BTW 08

1964 Kata
Hampir setiap minggu Rammon menemui Melisa, untuk sekedar menghibur gadis keras kepala tersebut. Memastikan sejauh mana gadis itu akan bertahan pada pendiriannya. Walau setiap waktu ia selalu mengirim informannya untuk mengawasi Melisa, namun tetap saja ia tak bisa tenang. Sebelum memastikan nya sendiri. Melisa juga selalu bercerita tentang apa yang terjadi di dalam Mansion Bramastya, ia tak terlalu menutup diri seperti dulu. Jujur saja, Rammon sangat senang, akhirnya gadis itu mau terbuka pada nya. Tak terkecuali tentang berita kehamilan Lisa. Rammon juga sudah tau itu. Pemuda itu begitu marah, sekalipun geram pada Melisa. Kenapa gadis itu tetap tak menyerah? Sungguh cinta itu benar-benar membuat orang gila. Rammon merasa ia harus membongkar tentang jati dirinya pada sosok manis ini. Hari ini Rammon mengajak bertemu Melisa di tempat biasa. Bermaksud memberitahukan tentang rahasia besar dalam hidupnya. Disini lah mereka, di sebuah taman kecil yang menenangkan. Tempat dimana mereka sering bertemu dan saling mencurahkan isi hatinya. "Ram....kenapa tiba-tiba mengajak ku bertemu, apa ada hal yang penting, yang ingin kau bicarakan?," Tanya Melisa, sedikit heran, seraya memiringkan kepalanya, dengan onyx hitam mengerjab lucu. Sadarkan Rammon Tuhan, agar tak kilaf saat ini, karena tak kuasa melihat kecantikan gadis di sampingnya ini. "Emm....mau ikut dengan Ku? ," Tanya pemuda itu tiba-tiba. "Ha..? Ikut dengan mu? Kemana?," Bingung Melisa. "Nanti kau juga akan tau sendiri, tapi kau harus janji pada ku, rahasiakan semua yang sudah kau ketahui tentang diri ku, bagaimana?," Tawar Rammon, memberi persyaratan. Melisa sedikit berfikir, seperti nya tidak buruk persyaratan itu. Gumamnya. "Baiklah...aku janji akan merahasiakan semua yang ku ketahui mengenai kehidupan mu," tanpa membuang-buang waktu, Rammon segera menyeret lengan Melisa menuju ke mobilnya. "Ram....sebenarnya kita mau kemana?," rengek Melisa di tengah perjalanan. Ia begitu penasaran dengan apa yang ingin pemuda di sampingnya ini sampaikan. "Bertemu dengan Mama ku," sahut Rammon singkat. Maura sedikit ambigu, pasalnya selama ini tak ada yang mengetahui siapa keluarga Rammon, sekalipun itu para sahabat terdekatnya. Dan sekarang ia ingin mempertemukan dirinya dengan orang tuanya. Apakah itu tak aneh? Fikir Melisa bertanya-tanya. Ayolah Melisa peka sedikit, jika Rammon berani membuka jati dirinya padamu, artinya kau adalah orang yang sepesial baginya, atau mungkin ada rasa tersembunyi, di balik perlakuan nya pada mu. Sesampainya di sebuah Mansion, yang bisa di bilang kelewat mewah, bahkan bila di bandingkan dengan Mansion Bramastya sangatlah jauh berkali lipat. Mansion ini terkesan begitu megah. Sudah dapat di prediksi dari tempat tinggalnya, bahwa seorang Rammon bukanlah orang awam biasa. Bohong kalau Melisa tak takjub akan kemewahan Mansion di hadapanya ini. Buktinya ia tak berkedip, memandang gedung yang menjulang tinggi di hadapannya. Jika saja Rammon tak menepuk bahunya. Membuyarkan keterpanaannya. "Hei...ayo masuk," Rammon terkekeh, gemas dengan gadis yang kini bersama nya ini. "Ram... benarkah ini tempat tinggalmu?," Beo Melisa masih tak percaya. "Iya...ayo lah sampai kapan kau akan berdiri di situ? Mau ku gendong?," Goda pemuda itu. "Tidak mau, aku bisa jalan sendiri," cemberut gadis itu, entah sejak kapan ada semburat pink di kedua pipi Melisa. Yang samar-samar terlihat. Andai saja Melisa mau melupakan Allard. Rammon akan bergerak cepat mengambil hati gadis itu. Namun sayang nya hati gadis manis itu seolah terkunci rapat untuk orang lain. Hanya ada satu orang yang menempati hati nya. Seorang yang beruntung sekaligus bodoh. Karena menyia-nyiakan hati suci seorang Melisa Rammon sedikit menarik pergelangan tangan Melisa, mengajaknya untuk masuk kedalam Mansion megahnya. Melisa begitu terkejut, ia masih tak bisa percaya bahwa Rammon berasal dari keluarga konglomerat. Gadis itu terlihat begitu kagum akan ke indahan setiap titik interior Mansion Rammon. Ah! Lebih pantas disebut sebagai istana dari pada sebuah Mansion. Pasalnya Mansion Rammon lebih mewah berkali lipat di banding Mansion yang ia tempati. Terfikir sekelebat pertanyaan di benak gadis itu, mengingat ke topik utama, siapa Rammon sebenarnya?. Pertanyaan yang sedari tadi masih belum terpecahkan. Di tambah lagi melihat banyak nya pelayan yang berada di Mansion itu, membuat Melisa semakin heboh berteriak dalam hati. Baru memasuki ruang utama saja sudah ada puluhan pelayanan wanita yang berjajar rapi seraya menundukan kepalanya, hormat. Seolah sedang menyambut kedatangan seorang raja. Hingga datang seorang pelayan wanita paruh baya menghampiri Rammon dan Melisa berdiri, ah! Lebih tepatnya Rammon saja. Dan Melisa yakin bahwa ia merupakan kepala pelayan di Mansion ini. "Selamat datang Tuan muda, Nyonya besar sudah menunggu kedatangan anda," seru wanita paruh baya itu seraya membungkukkan setengah badannya. Dan di balas anggukan oleh Rammon. Melisa masih linglung, mengerjapkan kedua bola matanya. Masih tak bisa mencerna semua yang ia lihat. Kagum? Jelas itu. "Ayo Mel...kita bertemu dengan Mama ku," Ajak Rammon dengan senyum manisnya. Di salah satu ruangan besar, terlihat sesosok wanita paruh baya, namun terkesan sangat cantik, penuh wibawa. Fashion yang terlihat sangat stylish.   dengan berhiaskan berlian putih menghiasi setiap bagian dari tubuh sintalnya. Wanita itu duduk di sofa mewahnya begitu terlihat anggun, dan sesekali menyesap teh dari cangkir yang bermotif rumit di tangan kanannya. "Ma.....aku pulang," seru sang putra. Melisa sedikit terkejut, pasalnya Rammon yang biasanya terlihat dewasa tiba-tiba berubah terlihat lebih manja. Jika bersama Mama nya. Gadis itu ingin meledakan tawanya, jika saja tak ingin harus jaga image. "Ah....Emoonnn.... akhirnya kau masih ingat dengan Mama mu ini, sayangku," teriak wanita itu sembari merentangkan kedua tanganya untuk memeluk tubuh sang putra. Melisa sempat tercengang melihat kelakuan ibu dan anak tersebut, terkesan tak seperti berasal dari darah biru. Jauh dari kata elegan dan berwibawa, justru mereka lebih terlihat seperti hubungan antar anak dan ibu layaknya orang awam biasa. Dan ia semakin ingin tertawa, mendengar sebutan nama Rammon yang berubah menjadi 'Emoon' sangat menggemaskan. Tunggu, Melisa seperti pernah melihat sosok wanita itu. Begitu familiyar menurutnya, tapi siapa dan dimana ia pernah bertemu? Melisa kembali memutar otak nya untuk mengingat. "Oh....astaga," lirihnya, sembari membekap mulut yang ternganga tak elit, menggunakan kedua telapak tangannya. Ia baru ingat bahwa wanita itu adalah sosok Carla Fatony. Pemilik perusahaan kosmetik terbesar di negara ini. Bahkan tak jarang wanita itu sering terlihat di  berbagai layar TV Internasional. "Siapa yang kau bawa sayang? Astaga... manisnya..," gemas Carla, saat menyadari adanya satu gadis di samping sang putra.  Sambil menguyel kedua pipi gadis tersebut. "Dia temanku Ma.....kenalkan dia Melisa," Rammon mengenalkan sang gadis, sedang Melisa hanya nyengir tak berdosa, menahan nyeri di kedua pipinya. "Kenalkan aku Mama nya Rammon, Carla Fatony," ucap wanita itu, sembari memeluk tubuh kecil Melisa. Entahlah Melisa merasa sangat nyaman dalam pelukan hangat wanita itu. Merasakan dekapan seorang Ibu yang telah lama tiada di sisinya. Tak terasa butiran air mata menetes dari pelupuk mata indah gadis itu. Sudah lama sekali ia tak merasakan hal ini, seakan ia sampai lupa rasanya bagaimana rasa hangat dari pelukan seorang Ibu. "Hei.... sayang, kenapa menangis hm? Apa  Tante menyakitimu?," Tanya Carla merasa bersalah. "Tidak Tan....aku hanya teringat dengan Ibuku," lirihnya. Carla kembali memeluk tubuh bergetar gadis itu. Dan menepuk punggungnya halus, begitu keibuan. Ia tau walau pun Melisa tak memberitahunya. Namun ia sudah menebak bahwa gadis itu sudah tak memiliki seorang Ibu, di lihat dari kesedihan yang terpancar di wajahnya. "Kau rindu Ibu mu hm?," Tanya Carla lembut.  Dan di balas aggukan lemah oleh Melisa. "Kalau begitu, anggap Tante sebagai Ibumu sendiri hm, dan mulai sekarang......panggil Tante dengan sebutan Mama, sama seperti Rammon," pinta Carla dengan senyum manisnya. Melisa terperanjat kaget, mendongakkan wajahnya menghadap wanita tersebut. Ada perasaan senang tersendiri di dalam hatinya. "Ma....Mama," lirihnya, dan tersenyum cerah kemudian. Carla tak kuasa untuk tak mencium pipi gadis manis di hadapannya ini. "Aku terabaikan eoh..," ucap Rammon, memecah keharu biruan dua wanita cantik tersebut. "Ck...sepertinya ada yang sedang cemburu dengan mu, Mel..," cibir Nyonya Carla, sembari terkekeh geli. Dan berakhirlah mereka bertiga mengobrol ria, sejenak Melisa melupakan kesedihannya. Carla sangat bahagia dengan adanya Melisa di Mansion nya. Sudah lama ia menginginkan seorang anak gadis, namun apa daya. Suaminya sudah lama tiada dan ia tak ingin lagi mencari pengganti. Namun sekarang keinginannya untuk mempunyai seorang anak gadis pun tercapai walau bukan anak kandungnya sendiri. Bahkan mereka baru berkenalan beberapa jam yang lalu.  Melisa terlihat begitu nyaman, berada di antara keluarga barunya. Meski Nyonya Carla, sangat ingin bertanya mengenai siapa sebenarnya gadis yang bernama Melisa ini. Dari mana asal nya? Dan siapa keluarga nya. Namun ia urunkan niatan itu. Mungkin belum saatnya, ia menanyakan masalah pribadi gadis tersebut. Setelah sekian lama berbincang, akhirnya Rammon memutuskan untuk kembali mengantar Melisa pulang ke Mansion nya. Tak mungkin kan gadis itu berlama-lama di mansion Fatony,  yang ada nanti ketauan suami kejamnya itu. "Emoon.....nanti kembali kesini ya sayang,  ada yang ingin Mama bicarakan dengan mu," ucap Carla sembari melambaikan tanganya. Rammon hanya mengangguk paham dan tersenyum, seakan mengerti apa yang akan wanita paruh baya itu tanyakan. Menguak tentang siapa sebenarnya pemuda yang bernama Rammon, mengapa dia menyembunyikan jati dirinya? Yang bahkan anggota keluarganya tak di ketahui oleh siapapun. Simple alasannya, ia hanya tak ingin punya teman yang nantinya mendekati dirinya hanya karena mengetahui bahwa dirinya adalah anak orang kaya. Orang kaya? Ya! Rammon adalah anak tunggal dari seorang wanita bernama Carla Fatony, seorang CEO dari perusahaan kecantikan R-Corporation. Dimana perusahaan itu sangat terkenal di segala penjuru dunia. Dan kalian tau keluarga Fatony juga menyandang predikat keluarga terkaya no 1 di dunia. Tak heran jika ada perusahaan yang berhasil bekerja sama dengan perusahaan R-Corp, terbilang sebagai perusahaan paling beruntung, pasalnya perusahaan besar tersebut sangat selektif dalam memilih partner kerja. Ia tidak ingin sembarangan dalam menjalin kerjasama antar perusahaan yang nantinya akan berbuntut merugikan, atau pun berubah jadi parasit di dalam perusahaan besarnya. Sama sekali bukan prinsip perusahaan R-Corp. Di perjalanan menuju kediaman Bramastya. Sebenarnya Rammon sedikit khawatir, ini kali pertama ia mengantarkan Melisa sampai kerumah nya. "Mel... apa kau tak takut nanti ketahuan Allard?," Tanyanya sanksi. Melisa hanya terkekeh renyah, menanggapi ucapan dari pemuda tersebut. "Aku tidak peduli, sudah terlampau biasa bagi ku mendengar kemarahan Allard. Lagi pula, dia tidak akan peduli dengan ku," ucap nya hambar. Rammon hanya mengangguk paham, walau dalam hati nya merasa cemas. "Baiklah.... jika Allard berani menyakiti mu, maka hubungi aku secepatnya. Akan ku bunuh b******n itu," gerutunya. Melisa tersenyum. "Ram... kenapa kau sangat peduli pada ku? Aku hanya teman masa lalu mu, hanya dirimu saja yang masih peduli pada ku, tak seperti yang lain," sendu Melisa. Rammon terdiam, seraya bergumam. Karena aku mencintaimu Mel, jadi apa salahnya jika aku peduli pada mu. Aku ingin menjaga mu, dan melihat mu tersenyum. "Ram....kau tak menjawab pertanyaan ku?," Tanya gadis itu lagi. Rammon terkesiap kaget. "A...ah iyaa,,,,maaf aku terlalu fokus mengemudi," kekeh Rammon, merasa malu karena ketahuan tengah melamun. "Selalu saja begitu," gerutu Melisa, dengan mempoutkan bibirnya lucu. Sekembalinya Rammon dari kediaman Bramastya. Sesuai dengan permintaan sang Mama, ia segera kembali ke mansion Fatony. Dan disinilah Rammon dan Carla berada.  Di ruang santai keluarga Fatony. Rammon hanya memiliki seorang Ibu, ia menjadi anak yatim semenjak berumur 4 tahun. Ayahnya yang bernama Frans Fatony, sudah lama tiada dalam tragedi kecelakaan maut yang terjadi belasan tahun yang lalu. "Sayang....boleh Mama bertanya, mengenai kehidupan Melisa hm?, " tanya Carla, sambil mengusap kepala sang putra yang tertidur di pahanya. "Emm.... apa mengenai asal usul Melisa?," Tebak Rammon seraya menatap wajah cantik sang Mama dari bawah. "iya...bisa kau menjawabnya? Siapa gadis itu?," Lanjut wanita itu, tersenyum simpul. Rammon memejamkan kedua matanya dan mulai bercerita. "Dia gadis yang sangat baik, juga sangat malang," ungkap Rammon sendu. Nyonya Carla tak bodoh untuk tak menyadari perubahan raut wajah sedih anaknya. "Bisa kau ceritakan pada Mama, lebih dalam tentang kehidupannya?," pinta wanita itu antusias. Dan akhirnya Rammon pun menceritakan semua tentang kehidupan Melisa pada sang Mama. Tentang bagaimana kehidupan rumah tangganya, tentang penyiksaan yang di lakukan suaminya, bahkan tentang perselingkuhan yang di lakukan suami Melisa tersebut. Tanpa ada yang tertinggal sedikitpun. Nyonya Carla, tak kuasa menahan isak tangisnya.  Ia iba, merasa terpukul. Gadis sebaik Melisa harus menderita lahir batin dalam usia yang masih terbilang muda. "Aku tak menyangka bahwa kehidupan anak itu semengerikan ini," Isak Nyonya Carla. "Mama benar, dan sayang nya gadis itu terlalu kerasa kepala," sahut Rammon. "Tidak bisakah kabebaskannya? Jika perlu Mama bisa menghancurkan perusahaan keluarga itu dalam sekejap," gerutu wanita itu ikut geram. "Tidak semudah itu Ma....Melisa begitu mencintai suaminya, mungkin tidak untuk sekarang. Suatu hari nanti aku memastikan bahwa Melisa sendiri lah yang akan menghancurkan keluarga lelaki b******n itu," gumam Rammon, begitu yakin. "Mama harap juga begitu, ajarkan gadis itu tentang bagaimana menjadi seorang yang kuat," pintanya. "Pasti akan aku lakukan Ma... hanya tinggal menunggu waktu yang tepat," sahutnya yakin. Dan mulai detik itu juga, mereka berdua memutuskan untuk menjaga dan mengawasi kehidupan Melisa.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN