CN-06

1090 Kata
Quizer menutup mulutnya yang sembarang menguap. Dia tidak tidur, tidak bisa tidur sejak mendengar ucapan Natsumi. Baru pukul lima pagi dia kembali menguap dan pergi tidur, tetapi gadis satu itu malah membangunkannya pada pukul tujuh. Terlalu pagi. Bahkan para wanita di rumah ini sedang menyiapkan makanan. Quizer lalu menyembunyikan wajahnya di dalam lipatan tangan. Tidur sebentar tidak akan masalah. Lagi pula, dia tidak mungkin langsung pergi bersekolah hari ini. Dia tidak akan paham pelajaran karena tidak menguasai Bahasa Jepang. Selain itu, dia belum sempat mengurus berkas-berkas Kepindahan sekolahnya. Meski sebenarnya pamannya sudah melakukan itu. Tampaknya mereka benar-benar ingin membuangku, pikir Quizer yang kembali tenggelam dalam pikirannya. Dia lalu mengintip di balik lipatan tangan. Natsumi baru saja meletakkan sebuah nasi dengan telur dadar di sana. Kenapa tidak telur mata sapi saja? Quizer agak pemilih, tetapi untuk saat ini dia malas protes. “O genki desuka. [Apa kamu baik-baik saja?] Sepertinya kamu terlihat sangat lesu dan tidak memiliki tenaga, maka dari itu aku bertanya kondisimu,” ucap Natsumi sambil menyodorkan semangkok nasi dengan sendok. “Hm. Aku baik-baik saja, hanya agak pusing karena kurang tidur. Tidak perlu sepeduli itu padaku,” balas Quizer yang lalu menutup wajahnya lagi. Tidak lama Quizer dapat merasakan belaian lembut pada kepalanya. Ini pernah dia rasakan saat kecil. Bagaimana ibunya selalu melakukan ini ketika dia cemas. Quizer merindukan sosok itu. Namun, dia marah karena semuanya membuangnya dan tidak ada yang bisa dia akukan selain melarikan diri. “Kamu pasti sangat lelah. Kalau begitu lain kali saja kita pergi ke sekolah. Sebaiknya kamu pergi beristirahat agar siang nanti Bibi dapat membawamu ke tempat les privat belajar bahasa Jepang,” ucap Bibi Minami. Quizer lalu menengadah dan menemukan Bibi Minami tengah mengusapnya pelan rambutnya. Dia setuju, tidak masalah jika harus terlambat. Paman dan Bibinya tidak akan peduli dengan apa yang akan dilakukan olehnya ketika berada di tempat buangan. Setidaknya itulah yang dia pikirkan. Tidak ada yang benar-benar menginginkannya. Bahkan mungkin selanjutnya Bibi Minami akan mengusirnya. Tidak ada yang benar-benar tulus dalam menyayanginya. Di tengah dia makan dalam bisu. Natsumi malah membahas sesuatu dengan Bibi Minami dengan menggunakan bahasa ibunya. Seakan memang sengaja agar Quizer tidak mengerti dengan apa yang akan mereka bicarakan. Jadi dia memilih untuk terus makan. Di saat banyak pikir seperti ini, makanan adalah obat yang tepat. Bibi Minami melihat Quizer yang murung dan tidak mengucapkan apa pun. Beliau mungkin mengira jika dirinya malu atau bingung dengan pembahasan. Namun sejujurnya Quizer tidak begitu peduli dengan apa yang mereka bahas. Tidak. “Quizer-san, kamu mungkin belum tahu. But, The Paradox is dangerous! Jadi aku harap kamu tidak berkeliaran seorang diri. Hanya itu yang ingin aku katakan,” ucap Natsumi tiba-tiba. “Memang seberapa bahayanya The Paradoks sampai kamu harus mengucapkannya berulang kali? Begini, aku tidak peduli dan bahkan tidak mungkin rasanya jika aku akan menjadi target dari kelompok pembunuh. Tentu saja tidak mungkin!” elak Quizer yang lalu mendengus. Dia lalu meletakkan sendok makan dan malah mengambil minum. “Seberapa yakin kamu tidak akan diincar oleh The Paradoks?” balas Natsumi dengan serius. “Mudah saja. Aku tidak pernah berurusan dengan kejahatan apa lagi dengan mereka. Kamu tahu bertula jika aku baru sampai ke Jepang kemarin. Belum 24 jam sampai aku menginjakkan kaki di negara ini,” jelas Quizer. Natsumi mengembuskan napas. Dia lalu menyuap kembali sarapannya. Tamago Kake Gohan, Quizer sempat mencari tahu kuliner. Salah satunya itu. Di mana nasi hangat dicampur dengan telur mentah dan ditambah kecap asin. Rasanya pasti tidak karuan. Namun, Natsumi memakannya dengan lahap. Itu cukup membuatnya penasaran, tetapi jijik di saat bersamaan. “The Paradoks memang kelompok pembunuh, tetapi mereka tidak pernah menentukan target berdasarkan dendam. Seolah mereka adalah pembunuh bayaran yang sangat sulit untuk aku gapai. Apa kamu memahami itu, Quizer?” lanjut Natsumi setelah melahap setengah dari mangkuk sementara Quizer sudah selesai makan. “Lalu? Menurutmu dia akan mengincarku?” Natsumi menatapnya dengan tajam tetapi bibirnya tertarik dan membentuk kurva ke bawah. “Sepertinya ucapanmu benar. Mana mungkin The Paradoks mengincar orang sepertimu. Tapi tetaplah berhati-hati. Kalau bertemu dengan orang dengan hawa berbahaya, larilah!” “Natsu-chan, cukup. Katanya kamu mau berangkat lebih awal. Kenapa tidak habiskan sarapan dan segera berangkat?” potong Bibi Minami dan sukses membuat Natsumi diam. Bahkan gadis itu menurut untuk tetap makanannya. Lalu Bibi Minami kembali menatap Quizer. “Gomen ne, Quizer-san. [Maaf ya, Quizer] Natsu-chan memang selalu bersikap seperti ini.” “Baa-san, aku tidak berlebihan. Namun ... dia susah diberitahu!” tukas Natsumi yang pastinya sangat kesal dengan sikap Quizer. Sayangnya Quizer tidak peduli. Dia malah memilih untuk minum air putih sambil menikmati proses makanannya turun hingga ke perut. Telinganya memang panas dan sakit karena mendengar celotehan dari gadis berambut cokelat dengan kacamatanya. Tidak berselang lama hingga Natsumi berdiri dan membereskan tempat makan. Sepertinya gadis itu akan pergi sekarang. Dengan jelas dia mendengar Natsumi berteriak menyerukan ‘itterashai!’ yang setahunya itu adalah ucapan ketika seseorang akan pergi ke suatu tempat. Ya setidaknya dia akan tenang jika gadis itu memang tidak ada di tempat ini sekarang. Jadi Bibi Minami pun segera menyurunya untuk beristirahat sebelum pergi ke tempat les. Bukannya pergi ke kamar, Quizer justru merogoh ponselnya. Tidak ada sinyal. Sepertinya dia harus membeli nomor baru untuk ponselnya, atau dia tidak akan bisa menggunakannya sama sekali. Bahkan kesulitan untuk berkomunikasi dengan keluarga ayahnya. Quizer benar-benar tidak habis pikir tentang apa yang terjadi. “Bibi akan pergi untuk membeli beberapa buah. Tolong tinggallah di rumah, Quizer-san. Jangan lupa untuk beristirahat,” ujar wanita tersebut. Quizer lalu mengangguk dan membiarkan Bibi Minami pergi begitu saja. Lalu dia merasa langkah kaki berlawanan dengan wanita itu tengah mengarah ke tempat ini. Dia begitu terburu-buru, lalu membuka pintu rumah. Saat itu Quizer dapat melihat wajah Natsumi yang pucat dan dia melihat pada Bibi Minami dengan gusar. Tidak lama pandangannya beralih pada Quizer. Merasa diperhatikan, dia pun mendekat. Lagi pula dia penasaran dengan apa yang terjadi hingga membuat gadis itu kembali ke rumahnya. “The Paradoks muncul lagi. Quizer-san, Baa-san, berhati-hatilah,” ucap Natsumi sangat gusar. “Mereka pasti belum pergi jauh dari sini.” Quizer agak tersentak. Tidak tahu apakah Natsumi berbohong atau tidak, karena rasanya dia seperti melihat orang yang berakting dengan baik. Detak jantungnya tidak terdengar seperti Bibi Minami. Ya, berpacu cepat, cemas. Quizer tidak bisa mendengar itu meskipun wajah Natsumi menunjukkan khawatiran. “Aku akan pergi ke kepolisian. Tolong jaga diri kalian dengan baik.” Quizer tidak tahu kenapa langkah kakinya bergerak dengan sendirinya. Tidak. Bahkan tangannya juga. Kali ini dia menghentikan Natsumi. “Hold on!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN