Sakit Tapi Tak Berdarah

1047 Kata
Alma keluar dari kamar, tangisnya tak terbendung lagi. Dia merasa sedih karena Firman sudah berani membawa selingkuhannya ke ranjang mereka. "Alma...," panggil Sania. "Kenapa kamu menangis?" tanya Sania mendekati Alma. Alma mengusap air matanya, dia tak boleh terlihat lemah di mata Sania. Dia harus tegar menghadapi semua. "Tadi aku lihat ada wanita masuk ke rumah ini. Aku kira dia saudara kamu, tapi pas pulang kok sama Mas Firman dia," kata Sania. Awalnya Alma mengira Firman melakukannya dengan Sania. Tetapi Sania malah bilang ada wanita lain yang datang. "Kamu yakin?" tanya Alma. "Aku kira malah kamu yang datang kemari," sambung Alma. "Ya ampun! Aku memang cinta sama Mas Firman tapi gak sekejam itu loh. Awalnya aku kira Mas Firman benar-benar suka sama aku ternyata setelah melihat kedekatan dia dengan wanita tadi aku mulai ragu," kata Sania. "Mungkin dia hanya mempermainkan aku," sambungnya. Alma hanya diam saja, dia urung untuk mencuci baju karena mengobrol dengan Sania. Sania cerita banyak hal tentang Firman. "Alma, jujur ya aku gak bisa kalau di suruh lupain Mas Firman. Tapi aku tahu batasan antara aku dan Mas Firman," kata Sania. "Kamu jangan khawatir, aku gak akan merebut dia. Justru kamu harus waspada dengan wanita yang tadi datang kemari. Sayang...aku gak sempat memotret mereka tadi," ucap Sania. "Sania, maafkan aku. Aku udah suudzon sama kamu," ucap Alma. Sania memeluk Alma, dia senang Alma mengakui kesalahannya karena telah menuduh Sania. ** Pulang kerja, Firman menaruh baju kotornya di keranjang. Dia melihat bahwa alat kontrasepsi bekas dia pakai masih di tong sampah. "Lihat apa, Mas?" tanya Alma mendekat. "Aku gak tahu ya, tadi pagi aku pulang eh malah lihat itu ada di situ. Entah bekas siapa," ucap Alma. "Kamu bawa pria lain ke kamar kita?" tanya Firman melotot ke arah Alma. Dia juga mencengkeram lengan Alma. "jawab jujur!" sentaknya. Alma tak menyangka Firman malah memutar balikkan fakta. Dia kira dengan membiarkan barang bukti tetap berada di sana akan membuat Firman mengakuinya tapi semua diluar dugaan Alma. "Tidak. Aku tidak pernah membawa pria lain ke kamar ini. Aku menemukan barang itu saat aku pulang mengantar Naomi, dan saat itu kamu masih di rumah. Wanita mana yang kamu masukkan ke kamar kita?" tanya Alma. "Jangan menuduhku! Kamu yang buat kesalahan malah menuduhku," kata Firman menuding wajah Alma. Alma benar-benar kecewa dengan Firman. Sudah jelas itu miliknya tapi tak mau mengaku malah memutar balikkan fakta. "Kalau gak mau ngaku, gak usah memutar balikkan fakta, Mas," kata Alma lalu keluar dari kamar. Sejak saat kejadian itu hubungan Alma dan Firman renggang. Firman selalu memojokkan Sania seakan Sania yang telah merusak rumah tangga mereka. "Udah ketahuan salah gak mau ngaku," kata Firman. "Aku gak pernah melakukan tidihan kamu, jadi untuk apa aku mengaku," ucap Alma. Alma merasakan sakit hati yang teramat dalam saat dituduh selingkuh. Padahal dia tak pernah melakukan hal itu. Siang itu, orang tua Alma datang ke rumah. Mereka merindukan Naomi karena sudah beberapa bulan tak bertemu. "Firman, Alma aku lihat kalian sejak tadi tak pernah berbicara. Apa ada masalah?" tanya Pak Komar-- Bapak Alma. "Aku kecewa dengan Alma, Pak. Dia berani memasukkan pria lain ke kamar kami saat aku bekerja. Yang paling parah dia malah memutar balikkan fakta aku yang melakukannya," jawab Firman. "Tidak, Pak. Alma tidak melakukannya. Alma menemukan alat kontrasepsi bekas pakai di tong sampah setelah Alma pulang dari mengantar Naomi," bela Alma. "Mas Firman yang telah melakukannya dengan wanita lain. Sania sendiri yang melihat ada wanita lain datang ke rumah ini," kata Alma. "Jangan bawa Sania! Dia tidak tahu apa-apa," kata Firman. "Bapak tidak tahu mana yang benar dan salah. Bagaimana kalau kamu bawa Sania ke sini?" tanya Pak Komar. Alma ke rumah Sania, dia membawa Sania ke rumahnya. Dia berharap semua akan berakhir setelah Sania menceritakan semua. "Sania, tolong ceritakan apa yang kamu lihat waktu itu!" pinta Alma. "Sania, apa kamu pernah melihat ada wanita datang ke sini saat Alma tak ada di rumah dan menemui aku?" tanya Firman. Sania menoleh ke arah Alma, lalu kedua orang tua Alma terakhir Firman. "Tidak, aku tidak pernah melihat Mas Firman membawa wanita lain ke rumah," jawab Sania. "Sania, bukannya waktu itu kamu yang cerita kalau ada wanita lain ke rumah ini dan pulangnya sama Mas Firman?" tanya Alma merasa kecewa atas jawaban Sania. "Aku gak pernah bilang seperti itu, Alma. Kamu salah dengar kali," bantah Sania. Harapan Alma pupus sudah. Dia baru sadar kalau ternyata Sania tidak ada dipigaknya melainkan dipihak Firman. "Alma, Bapak kecewa sama kamu. Bapak tidak menyangka kamu tega merusak rumah tangga kamu sendiri," kata Pak Komar. "Maafkan kesalahan Alma, Nak Firman," ucap Pak Komar sedih. Sakit tapi tak berdarah, itu yang saat ini Alma rasakan. Orang tuanya saja tak percaya dengan dirinya. "Aku memaafkan Alam, Pak. Tapi jika satu kali lagi dia buat kesalahan, maka maaf Firman pasrah," kata Firman. "Aku berharap setelah ini Alma mau merubah sikapnya tidak lagi mencurigai aku selingkuh," sambung Firman. Setelah semua bubar, tinggal Alma dan ibunya. Dia berharap ibunya percaya pada dirinya. "Sepertinya ibu gak yakin kamu melakukan itu," kata Bu Nina. "Ibu faham betul bagaimana kamu, Ma," sambungnya. "Terimakasih, Bu. Hanya ibu yang percaya sama Alma. Alma akan buktikan kalau Alma tidak bersalah," ucap Alma memeluk ibunya. "Sabar ya, semoga setelah ini keluarga kalian tidak ada masalah lagi. Kamu harus sabar, jangan terlalu gegabah dan percaya sama orang lain," kata Bu Nina. Sejak saat itu, Alma terus mengalah. Bahkan saat Firman selalu mengungkit bahwa dia selingkuh. "Ngapain kamu dandan rapi? Kan hanya mengantar Naomi sekolah saja. Apa kamu mau caper sama orang tua lain?" tanya Firman. "Maaf, Mas. Nanti aku ganti baju lain," jawab Alma. Alma ganti baju setelah itu mengantar Naomi ke sekolah. Dia hanya mengantar saja setelah itu di tinggal ke pasar. "Tumben, Mbak Alma ke pasar cuma pakai daster," kata penjual langganan Alma. "Lagi Pengan saja, Bu," jawab Alma. "Jangan kucel, Mbak! Nanti suaminya di rebut orang," sahut pembeli lain. Alma hanya menanggapinya dengan senyuman. Dia tidak kucel saja suaminya sudah selingkuh. Sampai di rumah, Alma melihat Ibra di rumahnya. "Ibra, kamu di sini sama siapa?" tanya Alma. "Sama mama," jawab Ibra. Alma langsung saja masuk ke kamar, tapi tak ada siapapun di sana. Alma ke dapur hendak meletakkan belanjaan. Dia mendengar suara Sania di kamar mandi dekat dapur. "Sania...apa itu kamu?" tanya Alma sambil mengetuk pintu kamar mandi. Sunyi tak ada jawaban.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN