Leader 45 - Dua Bayi Naga Yang Malang
Mereka kembali melanjutkan perjalanannya. Untunglah penyihir itu bisa mereka kalahkan. Meskipun sedikit sulit untuk bisa mengalahkannya. Seperti yang jenderal Norman bilang. Para penyihir itu takut pada darah kuda dan kelinci. Karena jika darah itu mengenai tubuh mereka. Kekuatan yang mereka miliki akan hilang seketika. Dan untuk mendapatkan kekuatan mereka kembali itu sangat sulit. Karena butuh waktu bertahun-tahun untuk memulihkan kekuatan mereka. Dan butuh banyak naga yang di mangsa pula.
Tidak jauh dari lokasi mereka bertemu dengan penyihir. Jenderal Vladimir menemukan dua bayi naga yang sangat menyedihkan. Badannya penuh dengan luka-luka. Sepertinya bayi naga ini akan di mangsa oleh penyihir. Jenderal Vladimir langsung mengobati luka dua bayi naga itu. Setelah itu wakil jenderal Norman mendekati dua bayi naga itu.
"Dua bayi ini, naga betina dan jantan tuanku," ucapnya.
"Wah kamu bisa tahu jenis kelamin mereka. Sepertinya kamu banyak tahu tentang naga. Sebaiknya kita bawa dua bayi naga ini. Kita akan coba merawat dua bayi naga ini, kasihan sekali kalau mereka di tinggalkan di sini. Mereka pasti akan menjadi incaran para penyihir lagi," usul jenderal Vladimir. Karena dia memang menginginkan naga. Ya, meskipun hanya bayi naga yang baru menetas.
"Aku memang sangat menyukai naga tuanku. Dulu sebelum hutan naga di kuasai oleh para penyihir. Aku tinggal bersebelahan dengan hutan naga. Di tempat tinggalku. Banyak yang memelihara naga. Dari mulai telur bayi naga. Sampai naga dewasa bisa bertelur lagi. Sayangnya semua itu tidak berlangsung lama. Karena penyihir mulai mengacaukan semuanya. Mereka merebut hutan naga secara paksa. Sampai hutan naga di kuasai oleh para penyihir," jelas wakil jenderal Norman.
"Kalau memang ada bayi naga. Berarti ada induknya juga bukan? Pasti ada naga jantan dan betina di hutan naga ini," terka jenderal Vladimir. Tidak mungkin telur naga dan bayi naga ini ada dengan sendirinya. Pasti ada induk naga yang berkembang biak di sini.
"Benar tuan, para penyihir menyembunyikan sepasang dua naga jantan dan betina. Tentunya untuk menghasilkan telur naga. Yang nantinya akan mereka santap saat telur itu menetas," tambah wakil jenderal Norman.
Kejam sekali para penyihir itu. Sudah mengurung sepasang dua naga. Lalu mereka dengan seenaknya memakan bayi naga yang baru menetas. Sang induk naga pasti telah di ancam oleh para penyihir. Bagaimanapun seekor induk naga tidak akan rela, jika anaknya menjadi santapan para penyihir. Sama seperti manusia, tidak akan begitu saja merelakan anaknya untuk menjadi korban.
"Baiklah, kita cari mereka. Setelah itu baru kita pulang. Toki, Riko! Tolong jaga dua bayi naga itu. Jangan sampai penyihir merebutnya dari kalian," perintah jenderal Vladimir.
"Baik tuanku," sahut Toki dan Riko. Sebetulnya Riko tidak tahu apa-apa tentang naga. Baru pertama kali mereka menginjakan di hutan naga. Hanya wakil jenderal Norman dan Toki saja sepertinya yang tahu seluk beluk tentang naga.
"Tuan yakin mau mencari sepasang naga dewasa itu?" Tanya wakil jenderal Norman.
"Ya tentu." Sahut jenderal tanpa ragu.
Wakil jenderal Norman sedikit gelisah dengan permintaan jenderal Vladimir. "Ini akan sangat berbahaya. Dua pasang naga itu biasanya di kurung di sebuah gua. Mereka di jaga ketat oleh kekutan jahat para penyihir. Akan sulit untuk membebaskan mereka. Apalagi kita tidak mempunyai kekuatan yang bisa mematahkan mantra penjaga yang membelenggu naga itu," jelas wakil Jenderal Norman.
"Kita pasti bisa melakukannya. Buktinya tadi kita bisa melawan penyihir. Kita masih punya darah kelinci ini kan? Aku tahu, kamu cukup ketakutan karena ada pengalaman buruk pernah tersesat di sini? Namun, aku yakin. Kita bisa menyelamatkan induk naga ini. Ayo cepat kita pergi! Jangan sampai ke sorean. Kalau sampai sore kita tidak menemukan sepasang naga itu. Kita pulang saja, lalu kita lanjutkan pencariannya besok," perintah jenderal Vladimir.
Wakil jenderal Norman hanya bisa menggelengkan kepalanya. Rasa takut dan cemas mulai menyelimutinya. Namun, ia harus tetap patuh pada perintah jenderal Vladimir. Jenderal Vladimir memang seperti itu. Selalu mencari sesuatu sampai dapat. Sepertinya belum puas kalau belum sampai dapat. Padahal menurut wakil jenderal Norman dua bayi naga ini saja sudah cukup. Nantinya, bayi naga ini bisa tumbuh dewasa dan berkembang biak bukan? Wakil jenderal Norman bisa kok merawatnya dengan baik.
Sementara Toki juga ingat saat dia tersesat di hutan naga ini. Rasanya seperti masuk dalam perangkap buaya. Nyawanya terancam. Karena setiap langkahnya selalu bertemu dengan penyihir. Meskipun bisa melewati para penyihir itu dengan darah kelinci. Namun, tetap saja rasa takut terus menyelimutinya. Bisa-bisanya saat itu Toki tersesat di hutan naga. Kurang lebih Toki di hutan naga selama sebulan. Karena memang sangat sulit mencari jalan keluarnya.
Ternyata Toki tidak sendirian saat itu. Ada pengembara juga bernama Gama. Dia bukan tersesat. Melainkan Gema mencari ibunya yang katanya seorang penyihir. Gama memang memiliki sihir. Namun, tidak sehebat penyihir pada umumnya. Kekuatan yang Gama punya sangat lemah. Gama juga tidak bisa disebut penyihir. Karena memang tidak terlihat seperti penyihir. Hanya para penyihir yang bisa tahu, kalau Gama adalah titisan penyihir.
"Kenapa kamu cari ibumu?" Tanya Toki saat itu.
"Ibuku diajak ke sini sama teman-temannya. Katanya untuk meningkatkan ilmu sihirnya. Ibuku pergi ke hutan naga, dia meninggalkan aku bersama ayah. Setelah aku beranjak dewasa. Aku merasa ada yang aneh dalam diriku. Aku bisa memindahkan barang tanpa menyentuh. Dan akhirnya ayah bercerita tentang ibu yang seorang penyihir. Sudah lama ibu tidak kembali. Makanya aku mencarinya di sini, tapi aku belum bisa menemukannya juga," cerita Gama saat itu.
"Biar sekalian aku bantu kamu mencari ibu kamu. Tapi setelah itu, bantu aku untuk keluar dari hutan naga ini. Bagaimana?" Toki memberikan penawaran.
"Baiklah, terimakasih atas tawaran bantuan kamu. Sedang apa kamu di sini? Bukan kah kamu tahu, manusia yang masuk ke sini akan sulit keluar?" Tanya Gama.
"Aku seorang pengembara. Aku berjalan tanpa tujuan. Dimana ada tempat istirahat. Disitulah aku singgah, tapi aku malah tersesat sampai ke sini," sahut Toki.
"Ternyata benar tersesat. Ya sudah nanti aku bantu kamu untuk keluar dari sini. Apa kamu yakin, kamu berjalan tanpa tujuan. Menurutku kamu akan menuntut kan dendam kamu," tebak Gama.
"Ya, aku ingin balas dendam pada raja Dimitar yang telah membunuh keluargaku. Aku tahu itu mustahil, tapi aku yakin ada cara untuk menghancurkan kerajaan Bednarek," ceplos Toki akhirnya.
"Aku mencoba meramalkan. Menurut aku, lebih baik kamu jalan ke sebelah Utara setelah keluar dari hutan naga ini. Kamu akan bertemu dengan sebuah kerajaan yang akan membuat kamu lebih dekat dengan tujuan kamu. Setidaknya kamu akan bertemu orang yang kamu ingin temui," saran Gama. Selain bisa memindahkan barang tanpa disentuh. Gama juga bisa meramalkan seseorang. Namun, hanya bisa sebatas itu. Karena memang kemampuan yang ia miliki hanya titisan dari ibunya. Tidak pernah di asah sama sekali. Bisa saja apa yang Gama ramalkan itu salah. Bisa dibilang Gama ini adalah penyihir amatiran. Yang bermodalkan kekuatan seadanya.
"Baiklah, aku akan turuti saran kamu. Semoga kali ini aku lebih dekat dengan tujuan yang aku mau, terimakasih Gama." Setalah itu mereka melanjutkan perjalanan lagi mencari ibunya Gama. Sebetulnya Toki tidak yakin dengan tawarannya itu. Sama saja ia mencari mati. Karena pastinya akan lebih lama lagi, dia tertahan di hutan naga ini. Namun, ia juga tidak tega kalau membiarkan Gama mencari ibunya sendirian di hutan naga ini. Ya, meskipun Gama adalah titisan penyihir, rasa empati Toki terlalu besar. Jadi Toko memutuskan tetap akan menolong Gama.
Gama sepertinya orang yang jujur. Tidak seperti penyihir-penyihir lainnya, yang kemarin-kemarin Toki temui di hutan naga. Toki harus tetap berpikir positif. Agar semuanya berjalan dengan baik. Selama kita berpikir positif, mungkin kita akan tetap tenang selama di hutan naga ini.