Leader 44 - Bertemu Dengan Penyihir

1503 Kata
Leader 44 - Bertemu Penyihir Mereka terus berjalan menyusuri hutan Naga. Atmosfer yang menegangkan mulai sangat mencekam. Benar-benar tidak ada tanda kehidupan di hutan naga ini. Seperti hutan mati yang sudah lama tidak terurus. Jangankan manusia, hewan dan tumbuhan pun enggan hidup di hutan gersang ini. Hanya para penyihir yang sedang menambah ilmunya saja, yang kuat tinggal di tempat seperti ini.  Sejak tadi juga jenderal Vladimir dan yang lainnya belum melihat sosok naga satu pun. Apa benar ini hutan naga? Lebih pantas disebut hutan mati dari pada hutan naga. "Sepertinya kalian tersesat?" ucap seorang wanita berparas cantik. Setelah beberapa jam mereka berjalan. Baru kali ini mereka menemukan seorang manusia. Jenderal Vladimir tidak mungkin tertipu yang ada dihadapannya bukan manusia biasa, tapi seorang penyihir. "Siapa kamu?" Tanya wakil jenderal Norman berusaha melindungi jenderal Vladimir.  "Hihihihii, aku adalah penunggu hutan ini. Ada apa kalian mengantarkan nyawa kalian ke sini?" Tanya sang penyihir. Tertawa ala penyihir selalu menjadi pembuka percakapannya. Jenderal Vladimir tersenyum sinis. "Kami ke sini untuk memusnahkan kamu! Sudah jangan halangi jalan kami," tegas jenderal Vladimir. "Beraninya kamu menanatangku! Aku adalah penyihir dari dunia kegelapan. Siapapun yang tersesat di hutan naga. Maka sama saja dia mengantarnya nyawanya." Kemudian penyihir itu menyerang jenderal Vladimir.  Wakil jenderal Norman, prajurit Toki dan Roki ikut membantu jenderal Vladimir melawan sang penyihir. Mereka masih beradu senjata. Jangan sampai mereka terkena sinar merah yang di keluarkan sang penyihir. Karena hal itu pasti akan membuat mereka mati atau terluka. Mereka hanya mengandalkan senjata saja. Sedangkan penyihir, mempunyai kekuatan magic yang bisa mengubah apapun menurut kehendak sang penyihir. "Kalian cukup kuat juga! Tapi jangan harap bisa mengalahkan aku. Ayo lawan aku sampai kalian semua mati!" Tantang sang penyihir itu.  Mereka kembali melawan sang penyihir. Tidak lama, wakil jenderal Norman menyiramkan darah kelinci itu ke tubuhnya sang penyihir. "Apa ini? Apa darah kelinci? Tidak tidak! Kalian tidak boleh melakukan hal ini padaku!" Pekik sang penyihir. Lama kelamaan sang penyihir yang sangat cantik itu berubah. Kulitnya yang mulus dan kencang berubah menjadi keriput. Wajahnya yang cantik bak putri kerajaan berubah menjadi wajah nenek-nenek tua. Dan rambutnya yang hitam panjang berubah menjadi putih. Ternyata darah kelinci benar-benar bekerja dengan baik. Penyihir itu mulai hilang kekuatannya. Penyihir itu kembali mengeluarkan sinar mereah dari tangannya, sepertinya sebuah kutukan. Namun, jenderal Vladimir menangkisnya dengan pedangnya. Sinar merah itu malah seperti bumerang. Sinar merah itu berbalik ke arah penyihir itu. Dan penyihir itu musnah seperti abu yang ditiup. "Syukurlah penyihir itu sudah musnah. Tapi heran, kenapa dia masih bisa mengeluarkan kekuatannya? Padahal dia sudah aku siram dengan darah kelinci," wakil jenderal Norman heran. "Penyihir itu mungkin memiliki ilmu yang cukup tinggi. Meskipun fisiknya berubah, tapi kekuatannya belum hilang sepenuhnya. Untungnya tuanku bisa menangkisnya dengan pedang tuanku. Kalau tidak, mungkin tuanku akan terluka," sahut Toki. "Wah sepertinya selain aku. Kamu juga tahu banyak tentang naga." Toki tersenyum. "Aku ini pengembara. Aku tahu semua itu selama aku mengembara. Memang hanya penyihir lemah saja yang akan hilang kekuatannya, ketika terkena darah kuda atau kelinci. Penyihir kuat tidak bisa kita kalahkan begitu saja. Dan sampai saat ini belum ada yang tahu cara memusnahkan penyihir kuat," jelas Toki panjang lebar. "Pasti ada cara, aku yakin itu. Katanya sebuah benda pusaka bisa memusnahkan penyihir kuat. Buktinya, saat tuanku menangkis sinar merah itu dengan pedangnya. Sinar merah itu malah balik menyerang sang penyihir. Dan hal itu membuat sang penyihir musnah. Apakah pedang tuanku ini sebuah beda pusaka?" Tanya prajurit Roki penasaran. Tumben sekali dia berbicara panjang lebar seperti ini  "Pedang ini adalah pedang milik ayahku. Tidak mungkin pedang ini sebuah pusaka. Karena ayahku sendiri yang membuatnya," ucap jenderal Vladimir dengan hati-hati, takutnya Toki malah sahut dan berbicara hal yang tidak-tidak. "Ya sudah, yang penting kita selamat. Ayo kita lanjutkan lagi perjalanan," ajak wakil jenderal Norman. Dia tidak mau topik pembicaraan tentang penyihir ini justru memicu pertikaian. Jadi lebih baik mereka melanjutkan perjalanannya. "Ya benar, ayo!" Sahut mereka semua.  Jenderal Vladimir masih penasaran. Ia lihat lagi tempat dimana penyihir itu musnah. Apa benar, karena pedang yang di bawa Jenderal Vladimir? Padahal ia tahu betul pedang itu yang di buatkan oleh ayahnya. "Ayah buat pedang lagi?" Tanya Vladimir kecil saat itu. "Iya, nak. Pedang ini akan sangat hebat. Pedang yang tidak akan ada di seluruh penjuru negeri ini. Pedang ini akan jadi rebutan. Namun, yang bisa mengendalikan pedang ini hanya aku dan kamu," ucap Alexander.  Jenderal Vladimir baru ingat kata-kata Alexander waktu itu. Pedang yang ia pegang sekarang berarti memang bukan pedang biasa. Katanya pedang ini tidak akan ada di seluruh penjuru negeri. Apa pedang ini benar-benar pedang pusaka? Kenapa jenderal Vladimir tidak tahu mengenai hal itu? "Pedang itu akan sangat hebat berarti ayah?" Tanya Vladimir kecil dengan antusias. "Tentu, kita harus menjaga oedang ini dengan baik. Kamu sudah menguasai teknik berpedang Vladimir?" Tanya Alexander. "Sudah ayah. Ayah bisa memgetesnya setelah ayah menyelesaikan pekerjaan ayah. Atau mau aku bantu untuk membuat pedang hebat itu?" Tawar jenderal Vladimir. Meskipun didikan Alexander sangat keras pada Vladimir. Namun, Vladimir tidak terlihat takut pada Alexander. Entah dari mana Vladimir kecil langsung mengerti, kenapa ayahnya medidiknya seperti itu. Ya, karena jenderal Vladimir lahir di Medan perang. Akan banyak peperangan lainnya yang terjadi. Vladimir terlahir menjadi seorang anak pemimpin. Kalau bukan Alexander yang menjadi andalan. Nantinya Vladimir lah yang diandalkan. Terkadang Vladimir merasa kasihan pada ayahnya. Tidurnya setiap hari hanya dua jam. Selebihnya berlatih, dan menjaga desanya agar tetap aman dari para penyerang.  ********* Kenyataan yang belum jenderal Vladimir ketahui adalah tentang peperangan yang menewaskan Ivana, ibunya. Peperangan yang membuatnya lahir di Medan perang. Sebetulnya peperangan itu adalah perang melawan kerajaan Jargous. Kerajaan yang dipimpin oleh seorang jenderal yang cukup kuat. Yaitu ayahnya Ivana. Dengan menghasut sang raja. Ayahnya Ivana berhasil membawa pasukan untuk menyerang tempat Alexander tinggal. Dia tidak terima putri semata wayangnya kawin lari dengan seorang pandai besi.  "Aku peringatkan kamu agar tidak mendekati anak saya! Jika hal itu terjadi. Aku tidak akan segan-segan untuk menghancurkan kamu. Bahkan akan mengobrak-abrik desa kamu!" Ancam ayahnya Ivana saat itu. Ivana terus merengek meminta restu pada ayahnya. Namun, percuma saja. Ayahnya tidak menyetujui hubungan mereka. Sebetulnya saat itu Alexander sudah menyerah dan pasrah dengan cintanya yang kandas. Alexander juga tidak mau memaksakan diri untuk menjadi pasangan hidup Ivana. Alexander cukup tahu diri. Dia hanya seorang pandai besi. Mana bisa membuat seorang putri bangsawan bahagia. Yang ada Ivana akan hidup sengsara. Alexander tidak mau Ivana jadi turun kasta. Ivana pasti akan mengalami banyak kesulitan jika terus memaksakan untuk bersama. Namun, ternyata diluar dugaan Ivana malah nekat kabur dan mengajaknya untuk kawin lari. Alexander terus menolak. Karena sama saja ia menantang ayahnya Ivana. Tapi Ivana terus memaksa Alexander.  "Aku mohon Alexander. Tidak ada waktu lagi. Kalau kamu mengembalikan aku pada ayah. Itu sama saja kamu tidak akan pernah melihat aku lagi. Aku tahu sifat ayah. Ayah malah akan menikahkan aku dengan anak bangsawan lainnya. Apa kamu rela aku tidak bahagia seumur hidup aku? Aku tidak akan jatuh cinta lagi. Selain padamu Alexander," pinta Ivana. Matanya penuh harap pada Alexander. Ivana sungguh berharap Alexander bisa mengabulkan permintaannya.  "Baiklah, kita akan menikah dan hidup bersama. Jika memang itu mau kamu dan keputusan kamu. Namun, jika kamu berubah pikiran...." "Ssstttt.." Ivana menekan jari telunjuknya ke bibir Alexander. "Aku tidak akan berubah pikiran. Kebahagiaan aku sudah ada di depan mata. Kamu lah kebahagiaan aku. Jangan pernah berpikir aku akan berubah pikiran."  Saat itulah Alexander setuju dan langsung menikahi Ivana. Mereka harus berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Demi menghindari suruhannya ayahnya Ivana. Mereka memang harus terus seperti itu. Karena ayahnya Ivana bukalah orang yang mudah menyerah. Dia akan terus mencari Ivana sampai ketemu. Pasti jika sampai ketemu, Ivana akan dihukum. Dan Alexander akan di hukum mati. Petualangan demi petualangan mereka lewati bersama. Bahkan Ivana banyak belajar dari Alexander tentang belajar bertahan hidup. Ivana tidak pernah mengeluh sama sekali. Malah dia terlihat bahagia meskipun hidup apa adanya dengan Alexander. Karena mereka sering berpindah-pindah tempat. Mereka tidak punya rumah atau harta benda. Yang ada dalam pikiran mereka. Asal bisa tidur dan makan itu saja. Hidup dengan tenang yang mereka inginkan. Namun, belum tenang kalau ayahnya Ivana terus-terusan mengejarnya. Entah sampai kapan mereka akan mengejar Ivana dan Alexander. Demi kebahagiaan mereka berdua harus tetap bertahan. Sampai ayahnya Ivana benar-benar menyerah dan merestui hubungan mereka berdua. ********** Tidak lama perjalanan, mereka bertemu lagi dengan penyihir. Kali ini mereka tidak mau berlama-lama lagi. Menggunakan tenang untuk merawan penyihir hanya akan sia-sia. Kali ini Toki yang menyiramkan darah kelinci itu. Penyihir kali ini langsung menyerah dan kabur. "Awas kalian semua! Aku akan balas perbuatan kalian!" Ancam penyihir itu sambil pergi untuk kabur. "Hahaa beraninya ngancam doang. Kita memang hebat tuanku!" Ucap wakil jenderal Norman. Sepertinya pergi ke hutan naga tidak seburuk yang wakil jenderal Norman bayangkan. Tadinya wakil jenderal Norman sedikit takut. Karena memang dirinya tidak mempunyai kekuatan sihir apapun. Penyihir bisa saja membunuh atau mengambil auranya. Namun, ternyata petualangannya sangat seru. Memang menegangkan. Namun, wakil jenderal Norman yakin. Selama ada jenderal Vladimir, mereka akan baik-baik saja. Jenderal Vladimir punya berbagai macam cara untuk menjamin orang yang ikut dengannya selamat, hingga kembali ke istana kerajaan Kuzkha.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN