Danzel menyatukan dahinya dengan dahi Eleanor. Napasnya memburu bersamaan dengan napas Eleanor yang juga tak beraturan. Kemudian Danzel mengusap lembut bibir Eleanor yang membengkak. "Maaf, aku terlalu kasar," bisiknya dengan suara berat.
Sedangkan Eleanor hanya diam dengan wajah yang masih terasa panas.
"Sudah terlalu malam, aku akan mengantarmu pulang sekarang. Kau juga harus beristirahat," tutur Danzel yang kemudian kembali ke posisi duduknya semula. Dan mulai melajukan mobil dengan kecepatan normal.
Setibanya di depan rumah Eleanor, Danzel mencium kening Eleanor dengan penuh kasih sayang sebelum wanita itu keluar dari mobil. "Hubungi aku jika kau membutuhkan sesuatu."
Eleanor mengangguk. Dan bersiap membuka pintu mobil setelah mengucapkan kata 'Terima kasih' kepada Danzel yang telah mengantarnya pulang. Tetapi belum sempet Eleanor mendorong pintu, Danzel tiba-tiba menarik tangan Eleanor dan kembali mencium dan melumat bibir wanita itu dengan liar. Dia juga semakin memperdalam ciumannya dengan memasukan lidah ke dalam mulut Eleanor. Hingga membuat wanita itu kesulitan bernapas karena tindakan Danzel yang mendadak. "Hemp!" Eleanor menepuk-nepuk pundak Danzel agar pria itu menghentikan tindakannya
Danzel yang tersadar segera melepaskan bibirnya. Sedangkan Eleanor langsung menghirup udara sebanyak mungkin. "Apa besok kau bebas? Aku ingin mengajakmu pergi ke apartemenku," tanya Danzel sembari menatap kedua netra Eleanor dalam.
"Besok aku masih harus kerja. Mungkin hari Minggu aku bisa," sahut Eleanor mencoba mengatur napasnya agar kembali stabil.
Danzel mengangguk. "Baiklah, hari Minggu aku akan menjemputmu," pungkasnya mengerti.
"Sekarang masuklah ke dalam, aku tidak akan menahanmu lagi," imbuhnya bergurau.
Eleanor tertawa kecil mendengar gurauan yang Danzel lontarkan. "Hati-hati di jalan," tuturnya lembut setelah turun dari mobil.
Danzel mengangguk sembari tersenyum hangat. Lalu dia melambaikan tangan sebelum akhirnya pergi dari halaman rumah Eleanor.
Setelah Danzel pergi, Eleanor kemudian masuk ke dalam rumah dan langsung membersihkan diri sebelum beristirahat. Ketika dia sudah bersiap untuk tidur, tiba-tiba ada pesan masuk dari Javier.
Javier : Besok pagi datang ke kantorku.
Eleanor tidak membuka pesan itu dan hanya melihatnya dari notifikasi. Dia menggenggam erat ponselnya sembari mengigit jari dengan raut wajah resah. "Aku tidak ingin datang," gumamnya frustasi.
Siang harinya.
Ketika Eleanor tengah menikmati makan siang bersama dengan Oliv di kafetaria, tiba-tiba ada seorang pria besar dengan wajah sangar menghampiri meja mereka berdua.
Eleanor yang melihat pria dengan pakaian serba hitam itu terlihat sangat tertekan dan gelisah. Perasaannya bercampur aduk menjadi satu karena merasakan firasat buruk setiap kali ada seorang pria berseragam hitam yang menemuinya.
"Tuan sudah menunggu Anda di mobil."
Dan benar saja, apa yang ditakutkan Eleanor menjadi kenyataan. Javier benar-benar menemuinya.
Eleanor mengepalkan tangan erat sembari mengontrol ekspresi wajahnya agar tidak membuat Oliv curiga. Meskipun sebenarnya Oliv sudah sejak awal curiga dan penasaran apa yang sebenarnya tengah disembunyikan oleh Eleanor. Kenapa sahabatnya selalu saja didatangi oleh pria berseragam hitam terus menerus?
"Aku akan pergi sebentar," pamit Eleanor sembari beranjak dari kursi.
"Tunggu dulu. Kau ingin pergi ke mana?" tukas Oliv menahan tangan Eleanor seakan keberatan melepas sahabatnya pergi bersama pria besar itu.
"Kau bisa menolaknya jika memang tidak ingin pergi," imbuhnya.
Eleanor terdiam sejenak sebelum akhirnya memaksakan senyumnya. "Tidak ada hal buruk yang akan terjadi padaku, jadi jangan khawatir."
"Kau terlihat tidak meyakinkan," pungkas Oliv tidak percaya dengan ucapan Eleanor.
"Lagipula kita sebentar lagi harus masuk kelas selanjutnya. Dan kau tidak akan memiliki cukup waktu untuk kembali jika sekarang kau tetap pergi," imbuhnya.
"Aku tau. Karena itu, kau masuk kelas lebih dulu saja. Jangan tunggu aku," sahut Eleanor tenang.
"El ...." Oliv menatap Eleanor dengan tatapan cemas.
"Tidak apa-apa, aku akan baik-baik saja," tuturnya tersenyum sembari menyentuh pundak Oliv pelan.
"Aku akan menghubungimu nanti, imbuhnya.
Oliv menatap Eleanor sendu sebelum akhirnya dengan berat hati membiarkan Eleanor pergi. Karena mungkin saja Eleanor memiliki urusan penting yang harus segera dia diselesaikan. Ditambah lagi, Oliv tidak mengetahui hubungan di antara Eleanor dan seorang pria yang disebut 'Tuan' itu. Jadi dia tidak memiliki hak untuk menahan Eleanor pergi dan memaksanya untuk tetap tinggal.
Selama berjalan menuju parkiran, jantung Eleanor berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Bahkan keringat dingin mulai bercucuran di dahinya saat membayangkan apa yang akan Javier lakukan selanjutnya. Tidak bisa dipungkiri jika kehadiran Javier memberikan pengaruh yang luar biasa bagi kondisi kesehatan mental Eleanor yang kini mulai terganggu karena disebabkan oleh tindakan pria itu.
Tatapan Eleanor tertuju ke arah seorang pria yang berada di dalam mobil sport berwarna putih yang tak jauh dari tempatnya saat ini. Pria tersebut juga tengah menatap ke arahnya tanpa memasang raut wajah apa pun.
Eleanor menunduk dan berjalan menghampiri mobil itu. Lalu dia masuk ke dalam dan duduk di samping Javier.
"Pergi ke mansion sekarang," perintah Javier dingin tanpa menoleh ke arah Eleanor.
Eleanor memejamkan mata dalam-dalam sembari mengigit bibir bawahnya keras dan meremas jari-jari tangannya gelisah.
*****
"Ini kan yang kau inginkan?" desis Javier dingin sembari menjambak rambut Eleanor dan terus menghentak-hentakan miliknya dengan kasar dari belakang.
"Aaaaa! Sakit!!" teriak Eleanor menangis histeris karena sudah hampir dua jam lebih Javier menyetubuhinya tanpa melakukan pemanasan. Bahkan pria itu menyiksanya dengan berbagai tamparan dan cambukan yang memberikan jejak di tubuhnya.
"Stop!!" pekiknya kesakitan.
Javier semakin menarik rambut Eleanor kasar hingga ada beberapa helai yang terlepas dari kulit kepala Eleanor. "Sepertinya kau meremehkanku karena akhir-akhir ini aku terlalu baik padamu. Sekarang kau juga semakin berani denganku dan sulit diatur. Wanita pembangkang sepertimu memang seharusnya diberi hukuman agar sadar di mana posisimu!" desis Javier sarkas dengan mata yang berkilat penuh amarah. Dan raut wajah yang berubah merah padam.
Tatapan Eleanor semakin melemah. Seluruh tubuhnya terasa sakit. Bahkan tangannya sudah tidak mampu menahan beban tubuhnya sendiri. Eleanor ingin menyudahi semua itu, tetapi Javier sama sekali tidak memberikan Eleanor kesempatan untuk beristirahat sedetik saja. Pria itu masih tampak haus dan masih belum puas merusak tubuh Eleanor. Bahkan ketika inti Eleanor terluka sampai berdarah, Javier sama sekali tidak peduli dan tetap melampiaskan nafsunya seperti anjing yang kepanasan.
Karena sudah tidak sanggup bertahan lebih lama. Eleanor akhirnya berusaha keras meraih vas bunga yang berada di atas meja, dan melemparkannya tepat di kepala Javier. "Akhh!!"
Ketika Javier tengah kesakitan karena kepalanya terluka cukup parah, Eleanor langsung melepaskan diri dan menggunakan kesempatan itu untuk kabur. Dia bergegas mengambil pakaiannya yang berada di lantai. Dan tak lupa mengambil pistol milik Javier untuk melindungi dirinya. Kemudian dia berlari keluar dari mansion sembari memakai kembali pakaiannya asal.
Tetapi saat tiba di pintu utama, Eleanor dihadang oleh beberapa bodyguard yang berjaga di luar. Namun mereka tidak bisa berkutik karena Eleanor langsung menodongkan pistol ke arah mereka. Sampai akhirnya dia berhasil melarikan diri dan pergi dari mansion Javier dengan tubuh yang penuh luka dan rasa sakit. Meskipun seluruh tubuhnya terasa remuk, tetapi Eleanor tetap memaksakan diri untuk berlari sekuat tenaga agar Javier tidak bisa menyusul dirinya.
Karena sadar tubuhnya sudah tidak mampu untuk berlari lebih jauh, akhirnya Eleanor memutuskan untuk menelepon Danzel dengan tangan yang gemetaran dan dan raut wajah panik karena takut Javier akan segera menangkapnya kembali.
"Tolong ... tolong aku ...."
"Apa yang terjadi? Kau di mana sekarang?!"
Eleanor memberitahu Danzel di mana dia berada. Tetapi dia meminta Danzel untuk menjemputnya di suatu tempat yang jauh dari jangkauan Javier.
Akhirnya sambungan terputus dan Danzel segera pergi menuju tempat yang Eleanor maksud.
TBC.