BAB 2: PULANG

1414 Kata
SELAMAT MEMBACA *** Kama turun dari taksi yang membawanya dari bandara. Memandangi bangunan kos miliknya yang bertuliskan "Kos Anthracite" di depannya. Kalau kalian tau Anthracite atau dalam bahasa Indonesia di sebut antrasit merupakan sebuah kelas batubara dengan kualitas terbaik. Kenapa dia menamai kos-kosan miliknya seperti itu, sebenarnya dia tidak memiliki alasan khusus. Kos-kosan miliknya di bangun setelah dia terjun kedunia kerja. Pekerjaan pertamanya dulu adalah seorang geost bagian eksplorasi batubara. Jadi saat membangun kos-kosan pertamanya dulu, tiba-tiba saja Kama kepikiran dengan nama kelas batubara kualitas terbaik. Dan akhirnya saat dia membangun kos-kosnya yang lain dia menamai dengan mana yang sama. "Pak Kama? Kok datang tiba-tiba?" Ucap Bu Marni langsung meletakkan sapunya saat melihat majikannya datang. Dia langsung membantu Kama membawa barang-barangnya dan masuk kedalam rumah. "Sudah Bu, taruh situ saja." Ucap Kama sambil menunjuk ujung ruangan. Setelah itu Bu Marni langsung pergi kedapur untuk membuatkan minum. Pasti pemilik kosnya itu merasa lelah karena dari perjalanan jauh. "Di minum Pak," Bu Marni meletakkan segelas minuman dan beberapa toples camilan. "Terimakasih Bu. Gimana kos-kosan selama saya tidak datang. Lama ya sepertinya saya tidak kesini, sampai lupa kapan terakhir kesini." Ucap Kama menanyakan kondisi kos-kosan miliknya yang sudah lama tidak dia kunjungi. "Alhamdulillah aman Pak, semua lancar. Kamar mandi yang bulan lalu rusak juga sudah selesai di perbaiki semua." Bu Marni langsung melaporkan apapun yang berkaitan dengan kondisi kos yang dia jaga. Bahkan hal kecilpun selalu dia laporkan, termasuk para penghuni kos yang kadang suka nunggak bayar kos atau ada yang mambawa teman laki-laki masuk kekamar kos semua di laporkan pada Kama tanpa terkecuali. "Itu yang suka nunggak apa masih ada disini, siapa namanya?" Tanya Kama lagi. Sekitar setahun ini ada satu penghuni kosnya yang suka sekali nunggak bayar kos. "Kila Pak, Mbak Kila masih ngekos di sini." Jawab Bu Marni. Kama hanya mengangguk faham. Dia lalu berdiri dari duduknya dan melihat bangunan di sebelah rumahnya. Bangunan dua lantai dengan banyak pintu disana. Rumah yang saat ini dia tempati berada persis di sebelah kos-kosan miliknya. Masih satu pekarangan. Jadi penjaga kos bisa dengan leluasa mengontrol siapa saja yang datang ke kos miliknya. "Ada yang aneh-aneh lagi tidak?" Tanya Kama lagi. Ingatannya kembali pada kejadian sekitar empat bulan yang lalu saat salah seorang penghuni kosnya ada yang kedapatan membawa teman laki-lakinya menginap. Setelah mendapat laporan tersebut. Kama langsung mengusirnya dan mengembalilan uang sewa yang baru di bayarkan. Lebih baik mengembalikan uangnya dari pada dia berurusan dengan penghuni yang sudah melanggar aturan. Kama benar-benar tidak akan memberi toleransi pada penghuni kos yang kedapatan membawa teman lawan jenisnya menginap. "Tidak ada Pak. Penghuni yang sekarang baik-baik anaknya. Kebanyakan mahasiswa. Cuma beberapa yang karyawan. Mereka juga jarang di kos karena sibuk. Setiap malam saya kontrol kalau-kalau ada yang bawa teman menginap lagi. Sejauh ini masih aman." Kama mengangguk faham. “Kamar penuh Bu?” tanya Kama lagi. Karena ketika di perhatikan semua kamar tertutup dengan rapat. “Penuh Pak, nomor 4 sama nomor 8 yang kosong itu sudah ada yang menempati sekarang. Jadi penuh,” ucap Bu Marni lagi. “Syukurlah kalau begitu.” "Pak Kama nanti mau menginap disini?" Tanya Bu Marni lagi karena jarang sekali pemilik kosnya itu menginap disana. Dia lebih sering menginap di kos miliknya yang lain. Yang merupakan kos putra. Jaraknya lumayan jauh dari sana namun masih dalam kota yang sama. "Iya Bu, tolong bereskan kamar saya ya." Jawab Kama lagi. Kali ini dia memang memutuskan untuk tinggal disana. Kosnya ini memang termasuk jarang dia kunjungi karena termasuk yang jarang terjadi masalah jadi masih bisa di pantau dari jauh. Berbeda dengan kosnya yang satunya, masih di daerah Jogja Juga tapi bedanya disana kos putra. Sering sekali terjadi masalah entah itu penghuninya yang ketahuan membawa minuman keras atau terjadi perkelahian antar penghuni kamar. Kama sampai pusing karena seringnya terjadi masalah. Untungnya kos miliknya yang merupakan kos putra hanya ada satu. Sedangkan yang lain, adalah kos putri yang lebih mudah di atur. "Yasudah kalau begitu, saya bereskan kamarnya dulu ya Pak." Bu Marni langsung pamit untuk membereskan kamar yang akan di tempati majikannya selama di sana. Kama memang memiliki kamar disana, namun karena jarang datang bahkan hampir tidak pernah menginap disana jadi kamar itu sedikit kotor dan perlu waktu untuk membereskannya. *** Malam harinya Kama yang baru selesai makan malam memilih duduk di teras depan sambil menikmati kopi dan sebatang rokoknya. Sekalian menghirup udara malam. Sambil memperhatikan lalu-lalang kendaraan yang lewat didepan rumahnya. Tiba-tiba ponsel miliknya yang ada di atas meja bergetar, melihat siapa yang memanggilnya Kama langsung mengangkatnya. “Assalamu’alaikum Bu,” salam Kama pada si penelpon yang tak lain ada ibu kandungnya sendiri yang ada di kampung. Kama memang bukan asli Jogja, dia berasal dari Wonogiri Jawa Tengah. Awalya Kama pergi ke Jogja dengan tujuan kuliah. Namun akhirnya dia memilih membuka usahanya di Jogja dan sekarang sering menghabiskan waktunya di Jogja ketika cuti ketimbang pulang ke Wonogiri. "Waalaikumsalam. Kamu kok tidak pulang dulu Le?" tanya Sri ibunya Kama. "Sebentar Bu, masih di kos. Nanti seminggu lagi pulang." Jawab Kama pada ibunya. "Betulan ya, kamu ini kalau cuti kebiasaan tidak pulang dulu selalu ke Jogja terus.” Kama terkekeh mendengar omelan ibunya. “Sing penting kan transferannya lancar to Bu,” jawab Kama dengan kekehan pelannya. Sri pun ikut tertawa dari seberang sana. “Ehh Le, anak ragil e Bude Wati yang jadi guru di Jakarta itu sekarang sudah pulang lo. Dia ngajar di rumah." "Yo ndak papa to Bu, mungkin mau sekalian menjaga ibunya. Kan Bude Wati juga sudah sepuh." "Ibu kenalin mau ndak. Cantik anak e terus manis lagi," ucap Sri dengan semangatnya. "Halah Bu, nanti kaya yang sudah-sudah. Memangnya dia mau sama Kama. Berapa usianya?" "Makanya di coba dulu. Mana tau mau atau tidaknya kalau tidak di coba. Berapa yo Le, kaya e seumuran sama Sari wong dulu sekolahnya bareng. Berarti sekitar 23 atau 24 an lah.” Jawab Sri lagi. Kama langsung mendengus dengan kesal. Sudah alamat gagal jika seumuran itu. “Yang terakhir Ibu kenalkan sama Kama itu, anaknya juragan lele itu saja 27 tahun. Dia bilang Kama terlalu tua buat dia. Apalagi yang ini to Bu, wes jelas tidak mau anaknya.” “Ehhh jangan mendahului takdir, di coba dulu to le. Mau ya?” “Yasudah terserah Ibu saja, atur bagaimana baiknya.” “Iya tapi kamu pulang, bagaimana mau ketemu perempuannya kalau kamunya saja tidak pulang.” “Nggih Ibu,” jawab Kama lagi dengan sabarnya. *** Kila melirik jam di dinding sudah hampir jam 12 malam, berarti jam kerjanya akan selesai sebentar lagi. “Sudah Mbak Kila, pulang saja. Sudah mau habis kan jam kerjanya, nanti itu biar di bereskan sama yang lain.” Ucap seorang perempuan paruh baya. Bu Tatik namanya, istri dari pemilik angkringan tempat Kila bekerja malam. “Ooo nggih Bu, kalau begitu saya pamit dulu ya Bu.” Ucap Kila saat menghampiri Bu Tatik. “Iya-iya, sudah sana pulang terus istirahat.” Setelahnya Kila benar-benar pulang. Tubuhnya sangat lelah bahkan matanya pun mengantuk. Sebelum pulang, Kila menyempatkan untuk beli nasi goreng untuk makan malamnya. Hampir jam 12 malam tapi dia belum makan malam. Pantas saja perutnya terasa perih. Setelah mendapatkan sebungkus nasi goreng, Kila berjalan dengan riang menuju kosnya. Kila jalan kaki sampai di kos, karena memang jarak tempat kerjanya dengan kosnya tidak terlalu jauh. Dari pada membuang-buang uang untuk membayar ojek lebih baik jalan kaki saja. Sampai di kos, suasana kos sudah sepi. Mungkin penghuninya sudah istirahat karena waktu yang sangat larut. Kila membuka pintu gerbang dengan kunci yang dia bawa. Membukanya dengan perlahan karena tidak mau mengganggu penghuni kos yang lainnya. Setelah masuk, Kila tidak lupa mengunci kembali gerbangnya. “Baru pulang Mbak?” Kila merasa terkejut mendengar suara orang bertanya. Saat di toleh ternyata ada seorang laki-laki yang tengah duduk di teras rumah penjaga kosnya. Batin Kila bertanya, siapa laki-laki itu kenapa dia tidak pernah melihatnya. Apa mungkin saudaranya Bu Marni. “Iya Pak,” jawab Kila dengan sopan. “Lembur atau bagaimana, kok larut sekali pulangnya?” tanyanya lagi. Kila langsung menggeleng. “Memang jam segini pulangnya Pak. Yasudah saya masuk dulu, mau bersih-bersih.” Pamit Kila dengan sopan. Tidak mau memperpanjang durasi berbasa-basinya. “Ya silahkan,” jawab laki-laki yang tak lain adalah Kama itu. Setelah itu Kila pun tersenyum sebentar pada Kama dan membuka pintu kamarnya. Kebetulan Kamar Kila ada di lantai satu paling ujung dekat dengan gerbang jadi tidak terlalu jauh jaraknya dari gerbang menuju kamar. “Kerja apa jam segini baru pulang?” Guman Kama lirih sambil memperhatikan pintu kamar Kila yang sudah di tutup. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN