Rencana

1257 Kata
 Sesampainya aku di mobil Rendra, ku hempaskan tas yang aku pakai ke kursi penumpang. "Jalan yang." Perintahku pada Rendra dia pun menuruti apa yang aku katakan. "Bertengkar lagi?" Tanyanya setelah beberapa saat terdiam dan melihat emosiku sudah terkendali. Aku pun hanya mengangguk mengiakan. "Kenapa tadi aku telpon handphone kamu nggak aktif yang?" Kembali ia bersuara yang membuatku menoleh dan menghela napas berat. "Itulah masalahnya." Jawabku. "Maksudnya?" Aku membenarkan posisi dudukku. Aku pun menceritakan kejadian tadi pagi sampai aku berada disini. "Jadi beneran dia ngambil handphone kamu yang?"  "Iya emang sialan itu perempuan, liat aja aku bakalan bikin hidup dia nggak bakalan betah di rumah." Mendengar itu Rendra hanya diam sampai mobil yang ia bawa terparkir mulus di parkiran sekolah. "Yang dah sampai!" Serunya dengan penuh perhatian Rendra membuka seatbelt ku, tatapan kami bertemu, satu kecupan di bibir mendarat mulus. Dia hanya tersenyum. "Jangan marah lagi ya, jelek tau." Aku memukul bahunya manja, dia hanya tertawa dan membuka pintu mobil. Dia berlari ke arahku dan membuka pintu. "Silahkan sinderalla ku." Ucapnya aku hanya tersenyum. Ini bukan kali pertama dia memperlakukanku seperti ini. Inilah yang membuatku semakin sayang padanya. Langkah kami membawa kami ke gudang belakang sekolah, seperempat jam lagi kami masuk, dan kami menyempatkan waktu berkumpul sebentar. Di sudut gudang sudah ada Restu dan Lola yang sudah terlihat berantakan. Sementara di bagian tengah bekas kursi yang rusak duduk Bagas dan Neni yang asik ciuman. Mendengar suara pintu terbuka mereka mengakhirinya. Aku masih saja memasang wajah lesu. Meski sedari tadi Rendra menghiburku namun tetap saja rasa kesalku belum bisa aku lupakan. Mereka mendekat. "Lho kenapa sih Vin? Kayaknya muka lo nggak pernah cerah deh, ya kalo nggak kusut kayak gitu pasti ngomel-ngomel nggak jelas!" Sahut Lola yang masih merapikan diri. "Iya tuh. Kenapa lagi sih say?" Tanya Neni yang di rangkul Bagas. "Mendingan nih lho ceritain aja ma kita, siapa tau kita bisa bantu."  Aku hanya menghela napas. "Hp gue di sita."  "Whats." Ucap mereka serempak. "Yang bener aja, nyokap lo segitunya." "Wah ini nggak bener." Lola hanya geleng-geleng kepala seakan nggak percaya dengan ucapanku. "Tuh cewek mau lo apain Vin, biar kita bantu beresin." Ucap Bagas,  Neni memukul pundak Bagas. "Jangam main kriminal, aku nggak mau punya pacar narapidana."  "Yaelah yang, yah kita kerjainnya dengan cara yang modern, kalo di kerjain pake cara kriminal lah gue juga ogah yang, belum sanggup pisah dan jauh dari kamu." Rayunya. "Alesan."  "Tapi serius nih Vin, nyokap  tiri lo segitunya ya! Sampe hp aja di sita." Heran itulah yang tergambar dalam wajah Restu. "Gini aja gue punya ide,"  Suara Lola membuat kami kompak melihatnya. "Apa yang?" Tanya Restu.  Tingggg Tinggggg Tingggg Suara lonceng membuat kami mengurungkan niat mendegar ide dari Lola. "Nanti jam istirahat ke dua kita ngumpul disini lagi." Perintah Restu. "Sip deh.." Neni mengacungkan jempolnya mantap  "Ok, gue mah ok aja, yang penting bebeb gue tetep hadir." Ucap Bagas. "Lo mah maunya asyik-asyikan mulu."  Rendra buka suara. "Kayak lo nggak aja Ndra?" Bantah Bagas nggak terima. Beberapa ucapan saling meledek pun terlontar dari mereka seraya kami berjalan menuju kelas masing-masing.    *****     Empat jam tanpa  henti, dengan alat tulis dan menguras otak membuat aku sedikit lelah. Mungkin saja karena tadi pagi juga aku nggak sarapan. Tambah lagi pertengakaran tadi pagi. Astaga kapan penderitaan ku akan usai tuhan.  "Baiklah semuanya,  jadi tolong kalian jawab soal di halam seratus empat tiga, pilihan ganda dan juga isian kalian salin di kertas polio dua lembar,  lusa, saya akan periksa semuanya. Ingat, tak ada toleransi bagi yang tidak mengumpulkan, dan minggu  kita akan adakan les tambahan." Ocehan sekaligus peringatan dari guru kimia membuatku tambah pusing saja. Akhirnya yang aku tunggu berbunyi. Guru di depanku telah enyah sejak dua menit lalu, namun aku enggan beranjak dari dudukku. "Kamu kenapa Vin?" Tanya Vety teman sebangku ku.  "Muka lo pucet banget sakit ya?" Kembali ia bersuara, nwmun aku sudah tak kuat untuk menjawab. Alu anter ke UKS ya." Sarannya. "Gue nggak papa kok, cuman tadi lupa sarapan ma banyam pikiran doang." Akuku.   Tak berselang lama ke empat sahabatku datang bersama Rendra yang memimpin. Melihatku pucat dan tidur berbantal kedua tangan mereka segera menghampiriku. "Lho sakit Vin?" Tanya Neni penuh khawatiran. "Ke UKS yuk yang!" Usul Rendra yang sudah membawaku kepelukannya. "Badan kamu nggak panas yang." Ucapnya kembali. "Aku cuman lupa sarapan sama banyak pikiran."  "Itu gara-gara perempuan sialan itu." Geram Lola.  "Ya udah kita ke kantin aja ya." Usul Restu.  Vety telah lenyap sejak melihat kehadiran mereka.  Rendra pun memapah ku berjalan dengan pelan ke kantin.       Sesampainya disana Bagas dengan cepat memesan makanan, hanya sepuluh menit makanan kami datang. Dengan penuh kasih sayang Rendra menyuapiku, beberapa pasang mata melihat apa yang kami lakukan.  Kami sudah terbiasa jadi aku nggk perduli sama sekali. Kami isi kegiatan makan kami dengan obrolan ringan.         "Ehh cepetan makan dong, gue penasaran soal ide lo yang tadi La." Ujar Neni. "Ho'oh, bener itu." Timpal Bagas."  "Alah alesan aja lo Gas, bilang aj lo mau wikwik." Ujar Restu tanpa rem. "Mulut lo kayaknya petlu du sekolahin dulu bro, kalo ngomong nggak liat tempat dan waktu."  "Iya tuh, kebiasaan deh, kayak dia nggak aja." Sambung Neni nggak terima. "Ya udah mendingan sekarang kita udahin nih makan biar cepet ke tongkrongan, sebelum bel bunyi  lagi." Ucap Rendra yang masih setia menyuapiku. "Iya elah, bel aja lo takutin, tanang aja entar gue sabotase tuh bel, biar nggak bunyi lagi." Ujar Restu. "Gaya lo kayak berani aja ma pak Ahmad, di pelototin aja lo nunduk." Ujar Rendra. "Lho mah suka gitu." Muka memelas Restu membuat kami tertawa. ***** Kini kami sudah berada di gudang tempat biasa.  "Gimana soal ide lo yang tadi La?" Tanya Bagas.  "Sebelumnya nih, gue mau tanya dulu ma lo Vin, gimana sikap dan sikap nyokap baru lo."  "Pokoknya nih, dia nyebelin, suka ngatur dan sekrang dia mulai ngebatasin semua hal tentang gue, yang lebih parah dia udah mulai memberontak dan ngelunjak, yah salah satunya sekarang dia udah berani nyita  hp gue."  "Dasar cewek nggak tau di untung, di kasih hati mau jantung." Geram Neni.  "Gini, menurut artikel yang gue baca, lo nggak perlu ngomel-ngomel ma dia, kita lakuian apa yang bisa membuat dia mundur dengan sendirinya." Aku bingung apa maksud perkataan Lola, dan mungkin bukan hanya aku saja, hampir semua yang ada disini bingung. Sampai Rendra buka suara. "Maksud lo gimana sih La, gue kok jadi gagal pahan."  "Sama nih, otak gue ya kok muter-muter nggak jelas sama omongan lo." Ujar Restu. "Oon lo kedangakalan Res." Sambung Bagas. "Emang lo ngerti?" "Dikit."  "Yahh, sama aja peak." "Udalah, sini gue jelasin."      Kami pun mendekat membentuk lingkaran, mendengar dengan seksama rencana yang kami buat. Aku cukup setuju dengan rencana Lola, Bagas paling antusias dan tentu saja Rendra yang paling di untungkan.     Setelah semua siap, kami melakukan sesuatu untuk memulai.  "Nah Vin, sebagai awal rencana, mendingan kita jalan abis balik dari sekolah, mau nggak? Tapi lo yang teraktir gimana?" Aku hanya tersenyum. "Siap deh."  "Tapi keadaan kamu yang?" Ada nada khawatir dari Rendra. Aku mencoba menenangkan. "Nggak papa yang, tadi cuman lupa sarapan doang, tambah tugas lagi belum kelar." "Tugas apaan Vin?" Tanya Neni antusias.  "Soal kimia."  "Wahhh ide bagus tuh, bisa jadi alasan kuat buat kita lakukan rencana pertama." Ujar Neni. Aku sedikit berpikir memahami apa yang Neni katakan. Setelah aku temukan jawabannya aku pun bahagia bukan main. "Yahh bener banget, gue setuju, gimana kalo besok malem?" Tanyaku.  "Setuju." Jawab kami kompak. Akhirnya kami pun kembali ke kelas, menunggu jam pulang. Pikiranku sedikit lebih baik sekarang. Dan tubuhku sudah lumayan sehat, apalagi ada setitik harapan untuk mendepak wanita itu dari rumah membuatku bersemangat. "Liat tanggal mainnya Nova." Lirihku. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN