Sean Mencari Elena

1362 Kata
Sepanjang perjalanan pulang Elena tidak berhenti menangis karena rasanya hatinya sudah terlalu sakit apalagi bayangan atas apa yang baru saja terjadi membuatnya memukul dadanya agar rasa sesak itu hilang. Tania yang melihat hal itu memutuskan untuk mengosongkan semua jadwal Elena yang tersisa hari itu. Ia tidak tega jika harus menyuruh sahabatnya menyelesaikan pekerjaannya, walau hal ini dinilai tidak profesional tapi apa boleh buat. “Tan, tolong pesankan aku tiket pesawat yang menuju ke Surabaya sekarang karena sepertinya untuk beberapa hari ke depan aku ingin tinggal bersama dengan mama, aku ingin menenangkan hati dan pikiranku sejenak.” Akhirnya Elena membuka mulutnya ketika mereka hampir sampai di rumah. Menurut Elena, memang di saat seperti ini hal yang baik adalah berada dekat dengan mama serta menjauh dari Sean. “Oke tapi apa mau aku temani?” Tania langsung menuruti perintah dari sahabatnya walau setelah ini dirinya akan di hadapkan oleh beberapa keluhan mengenai sang artis yang bertindak tidak profesional atau mungkin ia akan terpaksa berbohong dan mengatakan Elena sedang sakit. “Enggak usah, kamu urus semua yang ada di sini atau selama aku di Surabaya kamu boleh libur bekerja dulu,” jawab Elena. Setelah mobil berhenti tepat di pintu utama rumahnya, Elena langsung keluar dan berjalan masuk ke dalam menuju kamarnya. Ia memutuskan untuk membawa pakaian serta beberapa keperluan miliknya. Wanita itu terlihat acuh dan dingin ketika melewati beberapa pelayan yang sedang membersihkan rumah. Tania sendiri meminta supir untuk menunggunya sebentar dengan tangannya yang terampil langsung memesankan tiket untuk sahabatnya. “Aku jadi semakin takut untuk menikah jika memang dihadapkan dengan permasalahan pelik seperti ini, ya walau memang tujuan menikah itu untuk menghasilkan seorang keturunan,” monolog Tania dengan suaranya yang terdengar lirih. Sejak awal memang Tania sudah khawatir dengan Elena yang mengambil keputusan terlalu cepat apalagi soal menikah. Tapi ia juga tidak bisa menyalahkan sang sahabat karena yang ia tahu saat itu posisi Elena juga terbilang sulit. Selama ini Tania juga mengikuti apa yang diperintahkan Elena saja walau pernikahan ini dilakukan sah secara agama dan juga negara tapi ia merasa miris serta lucu dengan publik yang dibohongi dengan keromantisan yang ditunjukkan Sean dan juga Elena selama mereka menikah. “Kira-kira berapa lama kamu akan berada di Surabaya, El?” tanya Tania. Wanita itu bisa melihat begitu terburu-burunya Elena dalam menyiapkan barang bawaannya. Tapi Tania juga ingin tahu agar ia bisa berjaga-jaga jika saja ada yang bertanya tentang Elena. “Aku belum tahu sampai kapan karena aku enggak punya rencana selama di sana jadi bisa lama atau juga cepet tapi untuk berjaga-jaga kamu kosongkan saja jadwalku selama seminggu.” Elena memang tidak tahu tapi yang jelas ia juga tidak ingin merepotkan sahabatnya yang sudah suka rela selalu mau membantunya. Wanita itu menarik resleting dari sudut lain ke sudut yang lainnya juga agar kopernya tertutup dengan sempurna. Penampilan Elena juga terlihat begitu sederhana dengan jaket berwarna hitam serta kaus lengan pendek berwarna putih. Tak lupa wanita itu menggunakan kacamata serta masker yang akan menutup setengah wajahnya. Ini pertama kalinya sejak ia menjadi seorang artis untuk berpergian sendirian karena biasanya ia akan didampingin para penjaga yang 24 jam ada di sisinya untuk menjaga keamanannya. Tapi kali ini bisa saja ia merasa bebas kembali karena wanita itu pergi secara mendadak. “Tapi kalau aku kangen boleh kan nyusul ke Surabaya, El?” tanya Tania dengan nada bicara yang terdengar sangat manja. “Ya ampun Tan, aku pergi cuma sebentar kok jadi jangan berlebihan deh.” “Ya kalau sebentar kan tadi kamu bilang bisa aja lama atau sebentar,” ejek Tania. Sebenarnya Tania tidak bermaksud dengan benar-benar mengejek tapi itu hanya bagian dari dirinya yang ingin berusaha menghibur sahabatnya walau terdengar absurd. Elena mendekat ke arah sahabatnya lalu memegang kedua lengannya. “Doain aku ya Tan semoga segera menemukan solusi yang baik untuk masalahku kali ini.” Suasana tiba-tiba saja berubah menjadi sedikit serius hingga Tania tidak lagi berani menimpali obrolan mereka dengan sebuah gurau seperti tadi. Ia hanya berharap setelah pulang dari rumah orang tua Elena sudah kembali ceria seperti biasanya. “Iya El, semoga masalah kamu segera menemukan titik terang dari persoalan kalian ya tapi saran aku setelah kamu sampai di sana jangan lupa kabari aku dan lebih baik menjauh dari dulu dari semua media sosial termasuk televisi.” “Pasti aku akan langsung kabari kamu setelah sampai di sana.” *** Pukul sembilan Sean membuka mata lalu meringis karena kepalanya terasa sangat pusing akibat semalam pria itu pulang dalam keadaan sangat mabuk. Pria itu merasa sangat bingung sehingga tanpa sadar berada di tempat yang memang sudah lama tidak ia datangi yaitu sebuah club malam. “Astaga, harusnya aku tidak minum terlalu banyak semalam,” keluhnya sambil memegangi kepalanya. Ia menoleh ke sebelah tempat tidurnya yang ternyata sudah kosong dengan matanya yang mencari keberadaan Elena yang mungkin saja masih berada di kamar tapi rasanya nihil. “Apa wanita itu tidak peduli sama sekali denganku yang pulang dalam keadaan mabuk?” desis Sean seraya bangkit lalu berjalan menuju kamar mandi walau beberapa kali tubuhnya hampir saja ambruk ke atas lantai. Sampai saat ini pria itu belum tahu kalau sebenarnya istrinya tidak berada di rumah sejak kemarin sore karena memang tidak ada yang memberitahukan tentang hal itu. Sean sendiri sampai di rumahnya saat tengah malam di mana semua pelayan sudah tidur. “Apa kau benar-benar sangat marah kepadaku sehingga kau tidak peduli dengan apa yang sudah aku lakukan?” Padahal ketika kesadaran Sean masih berada di bawah ambang batas, ia sangat berharap kalau Elena akan mencarinya karena belum pulang sampai larut malam tapi sangatnya hal itu tidak terjadi. Sean merasa dirinya benar-benar sudah diacuhkan oleh Elena yang marah atas ambisinya selama ini. “Apakah tadi istri saya sudah sarapan? Dan jam berapa dia pergi?” tanya Sean kepada salah satu pelayan yang sedang melayaninya ketika sedang makan di meja makan seorang sendiri. Biasanya pria itu akan beradu acting bersama Elena di depan para pelayan tapi hari ini ia merasa ada yang kosong, hilang, dan terasa hampa. “Ibu Elena kemarin sore sudah pergi meninggalkan rumah dengan membawa kopernya, Pak.” Sean yang mendengar hal itu tentu saja terkejut karena kepergian Elena yang secara tiba-tiba. Pria itu juga sempat berpikir kalau Elena benar-benar ingin menceraikan dirinya setelah pertengkaran kemarin. “Pergi? Tapi sama siapa?” “Ibu Elena pergi bersama Ibu Tania.” Rasa khawatir Sean perlahan berkurang setelah mendengar Elena yang pergi bersama Tania yang mungkin saja memang sengaja menghindarinya dengan menginap ke apartemen milik sahabat istrinya tersebut. Tapi siang ini Pria itu berniat ingin menjemputnya di apartemen sahabat istrinya tersebut. “Baiklah, kau boleh pergi sekarang,” titah Sean. Pria itu mengambil ponselnya untuk berusaha menghubungi Elena tapi sayanganya nomornya berada di luar jangkauan sehingga ia beralih untuk menghubungi Tania. “Halo Tania, maaf sudah mengganggumu tapi bisakah siang ini aku menjemput Elena di apartemenmu?” tanya Sean ketika panggilan telepon mereka sudah terhubung. “Elena tidak bersamaku, Sean.” Jujur saja suara Tania saat ini terdengar begitu ketus serta sangat dingin hingga menusuk ke hati pria itu. Sean sendiri tidak langsung percaya dengan jawabannya karena mungkin saja istrinya sudah menyuruh Tania berbohong kepadanya. “Baiklah jika kau masih ingin berbohong tapi yang jelas setelah ini aku akan pergi ke apartemenmu untuk menjemputnya ja—“ “Selain gila kau memang sangat keras kepala,” potong Tania yang sebenarnya sangat malas meladeni panggilan telepon dari pria itu. “Terserah kau ingin menilaiku seperti apa tapi yang aku inginkan saat ini adalah Elena bukan yang lainnya jadi jangan halangi aku untuk bertemu apalagi menjemputnya nanti,” balas Sean yang terbawa emosi saat bicara dengan Tania. “Silahkan saja kau datang ke sini tapi aku akan pastikan kalau kau tidak akan bertemu dengannya karena ia sudah sangat muak dengan semua sikapmu, Sean.” Panggilan itu pun berakhir dengan sikap Tania yang tidak kalah keras dengan yang dilakukan Sean. Pria itu mengepalkan tangannya karena merasa sangat kesal. Padahal niatnya hari ini ia ingin memperbaiki kembali hubungannya bersama Elena tapi menurutnya Tania benar-benar sangat menjengkelkan. Sean menenggak minuman miliknya hingga tandas, ia tidak akan menunggu sampai siang hanya untuk menjemput istrinya. Ia meminta supir untuk memanaskan mobil sebelum pergi setelah itu Sean kembali memasuki kamarnya untuk mengambil dompet serta jaket miliknya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN