LoD_15

1075 Kata
Aku membereskan semua urusan di sekolahan tersebut, lalu bergegas ke sekolahan yang lain. Karena hari ini memang jadwalnya aku keliling. Ke sekolahan kedua tidak ada masalah yang berarti, hanya saja karena yang memegang absensi semua guru di sekolah itu adalah orang baru, maka aku harus ngajarin ulang cara menarik data dari mesin ke excel dan database. Hanya sekitar setengah jam di sana, sampai petugas absensi di sekolah tersebut mengerti dan sudah bisa menarik data, karena sekalian dipraktekkan, aku lalu kembali ke rumah, hampir magrib. Kakak dan Tante Andriane berada di ruang tamu. Sebenarnya aku ingin menceritakan mengenai proyek yang sedang aku tangani ini, tapi urung. Aku gak mau mereka terlibat, jika nanti terjadi masalah di belakangnya, aku akan melepaskan diri dari mereka, aku gak mau mereka dibawa-bawa dalam masalah ini. “Gimana, Dek. Aman?” tanya Tante Andrian ketika aku baru masuk ke dalam rumah, “Aman, Tan. Beres.” Lalu Kakak mendatangiku, “Dek, untuk program yang Kakak bilang itu, kira-kira kapan bisa mulai dirunning? Soalnya Kakak mau mulai promo, nih.” Aku menghitung waktunya, sebenarnya program yang Kakak maksud ini sederhana. Hanya butuh dua sampai tiga hari, “Mungkin tiga hari lagi, Kak. Aku hanya butuh Kakak nanti sebar linknya aja, dari link yang aku buat.” Kakak menghambur ke arahku, “Wah, tiga hari lagi? Asik, makasih, ya, Dek. Berarti Kakak udah bisa promo dari sekarang. Jadi nanti kalo ada produk atau brand yang tertarik kerja sama dengan Kakak, kan, bisa langsung dipromoin.” Aku tersenyum ikut bahagia dengan rencana Kakak. Kami, aku dan Kakak memang sedang putar otak untuk mengusahakan bagaimana caranya agar bisa menghasilkan uang, membantu Tante Andriane. Aku dan Kakak ingin Tante gak usah lagi kerja di gudang yang selama ini sudah Tante lakukan untuk menghidupi dan memenuhi kebutuhan kami semua yang ada di dalam rumah ini. Aku gak mau Tante capek lagi, karena umur Tante juga sebenarnya udah gak muda. Empat puluh dua tahun, Tante masih mau bekerja untuk aku dan Kakak, sementara kami belum bisa menghasilkan uang. “Aku ke dalam dulu, ya. Panas banget, mau mandi, sekalian salat magrib.” Dan kami pun memutuskan untuk masuk ke kamar masing-masing. Setelah masuk kamar, aku langsung menuju ke kamar mandi. Tidak berapa lama terdengar azan magrib yang dibarengin dengan bunyi handphoneku, ada pesan masuk yang aku terima. Aku memilih salat dulu, karena kalo udah buka pesan masuk, biasanya akan buka-buka yang lain, medsos, lalu ke email, lalu balas chat, dan berakhir pada salatku yang tertunda lama. Sekitar sepuluh menit aku menyelesaikan salatku, akhirnya aku bisa merebahkan diri di ranjang, ya, ampun, ini pinggang kok pegel banget rasanya. Sebentar aku memejamkan mata, karena sejak pagi aku di luar, mataku seperti pedih. Tidak berapa lama aku teringat pesan yang tadi, lalu aku meraih handphoneku, membuka beberapa pesan yang masuk, “Ri, ini data-data dari kantor Pak Danar, periksa email lu, ya. Oh iya, uang muka untuk pengerjaan proyek udah ditransfer sama kantor, ya. dicek. Kalo udah masuk atau belum masuk, kabarin gue.” Pesan dari Dati ternyata, aku bergegas memeriksa m-bankingku. Benar saja, saldoku bertambah seratus juta. Aku segera membalas pesan dari Dati, “Udah masuk, Dati, uangnya. Makasih, ya. Ngomong-ngomong mau ditraktir apa, nih?” tidak lama, pesan balasan dari Dati masuk, “Gak usah traktir apa-apa. Gue justru mau berterima kasih sama lu, soalnya gue juga dapet bonusan dari bos.” Aku bahagia membaca pesan Dati, “Wah, sukur, deh. Jadi gue gak perlu keluar uang.” Ucapku dengan emotikon tertawa. Obrolan kami berakhir, aku segera membuka email yang dikirimkan Dati, satu per satu data yang aku dapat, aku coba cek. Jenis produk, merk dagang produk, lalu nomor seri, nomor BPOM, data mall atau tempat yang menjual produk-produk tersebut. Sudah lumayan lengkap, aku hanya tinggal memasukkan data ini ke database. Tapi karena tadi udah janji sama Kakak, bahwa aku akan menyelesaikan proyek yang dia mau dalam waktu tiga hari, maka aku berniat akan mengerjakan proyek tersebut terlebih dahulu sebelum mengerjakan proyek Pak Danar. Maka aku memejamkan mata sebentar, sambil nunggu isya. Setelah salat isya nanti aku akan mulai mengerjakan proyek Kakak. Gak tau udah berapa lama aku tertidur, azan isya juga sepertinya sudah lewat agak jauh. Ketika aku melek, yang terdengar justru suara Tante Andriane, “Ri, udah salat isya apa belum?” aku yang masih setengah sadar hanya menjawab, “Iya, Tan.” Lalu mengucek mata, mengumpulkan nyawa, agar bisa segera ke kamar mandi untuk ambil wudu. Setelah salat, aku langsung menghidupkan laptopku, membuka program untuk membuat link ke database program yang diinginkan oleh Kakak. Aku membuat link sependek mungkin agar ketika dishare bisa mudah dicopas oleh viewer Kakak. Setelah membuat link, lalu memasukkan data apa saja yang harus diisi oleh viewer Kakak, seperti nama, lokasi tempat mereka tinggal, email, dan nomor handphone yang aktif. Setelah memasukkan ke database, aku kemudian menyingkronkan data itu ke web yang nantinya dipakai untuk menyimpan data-data dari viewers Kakak. Aku mengerjakan ini, sampai sekitar jam setengah sebelas malam, “Ri, makan dulu. Ini udah malem banget.” Aku mendengar Tante memanggilku, kok belum tidur itu Tante, karena memang laper juga, akhirnya aku menyimpan semua data dan pekerjaanku tadi, lalu bergegas keluar. Aku masih melihat Tante ada di meja makan, “Kamu ngapain, Ri. Daritadi dipanggilin buat makan, gak keluar-keluar. Tante nungguin di sini, loh.” Aku hanya nyengir, “Ngerjain proyek punya Kakak, Tan. Jadi nanti kalo udah selesai, bisa langsung dipake.” Lalu aku mengambil nasi di mejikom, menyendokkan sayur dan lauk yang ada di meja, “Tante lagi panasin dulu sop ayamnya, tunggu, ya.” aku menganggukkan kepala, “Makasih, ya, Tan.” Sambil melihat handphone yang aku pakai khusus untuk kerja, sepertinya tadi ketika aku sedang fokus di depan laptop, ada pesan atau panggilan yang tidak keangkat sama aku.” Ada nomor Pak Gilang terpampang di sana, aku bertanya-tanya, ada apa, kok Pak Gilang nelepon malem-malem? Karena khawatir ada hal yang penting, akhirnya aku mengirimkan pesan ke nomor Pak Gilang, “Maaf, Pak. Tadi lagi ada yang saya kerjain, jadi teleponnya tidak terangkat, ada apa, ya?” hanya dalam itungan detik, Pak Gilang membalas chatku, “Tadinya saya mau ngajak kamu makan malem, tapi kalo sekarang, udah kemaleman banget, ya. Besok siang aja, deh, ya, kita makan siang bareng.” Aku mengernyitkan dahi ketika membaca pesan barusan, bisa-bisanya, baru kenal udah ngajak makan siang, dalam rangka apa? tapi aku tidak membalas lagi pesan Pak Gilang, karena sop ayam Tante sudah terhidang di depan mata, jadi aku langsung menyantapnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN