Janda 11

2162 Kata
Tring! Tring! Tring! Tiga lampu pijar dalam otak cerdas Bu Rustini seketika menyala berbarengan. Ide cemerlang dan menggetarkan pun masuk dengan sangat cepat dalam hatinya. Wajah sang lambe turah mendadak cerah dan semringah. "Eh, Bu Elisa, denger ya! Saya menampung Pak Rayan di rumah saya itu karena kasihan. Dia datang sampai nangis-nangis sama saya, minta diberikan pekerjaan karena toko dan semua asetnya sudah diambil oleh Bu Dhena." "Jangan bohong, Bu!" "Bohong bagaimana? Emang kenyataannya begitu kan? Dia bahkan katanya tak punya rumah. karena rumah yang dulu ditempati bersama Bu Elisa, itu rumahnya Bu Dhena. dan sekarang sudah dijual pada orang lain oleh kakaknya Bu Dhena. Kamu itu aneh, saya mau bantu malah menuduh yang bukan-bukan!"   Bu Rustini mencibir. Kedua tangannya sontak berkacak di pinggangnya. Semua mata rekan-rekannya memandang kagum. Bu Rustini semakin percaya diri jika wanita yang berpakaian serba syar'i ini tak akan sanggup melawan gertakannya. Jauh di lubuk hatinya Bu Rustini bersumpah untuk tidak melepaskan Rayan yang sudah terbukti sukses membawanya pada dunia baru. Dunia yang penuh aroma kenikmatan yang tiada tara. Rayan satu-satunya lelaki yang benar-benar mengerti apa yang paling diinginkan olehnya. "Bu Rus, maaf saya tidak mau berdebat dengan ibu. Yang pasti saya datang kesini untuk bicara baik-baik karena saya masih sangat mencintai dan membutuhkan Uda Rayan sebagai suami saya. Tidakkah ibu merasa kasihan pada dua anak kami yang masih balita hingga harus terlunta-lunta?" Elisa bicara dengan nada yang sedikit memelas. Sontak membuat semua guru yang berada disana mulai menaruh simpati pada perasaan yang dialami Elisa saat ini. "Sebagai sesama wanita yang pernah hamil, tentu ibu sangat bisa memahami bagaimana kondisi saya saat ini. Saya sedang hamil tua, sebentar lagi menghadapi persalinan yang tentu saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Tapi apa yang terjadi? Ibu memorotinya hingga modal usaha suami saya habis." Elisa bicara dengan suara bergetar dan mata yang berkaca-kaca. Bu Rustini hanya menganga, tak menduga Elisa akan membalikan fakta yang sedemikian jungkir baliknya. "Saya merelakan suami saya untuk jadi suami simpanan ibu, tapi tolong pikirkan nasib kami, istri dan anak-anak Uda Rayan, Buuuuuuu! Hik hik hik" Elisa bicara seraya menangis sejadinya dan tiba-tiba dia bersujud di kaki Bu Rustini. Semua guru dan juga Bu Rustini hanya bisa menganga beberapa saat, "Eh eh... apa-apaan ini!!!" teriak Bu Rustini kaget setengah mati. "Hu huuuhuuuu Bu Rustini, tolooong tinggalkan suami saya. Saya sedang hamil tua, Bu. Tolong tinggalkan suami saya, kasihanilah sesama wanita, huaaa huaaa huaa huaaa. Kasihanilah anak saya, bukankah ibu juga masih punya suami, huaaaa huuuu hiiik hikks huuuu." Elisa meraung-raung "Aaaaaaah, eh apa-apaan ini. Pak tolongin saya, dong!" Bu Rustini berteriak minta bantuan rekan-rekannya yang masih melongo. Kaki Bu Rustini digigit sekuat-kuatnya oleh Elisa. "Tolooong kami Bu Rustini, jangan rebuuut suami saya.. huuu huuuk huu hiks!" Suara tangis Elisa semakin meraung raung tak terkendali. Serempak guru-guru mengangkat tubuh Elisa dan memapahnya. Karena tangisan Elisa semakin keras, tak ayal lagi semua siswa yang berada di rungan kantin serempak mendatangi kantin guru. Mereka penasaran dengan apa yang sedang terjadi. Keadaan benar-benar kacau balau dan sedikit keos. Beberapa guru berinisiatif menghalau para siswa yang mendadak berkerumun dan bergerombol menonton drama apa yang sedang terjadi dalam kantin antara Guru Etika Komunikasi Kantor dengan seorang akhwat hamil tua. Untuk menenangkan keadaan beberapa guru berinisiatif membawa Elisa dan Bu Rustini ke ruangan kepala sekolah untuk mencari jalan penyelesaian yang terbaik. Bu Rustini menolak dengan sangat keras. Bicara baik-baik di ruang kepala sekolah sama artinya dengan membuka semua boroknya. Sedangkan Elisa tampaknya sudah tahu semua apa yang terjadi. Dia bahkan tahu di kamar mana Rayan tidur di rumahnya. Geram, marah dan kesal. Itulah yang saat dirasakan Bu Rustini. Sudah lebih dari 54 tahun dia hidup di maya pada ini, dan sudah lebih dari dua puluh lima tahu menggeluti drama-drama full pendustaan. Namun ternyata masih kalah jauh aktingnya oleh seorang Elisa yang usianya sebaya dengan anak sulungnya. Mungkin baru kali ini Bu Rustini berani berjalan menunduk. Jika dia pernah masuk dalam dunia persidangan maha besar dengan kesalahan yang sangat besar pula, maka saat inilah dia rasakan itu. sejenak lagi dia akan dipermalukan semalu-malunya oleh wanita yang pernah jadi muridnya di SMK PGRI. Elisa seseorang yang selama ini sering dia kasih keuntungan. Tak kurang dari satu juta setiap bulannya Bu Rustini menghabiskan uang untuk belanja di toko Rayan, walau tujuan utamanya tentu saja bisa melakukan PDKT pada lelaki yang sangat dicintai Dhena dan Elisa itu, Rayan. Sementara itu, dalam perjalanannya menuju kantor guru, Elisa terus menangis meraung-raung mengutarakan luka batin yang menyayat. Namun jauh di lubuk hatinya dia terbahak-bahak kegirangan seraya memegang dan memamerkan Piala Citra. Penghargaan tertinggi untuk pencapaian akting terbaiknya. Babak pertama dari lakon drama yang sudah disusun hampir seminggu lamanya, benar-benar berhasil. Dengan pakaian syar'i, kondisi hamil tua serta tangisan yang mengiba, sukses membuat siapapun berempati. Babak pertama telah berhasil sempurna, Elisa pun bisa tersenyum bahagia karena babak kedua dan selanjutnya akan menjadi sangat mudah. Elisa benar-benar telah bisa merasakan jika semua orang yang berada di SMKN 89 sedang berpihak padanya. Berpihak pada wanita hamil tua yang terzolimi oleh seorang Rustini. Empati merupakan modal besar untuk menghantam Bu Rustini selanjutnya. "Suami saya Rayan Justino, sudah hampir sebulan tak pulang-pulang. Melupakan kewajibannya sebagai suami juga ayah bagi dua balita kami. Saya mohon kebijaksanaan dan keadilan dari Bapak Kepala Sekolah untuk saya orang miskin, tak berpendidikan yang dizolimi oleh Bu Rustini anak buah Bapak, hiks hiks hiks hiks." Dengan suara terbata-bata dan intonasi menyayat kalbu, Elisa lancar jaya menceritakan bagaimana sengsaranya hidup dia dengan kedua anaknya sejak Rayan suaminya dijadikan suami simpanan oleh Bu Rustini. Kepala Sekolah dan empat orang wakil kepala sekolah yang diminta menjadi saksi hanya bisa ternganga dalam suasana hati yang mengharu biru. Tak menduga dengan Bu Rustini yang selama ini mereka kenal sebagai istri yang sabar dan ikhlas menerima keadaan suaminya yang sakit, ternyata hanya sebuah sandiwara. "Bu Rustini benarkah itu?" tanya Pak Bukhari, sang kepala sekolah. "No! Dia fitnah!" Bu Rustini menyangkal keras seraya berdiri. Namun salah seorang wakil kepala sekolah yang duduk di dekatnya segera menahan dan menarik tangannya agar duduk kembali. "Saya punya bukti-buktinya. Bu Rustini sengaja menjebak suami saya dengan menawarkan dukun sakti. Padahal semua itu hanya sandiwara. Dukun yang dimaksudnya tak lain dan tak bukan adalah mantan sopir suaminya yang sekaligus menjadi suami simpanan Bu Rustini." Elisa yang merasa berada di atas angin, bicara tanpa beban dan tanpa basa-basi. Kemudian dia pun menyerahkan hape serta beberapa bukti foto m***m Bu Rustini dengan Rayan dan beberapa brondong lainnya. Kepala sekolah dan dua orang wakil kepala sekolah yang diminta untuk membaca dan meneliti keaslian foto-foto tersebut terbelalak sambil mengucapkan istighfar. Tak menduga jika rekan kerjanya mereka bisa berbuat sebodoh dan segila itu. Bu Rustini bahkan berani berselfi saat sedang b******a dengan lelaki yang bukan suaminya. Sementara itu sang lambe turah sudah hilang semua rasa dalam dirinya. Andai saja ada tempat untuk menghilang dan kabur tentu dia sudah berlari, namun sayang sekujur tubuhnya lemas tak berdaya, namun juga tidak pingsan. Bu Rustini hanya bisa duduk tertunduk seraya meneteskan air matanya. Tak pernah menduga semua kebobrokan dan aib terbesar hidupnya akan terbuka pada hari ini dalam suasana yang sangat tidak menyenangkan. Hatinya benar-benar geram dan kecewa pada Rayan yang ternyata bekerja sama dengan Elisa untuk menjebaknya. Sang Cikgu berusia lebih dari setengah abad itu tak mungkin bisa mengelak karena semua bukti yang disodorkan Elisa juga tersimpan rapi dalam hapenya. Bu Rustini yakin, jika suami simpanannya itu sering membuka hapenya dan mengirim semua koleksi syurnya pada Elisa, saat dirinya terlelap dalam pelukan lelaki b******k itu. "Baiklah Bu Elisa. Sekarang kita selesaikan dengan cara kekeluargaan saha. Ibu maunya seperti apa?" ucap kepala sekolah sambil menyerahkan kembali hape Elisa dan beberapa lembar foto hasil cetakan. "Pertama saya mengucapkan terima kasih atas kebijaksanaan bapak, karena mau peduli pada nasib kami. Saya tidak meminta sesuatu yang aneh. pertama saya minta Bu Rustini mengembalikan suami saya. Kedua Bu Rustini pun harus mengembalikan modal usaha suami saya sebesar 200 juta." "Hah! 200 juta?" seru Bu Rustini, Pak Bukhari dan yang lainnya. "Itu masih tidak seberapa Pak. Suami saya sampai bangkrut usahanya gara-gara selingkuh dengan Bu Rustini. Toko, rumah sampai mobil kami terpaksa disita bank karena suami saya terlilit hutang pada Bu Noviar. Kalau bapak tidak percaya, saya bisa memberikan nomor hape Bu Noviar. Dia jauh lebih tahu siapa Bu Rustini yang sebenarnya." "Maaf, saya keberatan Pak Kepsek! Demi Tuhan saya tidak pernah memakai uang Rayan serupiah pun, justru dia yang selalu meminta uang dari saya." Bu Rustini protes. "Nah! Benarkan Pak? Sekarang dia mulai mengakui kalau suami saya memang menjadi suami simpanannya." Elisa segera menimpalinya dan Bu Rustini hanya bisa membekap mulutnya yang keceplosan. "Bagi saya tidak masalah kalau sampai ibu keberatan, tapi saya juga bisa membawa permasalahan ini ke meja hijau. Semua bukti-bukti sudah jelas. Terserah Bu Rustini mau menyelesaikan dengan cara apa?" "Tapi saya tidak memiliki uang sebanyak itu, Bu!" "Maaf Bu. Saya tidak peduli ibu mendapatkan uang itu darimana. Saya hanya meminta hak saya untuk dikembalikan. itulah merampoknya dari suami saya. Ibu istri mantan pensiunan pejabat Telkom, saya yakin banyak sekali tabungannya. Anak ibu juga seorang pengusaha sukses di Semarang. Saya tidak memeras ibu, tapi hanya minta hari ini juga ibu mengembalikan uang modal suami saya sebesar 200 juta, titik!." "Maaf Bu Elisa. Saya rasa permintaan ibu terlalu mengada-ada. Dua ratus juta itu banyak loh Bu. Tabungan Bu Rustini mungkin banyak, tapi ibu juga harus memikirkan Pak Gatot yang saat ini sedang terbaring sakit. Dia butuh biaya yang tak sedikit untuk kesembuhannya."   "Baiklah Pak. Kalau begitu hari ini juga saya akan melaporkan ini pada Kepala Dinas Pendidikan, dan setelah itu saya akan lapor kepada pihak yang berwajib kemudian mengumumkannya di sosial media. Semua bukti-bukti sangat jelas dan valid," ucap Elisa seraya berdiri dari duduknya. "Jangan dulu, Bu!" cegah salah seorang wakil kepala sekolah. "Maaf Pak saya sudah merepotkan bapak-bapak semua. Kalau begitu saya permisi." Elisa mengambil tas tangannya dan menyodorkan tangan pada Pak Bukhari. "Tunggu, kita bicarakan baik-baik dulu, Bu." Pak Bukhari sedikit gelagapan. "Maaf pak, tidak bisa. Saya sudah capek, selama sebulan ini, sudah lima kali saya mendatangi Bu Rustini, tetapi dia tidak punya itikad baik." Elisa kembali berbohong. Bu Rustini tak mampu lagi menyangkal karena semua akan sia-sia. "Gimana Bu Rus?" tanya Pak Bukhari kalem. "Sa..sa..saya mau bicara dulu dengan Pak Rayan di rumah saya." Kembali Bu Rustini membekap mulutnya karena keceplosan. "Hah, jadi benar Pak Rayan sekarang ada di rumah Bu Rustini? Bukankah ada suami ibu?" tanya Bukhori. Bu Rustini kembali menunduk. "Jadi gimana penyelesaiannya, Bu Rus?" tanya salah seorang wakil kepala sekolah setelah Bu Rustini terdiam beberapa lama. "Demi menyelamatkan nama baik saya dan keluarga, juga nama sekolah tercinta ini, saya akan menuruti permintaan Bu Elisa." "Ibu bersedia mentransfer sejumlah uang itu pada Bu Elisa?" "Tapi tidak sekaligus Pak. Mungkin bertahap." "Maaf Bu Rustini, saya tidak mau. Silahkan ibu cari uang selama 2 x 24 jam, kalau tidak, maka semuanya akan menjadi geger dan bukan rahasia lagi. Pikirkan juga nasib masa depan Bu Rustini dengan seluruh anak cucu ibu yang pastinya akan menanggung malu seumur hidupnya." Setelah berdiskusi panjang lebar akhirnya disepakati Bu Rustini akan segera mentranfer sejumlah uang ke rekening Elisa untuk menutup semua kasus. Bu Rustini telah bersumpah dan berjanji pada diri sendiri untuk tidak mengenal Rayan atau para brondong sialan lainnya. Momen yang sangat berharga itu dimanfaatkan oleh kepala sekolah dan semua wakilnya untuk menasihati Bu Rustini agar segera insaf dari segala perbuatan yang tidak terpuji, terlebih lagi dia sebagai tenaga pengajar yang seharusnya menjadi suri tauladan untuk semua orang. Satu jam kemudian, Elisa melenggang bahagia keluar dari gerbang SMKN 89 dengan membawa hasil yang membahagiakan. "Gimana, Sayang?" Terdengar sebuah suara dari seberang telepon Elisa. "Sukses. Terima kasih atas semua foto-fotonya, kamu memang suami yang sangat cerdas. Oh iya Da, kalau uang dari Bu Rustini sudah masuk ke rekeningku, aku berangkat duluan ke kampung dengan Rico, ya." "Iya boleh, Uda juga akan segera menyusulnya." "Gimana malam ini, Uda jadi gak ke rumah si Dhena? Ayi dong Uda kerahkan segala kemampuanmu untuk merayu dan menjebak si Dhena. Masa kalah lagi-kalah lagi. Kita butuh uang banyak untuk membuka usaha di kampung nanti!" "Siaaap! Sayang. Nanti malam Uda akan ke rumah Dhena lagi. Uda janji, jebakan kali ini tidak akan meleset dan dijamin akan menghasilkan uang lebih dari yang kita dapatkan dari Bu Rustini." "Ya udah deh. Aku pulang dulu ya. Kasihan Rico belum makan, soalnya waktu aku berangkat menemui Bu Rustini, dia masih tidur." "Iya Sayang, hati-hati di angkot ya." ^^^ ^^^^ Sekedar Info : Jangan takut memberikan tap Love pada cerita-cerita Ndra. Kenapa? Mau berapapaun jumlah LOVE pada cerita Ndra, tidak akan menjadi kunci bab ketika ceritanya belum TAMAT. Hampir semua cerita Ndra tetap akan gratis sampai sebulan setelah tamat. Ndra mengambil jalur complete, hanya bisa dikunci setelah Tamat, bukan berdasarkan love. LOVE hanya sekedar pegangan Ndra aja, untuk tagu berapa orang yang mengikuti cerita ini. TIDAK LEBIH DAN BUKAN UNTUK MENGUNCI BAB. Ada atau tidak yang memberi LOVE cerita ini akan terkunci apabila sudah TAMAT.  Follow akun dan memberi love pada semua cerita Ndra, berguna juga buat pembaca agar tidak ketinggalan info saat update bab terbaru. Bukan
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN