tidak bisa hilang begtu saja. Untung saja sekarang saya tinggal di sini jauh dengan mereka yang suka membully." Dhena hanya terdiam. Dia sangat tahu betul bagaimana susahnya mengobati trauma masa lalu Ilham. Sesungguhnya Ilham dipindah ke Bandung pun bukanlah keinginan Pak Abdullah sementara, namun atas dasar usulan Dhena. Dia ingin menjauhkan sekaligus mengangkat Ilham dari segala hal yang berimplikasi pada terpuruknya mental sang remaja tampan itu. "Syukurlah kalau Ilham sekarang sudah jauh lebih percaya diri. Cikgu juga seneng dapat kabar dari mama, sekarang Ilham sudah lebih ceria dan berani membuka diri, aktif dalam pergaulan dan banyak kegiatan." "Sekarang saya boleh nanya gak?" "Sejak kapan kamu dilarang bertanya?" "Hehehe, apa ketakutan terbesar Cikgu hingga tidak mau tes kehamilan?" "Takut ketahuan hamil atau tidak. Aneh ya?" "Hah! Sangat aneh. Bukankah Cikgu menginginkan hamil? Apakah si Afri gak mau bertanggung jawab? Jangan khawatir Cikgu, ada Ilham Firdaus yang siap bertanggung jawab dunia akhirat atas apapun yang terjadi pada diri Cikgu!" "Masalahnya bukan siapa yang mau menikahi Cikgu. Andai pun hamil dan Rizal tidak mau tanggung jawab, masih banyak lelaki yang bersedia menjadi ayahnya, hehehehe." "Terus masalahnya dimana?" "Mental Cikgu sendiri! Cikgu tidak mau ada belenggu beban dosa masa lalu pada anak Cikgu, seperti yang Ilham alami. Jujur saja Cikgu ingin mengandung dan melahirkan anak yang benar-benar sah. Artinya janin itu tumbuh dalam rahim Cikgu hasil dari pembuahan lelaki yang benar-benar suami sah Cikgu." "Terus kalau ternyata tidak hamil, mengapa harus takut juga?" "Selama ini, lelaki yang pernah menyetubuhi Cikgu cuma dua, Rayan dan Rizal. Jika kedua lelaki itu benar-benar tidak bisa membuat Cikgu hamil, maka bisa jadi Cikgu memang mandul. Itu kenyataan yang sangat menakutkan sekaligus menyakitkan, Ham." "Kenapa tidak mencoba dengan lelaki ketiga. Ilham siap, Cikgu!" "Pemikiran yang rasional namun sangat keliru. Kalau Cikgu mau, kenapa gak dari dulu saat masih menjadi istri Pak Rayan. Sepuluh tahun Cikgu bertahan dalam kesetiaan yang tak dianggap dengan segala godaannya, Ham." "Sebenarnya siapa lelaki yang paling Cikgu cintai?" "Hmmm. Sepanjang sejarah hidup Cikgu, hanya ada tiga lelaki yang benar-benar mampu menggetarkan sekaligus menumbuhkan bunga-bunga cinta dalam diri Cikgu. Ajaibnya ketiga lelaki itu berinitial R. Rayan, Rafly dan Rizal." "Rafly? siapakah dia?" "Cinta pertana Cikgu tentu saja Pak Rayan dan dia berhasil mempersunting Cikgu menjadi istrinya hingga sepuluh tahun. Namun sayang, lelaki hebat itu ternyata tak lebih dari seorang bandit pengisap darah bagi siapapun. Cikgu tertipu mentah-mentah oleh penampilan dan kepribadian palsunya." "Cinta kedua Cikgu adalah Rafly, keponakannya Pak Rayan. Dia alumni STM BM juga, pernah jadi anak asuh sekaligus anak angkat Cikgu. Dia lelaki paling sempurna di mata Cikgu. Bentuk rupanya tampan rupawan, postur tubuhnya proporsional ditunjang kepribadiannya yang sangat indah." "Namun sayang, karena cinta kami cinta terlarang, maka semuanya harus berakhir dengan sangat tragis dan memalukan. Sampai detik ini Cikgu tidak tahu dimana Rafly sekarang. Mengetahui dan mengenangnya hanya akan menggoreskan luka terdalam dalam hati Cikgu. Rafly sudah tercoret dan terhapus dari hati Cikgu." "Apa istimewanya Rizal di mata Cikgu?" "Pada awalnya Cikgu jatuh hati dengan segala kepribadiannya. Selain karena ketampanannya. Rizal yang dulu sangat sederhana, penurut dan dewasa dalam bersikap. Namun seiring perjalanan waktu, Cikgu baru menyadari jika dia lebih dari seorang lelaki yang sangat pengecut dan raja plin-plan." "Pengecut dan raja plin-plan?" tanya Ilham. "Sejujurnya, Cikgu pernah berharap banyak pada Rizal. Dia satu-satunya lelaki yang sanggup menggoyahkan pertahanan kehormatan Cikgu, hingga dia sanggup membuat Cikgu terlentang pasrah di bawah tubuhnya. Rizal lelaki yang mampu menanamkan benihnya dalam rahim Cikgu. Walau pun itu belum tentu jadi janin, ya." "I know I know." "Di samping itu, Rizal satu-satunya lelaki yang sanggup membuat andrenalin Cikgu melonjak hebat. Karena Rizal lah Cikgu berani menggugat cerai Rayan Justino, lelaki zalim yang selama sepuluh tahun membelenggu dan menyiksa batin Cikgu." "Rizal juga satu-satunya lelaki paling plin-plan sedunia. Dia bersedia menjadi kacungnya si Ghina untuk membohongi wanita yang katanya paling dicintainya. Rizal tak punya keberanian memperjuangkan apa yang seharusnya dia dapatkan." "Contohnya?" Ilham kembali bertanya. "Dia tahu jika satu-satunya lelaki yang saat ini Cikgu cintai adalah dirinya. Tapi tak pernah punya inisiatif untuk mempertahankan atau memperjuangkannya. Rizal tipe lelaki yang suka disuapin. Ujung-ujungnya hanya akan menjadi Rayan kedua. Lelaki benalu yang merasa dirinya sangat dibutuhkan wanita. Cikgu telah mencoret namanya dari daftar lelaki yang layak menjadi suami Cikgu." "Kalau Rizal menunjukan perjuangannya gimana?" "Mungkin akan lain ceritanya. Walau sesungguhnya sulit untuk memaafkan segala rentetan kebohongannya. Cikgu menganggap Rayan adalah gambaran masa yang akan datangnya Rizal. sementara Rizal adalah gambaran masa lalunya Rayan. Mereka dua lelaki berbeda namun berada dalam satu paket yang serupa." "Jadi sudah tidak ada harapan lagi buat Rizal?" "Hanya kehendak Allah yang bisa menyatukan kami. Andai Cikgu diberi kebebasan memilih jodoh, maka bisa dipastikan, Rizal tidak termasuk di dalamnya." Saat mereka sedang asik berdiskusi, tiba-tiba ponsel Dhena bergetar. Sebuah panggilan masuk dari seseorang. "Sebentar ya, Ham. Cikgu terima telpon dulu dari kepsek SMKN," ucap Dhena seraya beranjak dai duduknya dan berjalan keluar dari rumah makan itu menuju parkiran. Tampaknya Dhena tak ingin pembicaraannya dengan Pak Bukhari didengar oleh siapapun. Cukup lama Dhena berkomunikasi dengan Pak Bukhari. Kurang lebih dua puluh menit kemudian dia baru menutup ponselnya dan kembali ke meja lesehan. "Ham, masih ingat sama orang yang pernah ngegodain Ilham waktu Pameran. Dia bahkan ngajak ketemuan di luar sama kamu." "Bu Tine ya?" "Tine Rustiningsih nama lengkapnya. Kami biasa memanggil Bu Rus," balas Dhena "Hihi nenek sihir, najis udah keriput, lagunya kaya ABG alay, ngajak karokean lah, ngajak shopping lah, ih amit-amit. Kenapa dengan oknum guru genit itu, Cikgu?" "Cikgu barusan dapat kabar, beliau mengundurkan diri dari SMKN dan kini menghilang dari rumahnya. Pada gerbang rumahnya sudah terpampang tulisan 'Dijual'." "Kenapa? kok bisa menghilang?" "Menurut Cikgu sih bukan menghilang, tapi sembunyi di kampung halamannya kawasan Jawa Tengah, sekalian mengobati suaminya. Bu Rustini sedang menghadapi masalah besar dengan Elisa, istrinya Pak Rayan." "Mantan istrinya Pak Rayan, kale." "Hehe, sejak awal Cikgu gak percaya kalau Pak Rayan berani bercerai dengan istri mudanya. Sesungguhnya otak dari semua kejahatan Pak Rayan itu ya, Elisa. Pak Rayan tak lebih hanya seorang kacung. Entah mengapa dia bisa menjadi demikian di depan Elisa." "Mereka ada malasah apa?" "Bu Rus sedang kena sial. Dia masuk dalam jebakan Elisa dan Pak Rayan yang berniat mengeruk uangnya. Tapi usaha jahat pasutri aneh itu gagal total. Sebelum berhasil menggasak uang haram itu ternyata Bu Rus sudah keburu menghilang." "Terus." "Elisa datang lagi menemui kepala sekolah sambil marah-marah dan gertak sambelnya. Oleh Pak Bukhari dan semua guru dilayani dan ditantang. Elisa dan Rayan akan diadukan balik jika berani mencemarkan nama baik sekolah. Bukan hanya pelaku yang akan terkena UU ITE tapi penyebar pun akan terkena, termasuk Pak Rayan sebagai pemain utama sekaligus pengirim foto-foto itu." "Wah bagus tuh pihak sekolah membela gurunya?" "Ya wajar. Bukan membela kelakuan Bu Rus yang minus, tapi menyelamatkan nama baik sekolah. Elisa dan Rayan terlalu sibuk menyusun rencana jahat, hingga mereka lupa banyak detail yang menimbulkan kecurigaan pihak lain. Kepsek dan guru-guru itu bukan orang bodoh, mereka bisa mencium bau busuk dari drama yang dimainkan Pak Rayan dan Elisa." "Dan akhirnya?" "Bu Rus, Pak Rayan maupun Elisa sama-sama gagal total dan sama-sama mendapatkan malu semalu-malunya karena aib yang mereka buka sendiri, hehehe." "Rayan dan Elisa gagal mendapat uang, akal bulusnya terlanjur menyebar. Begitupun dengan Rustini. Selain harus menanggung malu, dia pun terpaksa mengakhiri karier dan profesi mulianya dengan cara yang tidak terhormat. Cikgu yakin suami dan anak-anak Bu Rustini akan sangat kecewa. Hilang rasa hormat dan simpati tentunya. Tragis kan? hehehe." "Cikgu kenapa terkekeh? Senang ya kalau orang lain terkena musibah?" "Hahaha, Cikgu bukan tersenyum karena musibahnya, Tapi pada kuasa Allah yang sebegitu indah menutup dan membuka aib makhlukNya pada waktu dan tempat yang sangat tepat." Obrolan hangat sore itu mereka lanjutkan sambil menikmati makanan yang telah disiapkan Bi Kayah. Dalam waktu yang bersamaan, di tempat yang berbeda, Noviar pun sedang duduk manis di depan meja makan sebuah restauran ternama, diapit oleh tiga lelaki dewasa berdarah Timur Tengah. "Deal ya, Bu Via. Beberapa hari ke depan, dua anak buah saya ini akan observasi langsung untuk memantau kondisi dua ruko itu. Jika spesifikasinya sesuai dengan tawaran Ibu, maka saya akan segera menyelesaikan kewajiban sesuai yang kita sepakati," ucap salah seorang yang paling tua dan berpostur paling tegap dan gagah. Tangannya yang kekar berbulu gagah dan kuat menyalami Noviar. "Deal. Saya yakin, Pak Bakar akan sangat puas dengan performa kedua ruko itu. Orang lain sudah ada yang berani membayar all ini 1,5 milyar, Pak. Namun karena sudah terlanjur menawarkannya pada Bapak, maka semua tawaran dari pihak lain untuk sementara dicancel," balas Noviar dengan wajah semringah. Sore itu sepulangnya dari rumah Rizal, Noviar benar-benar sedang dirundung kebahagiaan yang tak terkira. Rencananya menjual dua ruko milik Dhena hampir mencapai kesepakatan. Beberapa menit yang lalu dia pun baru saja menerima chat dari Rizal yang sedang meluncur di atas motor hendak menemuinya. 'Dana segar 1,2 Milyar sebentar lagi masuk dalam rekening gue. Si hitam pun tidak boleh lagi lepas dari genggaman gue, dengan cara apapun. Inilah obsesi terbesar gue. Mengalahkan si Dhena dan ngebikin si Bayu benar-benar menyesalinya. Dia wajib nyaho siapa gue sebenarnya, Yes!' ^^^
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN