BTW 16

1851 Kata
Di Perusahaan A-Corporation. Allard sampai di perusahaanya. Terlihat pemuda itu masuk ke dalam kantor nya dengan berjalan tergesa-gesa, tanpa memperdulikan sapaan dari para pegawainya. "Romi... apa yang terjadi, bagaimana sebenarnya kerja mu? Kenapa semua ini bisa terjadi, dasar bodoh," teriak Allard, membanting semua berkas-berkas yang ada di atas meja kerja nya. Romi, Sekretaris pribadi Allard, hanya bisa menunduk takut. Keringat dingin mulai bercucuran dari pelipisnya. "Maa.. maaf Tuan,. ada yang menyabotase aset perusahaan Anda.. dan membuat perusahaan anda mengalami kerugian besar.  Serta banyak para donatur yang memilih mencabut dananya, beralih ke Perusahaan lain," ujar Romi bergetar. "Siallll..... b******k! Siapa yang berani melakukan ini, cari tau semuanya, tentang siapa yang sudah berani bermain-main dengan ku," geram Allard, menggertakan gigi-giginya. Kemarahanya sudah meluap, otaknya terasa panas belum lagi masalah keluarganya yang belum juga selesai sampai sekarang. "Kami sudah mencari tau Tuan.  Semua ini di lakukan oleh perusahaan Fatony-Corp, yang bernotaben menjadi perusahaan tertinggi nomor 2, di negara ini, menduduki peringkat yang sama dengan perusahaan milik Tuan, namun  perusahaan kita kalah telak Tuan, kita tak bisa mengimbanginya, menurut informasi yang saya dapat, perusahaan itu mendapat dukungan penuh dari perusahaan tertinggi, R-Corporation," jelas Romi kemudian. Allard mengepal kedua tangannya erat, giginya gemletuk menahan amarah agar tak melukai orang sekitarnya. "Siapa pimpinan perusahaan itu, dan bagaimana caranya dia bisa masuk ke perusahaan kita. Seperti nya lawan kita tidak boleh di remehkan," gerutu nya. "Menurut anak buah ku perusahaan Fatony-Corp, menyusubkan mata-mata untuk mengambil aset berharga milik perusahaan Tuan. Dan masalah siapa pemimpin perusahaan itu, belum ada yang mengetahuinya sampai detik ini,  Pemimpin itu begitu tertutup, dan tak ada yang tau mengenai identitasnya, sekalipun para karyawan di sana. Ku dengar, dia selalu di wakilkan oleh orang kepercayaan nya, Tuan,"  jelas Romi, panjang lebar. Allard semakin penasaran di buatnya,  siapa pemilik perusahaan Fatony-Corp, sebenarnya. Kenapa ia merasa sangat mengenal sosok pemimpin itu? Tapi semua sahabatnya tak ada yang punya keluarga dengan nama kebesaran Fatony. Atau mungkin kau saja All, yang tak mengetahuinya. Kau terlalu naif dan sombong, untuk sekedar menoleh ke orang sekitar mu. Dua orang berbadan kekar masuk begitu saja ke dalam kantor milik Allard,  menggegerkan seluruh isi di dalam perusahaan itu.  Belum lagi lembar tulisan yang terpampang jelas di tangan dua orang berbadan besar tersebut. Desas desus mulai terdengar di area loby. "Astaga...ada apa ini, lihat dua orang itu memegang lembaran bertuliskan "GEDUNG DI SITA". Apa maksudnya?.... " "apa perusahaan Tuan All, bangkrut?" "lalu bagaimana nasip kita?" "Astaga...aku tak mau jadi pengangguran." Begitulah kira-kira celoteh para pegawai yang ada di situ. "BRAKKKK.... Dua bodyguard itu mendobrak ruang kerja Allard. Tanpa basa-basi. Sontak membuat dua pemuda di dalam nya terbelalak kaget. "Siapa kalian...? Beraninya kalian masuk keruangan ku, tanpa seijin ku," emosi Allard. Namun kedua orang itu seolah tak peduli dengan ocehan sang CEO. "Silahkan kemasi barang-barang anda sekarang. Karena perusahaan ini sudah di sita. Cepat pergi! kami beri waktu dua jam. Bila anda menolak terpaksa kami harus memakai kekerasan," ucap bodyguard itu kelewat datar, masih bisa di bilang sopan. "Sialan...siapa yang menyuruhmu haa.....? b******k, kalian tau perusahaan ini milikku, tak ada yang bisa mengambilnya dariku," Allard tetap bersikeras mempertahankan perusahaan nya.  Dan terjadi lah baku hantam antara Allard, Romi dan dua bodyguard itu.  Lebih parahnya, sejak kapan banyak wartawan yang mengabadikan moment memalukan itu. Siapa yang memberitaunya? Kalian bisa menebak bukan ini ulah siapa? Tidak mungkin kejadian ini terjadi secara kebetulan. Berita perihal kebangkrutan perusahaan A-Corporation, sudah tersebar luas di berbagai media sosial begitu cepat. Begitu pula di TV internasional sekarang menjadi tried berita terpanas hari ini. Melisa dengan santai menonton acara TV tersebut, di temani Rammon dan Garel, tentunya. "Bagaimana baby...kau puas? Dengan permainan ini?," Tanya Rammon santai. "Sangat puas sayang,....terima kasih," "CUPPP... Melisa mencium bibir sang kekasih sekilas. Rammon tersenyum, terasa geli namun memabukkan. Bagai melayang di atas awang-awang hanya karena ciuman singkat yang di berikan oleh si manis. "Mommy....kenapa hanya mencium Daddy? Gary, juga mau cium," rengek Garel dengan pose imut nya. Hei! Jangan bilang kalau Melisa melupakan keberadaan putra tercintanya. "Ah...ada yang merajuk eoh...? Sini Mommy cium banyak-banyak," pinta sang Mommy, berakhirlah Melisa mencium seluruh wajah putranya. Membuat bocah imut itu terkikik geli. Dan tertawa terbahak-bahak. Rammon tersenyum manis, hatinya menghangat melihat calon keluarganya terlihat bahagia. Ia bersyukur pada yang kuasa, karena sudah memberikan dua malaikat yang begitu sempurna untuk nya. Mansion Bramastya. Allard terlihat tengah memasuki Mansion besar nya dengan langkah sempoyongan. Baju berantakan, wajah.. Ach! Jangan tanyakan, sudah tak terlihat menawan. Yang ada hanya bekas memar kebiruan. Bekas tonjokan sana-sini. Nyonya Mona, yang menyadari keberadaan sang putra segera berlari menghampiri nya. "Astaga...All! kenapa bisa begini sayang? Apa yang terjadi dengan mu?," Wanita itu segera berlari dan memapah tubuh sang putra. "Ini tak seberapa Ma,,..mungkin ini karma untukku," Allard tersenyum miris. Entahlah kenapa tiba-tiba ia teringat akan kesalahannya terdahulu. Nyonya Mona, sudah menangis sejadinya sambil mengobati luka pemuda itu. Lisa yang melihat berita di TV, di kantor nya berdecih malas. "Cih... Dasar tak berguna, Apa-apaan ini. Aku mempunyai calon suami bangkrut? yang benar saja. Ah tidak boleh di biarkan, aku harus menyuruh Allard untuk bangkit dan menjadi kaya lagi," gerutu Lisa. Belum selesai ia mengomel, tiba-tiba di kejutkan dengan bunyi dering phonselnya. "Iya...dengan siapa?" Ketusnya. "......." "Hah...benarkah? Astaga aku sangat beruntung, lagian perusahaan mana yang tak tertarik bekerja sama dengan perusahaan ku," ucapnya menyombongkan diri. "......." "Baiklah kita bertemu di kafe xxx... " "....." "Baiklah sampai jumpa...," Berakhir dengan Lisa menutup panggilan telphonya terlebih dahulu, padahal lawan telphonenya yang menghubungi. Benar-benar tak sopan. "Ah.... aku sangat bahagia, akhirnya perusahaan R-Corporation, mau bekerja sama dengan perusahaanku.... Kyaaaaa..... pasti perusahaanku akan terkenal," Lisa melonjak bahagia, bagaimana tidak jika perusahaan ternama, nomor 1 di dunia mau melirik perusahaan kecil miliknya. Bahkan ia tau R-Corp, sangat pilih-pilih dalam mencari partner kerja. Ia merasa begitu beruntung. Membayangkan masa-masa kejayaan yang akan ia lalui nantinya. Sepulang dari kantor. Lisa memasuki Mansion Bramastya, dengan wajah sumringah. Sungguh kebahagiaanya tak dapat ia sembunyikan. Baru saja ia bertemu dengan pemimpin perusahaan R-Corp. a k. a, Nyonya Carla. Di sebuah kafe ternama. Dan yang membuatnya lebih bahagia perusahaan R-Corp, mau mendonasikan sejumlah dana untuk perusahaanya dengan nominal yang tak main-main besarnya. Allard sedikit terkejut melihat Lisa dengan senyum bahagianya, hingga gadis itu tak sadar dengan ke adaan sang kekasih yang bisa di bilang tak baik-baik saja.  "Lisa...tak bisakah kau sedikit peduli dengan Allard?," tegur Nyonya Mona, yang merasa bosan dengan sikap Lisa yang terkesan seenaknya sendiri. "Ah...aku sangat bahagia Ma,.. Oh! All, kenapa dengan wajahmu?," Lisa sok peduli, seolah tak tahu apa-apa, padahal dia sudah melihat di acara TV, tadi. "Ck...tak usah sok simpati, bahkan kau tau apa penyebabnya," ketus Allard, malas drama. "Oiya...aku ada kabar gembira untukmu, perusahaanku sekarang akan bekerja sama dengan perusahaan ternama R-Corporation," tuturnya gembira, Allard mengernyitkan keningnya, seakan tak percaya. Bagaimana mungkin itu terjadi begitu saja, sepertinya ada yang tidak beres. Fikir Allard, menerka-nerka. "Tidak kah kau curiga Lisa? Kenapa perusahaan itu begitu gampang menerima kerja sama denganmu?," ucap Allard khawatir. Ingat "KHAWATIR" pada Lisa. Astaga! Gadis gila seperti itu saja masih saja ia khawatirkan. "Hah... bilang saja kalau kau iri padaku, kau mau menghasut fikiranku kan? Ck... Kau takut tersaingi. Karena perusahaanmu sudah bangkrut. Dan tenang saja aku yang akan menghidupi keluargamu dan juga dirimu," Lisa menyombongkan diri. Allard mati-matian menahan amarahnya agar tak menampar gadis di depannya ini, harga diri nya, seakan sudah terinjak-injak. Oh! Dengan Lisa saja bisa menahan amarah, apa kabar dengan dirinya dulu yang bahkan enteng sekali memukul istri nya sendiri. Kediaman Fatony. "Apa misi Mama sukses?," tanya Rammon penasaran. "Tentu saja, ah! Dasar gadis bodoh dia tak curiga sama sekali dengan ku. Dasar mata duitan," cerca wanita tersebut. Melisa lagi-lagi tersenyum. Berlahan tapi pasti, misi balas dendamnya akan segera tercapai. "Dasar bodoh, terlalu mudah masuk dalam perangkap kita," Rammon tersenyum evil. "Sekarang giliranmu sayang....tapi... -- " Rammon menggantung ucapanya. "Tapi kenapa sayang hm? Kau takut aku kembali pada Allard?," tebaknya. "Iya...bagaimanapun dia cinta pertamamu," Rammon merangkul pinggang sempit sang kekasih. "Tidak akan terjadi sayang... hati ku sudah mati untuknya. Setelah apa yang pernah dia lakukan pada ku dan juga Garel," Melisa mengelus rahang tegas sang calon suami. "Mel...nanti kau ikut Mama ya!... Mama akan merubahmu menjadi sosok tuan putri agar keluarga Bramastya tak mengenalimu," ucap Nyonya Carla memecah kemesraan dua sejoli itu. "Baiklah Ma...," jawab Melisa singkat menahan malu. Di sini lah Melisa dan Nyonya Carla berada, di sebuah klinik kecantikan milik Nyonya Carla Yang sudah siap merubah penampilan Melisa dari seekor bebek menjadi seekor white swan. Yerin tersenyum ia terpukau akan kecantikan gadis yang selama ini di cintai anaknya. Ah! Dia benar-benar manis dan cantik, pantas saja Rammon tergila-gila padanya. Batin wanita paruh baya tersebut.  Semua pegawai di klinik itu begitu iri akan kecantikan Melisa. Gadis yang bahkan sebentar lagi akan menyandang nama kebesaran Fatony. "Melisa sayang... bersiaplah, malam ini Mama akan memperkenalkan mu ke publik sebagai putriku, apa kau benar-benar siap sayang?," Tanya Nyonya Carla lagi memastikan, seraya membelai rambut lembut gadis tersebut. "Emm... aku sedikit gugup Ma,..! Tapi aku akan berusaha setenang mungkin, untuk menghadapi semua," sahut Melisa begitu yakin. "Bagus.... hancurkan manusia yang pernah menghancurkanmu. Balas mereka, sebagai mana mereka telah menyakiti mu, jangan lemah," semangat wanita paruh baya itu. "Tentu Ma... pasti," jawab Melisa, menatap tajam ke depan. Seakan tengah menatap musuh di hadapannya. Di mansion Bramastya. "All... nanti malam ikut dengan ku ya, Gilbert juga, aku akan mendatangi even yang di selenggarakan oleh perusahaan R-Corp . Allard hanya mengangguk malas. Sedang Gilbert, ah! Anak itu masa bodoh, seolah tak ada tujuan hidup. Tak peduli dengan urusan yang menurutnya sangat buang-buang waktu. Malam yang di nantikan pun tiba, keluarga Bramastya mendatangi sebuah gedung megah tempat Nyonya Carla mengadakan acara event besar-besaran. Lisa terlihat mengenakan balutan gaun hitam senada dengan Allard beserta putranya Selang beberapa waktu kemudian. Acara demi acara telah terlewati kini acara terakhir yang di nantikan banyak tamu undangan. Yaitu perkenalan anak pewaris perusahaan terbesar di dunia itu.  Nyonya Carla, menaiki area panggung dan di sambut dengan riuh tepukan tangan tak terkecuali dengan Lisa. Ia begitu antusias. Karena ia begitu terobsesi akan kesuksesan wanita paruh baya tersebut. "Baiklah...sekarang saya akan memperkenalkan anak kedua saya. Yang akan mewarisi perusahaan R-Corp, kalian pasti bertanya-tanya kenapa saya menyembunyikan keberadaanya bukan? Ah! Saya tidak menyembunyikannya, di karena kan anak saya menempuh pendidikan di London sedari kecil. Baiklah...tidak usah membuang waktu lagi, sekarang akan saya panggilkan anak kesayangan saya. Mauren," seketika tepuk tangan riuh kembali terdengar. Para tamu kembali berbisik-bisik, mereka begitu penasaran akan sosok gadis bernama Mauren tersebut, bagaimana parasnya?. Sampai suara bisik-bisik ribuan tamu undangan terdengar samar-samar di dalam gedung besar tersebut. Tak terkecuali dengan Lisa, dia juga sangat penasaran. Akan sosok gadis, yang menurutnya sangat beruntung bisa menjadi putri dari seorang miliader tersebut. "Seperti apa dia, pasti cantik sekali. Aku harus mendekati nya nanti, dan menjadikan dia temanku," gumam Lisa, berhayal. Allard hanya melirik tajam ke arah gadis tersebut. "Dasar, bilang saja kau mendekati nya hanya untuk kepentingan pribadi mu sendiri," sindir pemuda itu. "Itu lah strategi, bukankah... jika kau ingin sukses, maka bergaul lah dengan orang yang sukses juga. Aku tidak ingin bergaul dengan orang yang derajatnya lebih rendah dari ku," cerca nya. Allard baru sadar sekarang, jika wanita itu hanya lah mencintai harta nya saja. "Oh begitu? Jadi kau juga tidak ingin menikah dengan ku lagi? Setelah perusahaan ku bangkrut," pancingnya. Lisa kelabakan, meski yang pemuda itu ucapkan benar adanya. "Bu... bukan begitu All, aku yakin kau bisa bangkit lagi. Dan kembali sukses seperti terdahulu," elaknya. Allard hanya menyunggingkan sebelah bibirnya, tak bermaksud untuk menjawab.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN