CN-31

1023 Kata
“Akira-san, maaf ... tapi—” Bibir Natsumi sangat kelu. Tidak ada yang bisa dia ucapkan pada laki-laki tinggi dan dewasa ini. Lalu secara tiba-tiba, Akira menarik tubuhnya. Mendekap dengan erat. Natsumi tidak mau mengambil asumsi pendek, jadi dia mencoba menenangkan pikiran. Dada bidang Akira cukup keras, laki-laki ini pasti sering berolahraga. Bisa pula dipaksa oleh Kazuhiko untuk rutin berolahraga. Dekapan itu semakin erat, ini bukan sekedar melindungi dari sesuatu. Apa Kazuhiko mengirim Akira untuk membuatnya menyerah dan malah jatuh cinta? Itu sangat tidak mungkin Natsumi lakukan, kisah romansa tidak ada di benaknya. Jadi secepat Akira menariknya, secepat itu pula Natsumi mencoba keluar dari dekapan. “Hentikan, Yuri-san. Dengarkan baik-baik langkah kaki yang sedang mengarah ke tempat kita. Bisakah kamu memprediksinya? Mari kita bekerja sama. Aku akan jadi matamu dan tolong kamu jadi telingaku,” ucap Akira yang semakin mendekap tubuhnya. Jika laki-laki ini mengambil kesempatan dalam situasi buruk, Natsumi sudah pasti akan menghajarnya habis-habisan. Namun, ucapan Akira benar. Ada orang yang sedang mengarah pada mereka. Natsumi memfokuskan pendengarannya. Menghitung banyaknya orang, lalu memprediksikannya. Dia tidak dapat memberikan jawaban akurat karena itu memang bukan keahliannya. Namun, sebagai seorang detektif yang dilantik secara terus-menerus, Natsumi sudah dibekali berbagai pengetahuan. “Ada sekitar lima orang, salah satunya sangat kuat dan berbahaya. Aku tidak bisa menebak di mana orang yang sangat kuat itu berasal, tetapi aku rasa ini memang tempat yang dikatakan oleh mereka. The Paradoks ada di sini,” bisik Natsumi. Akira mengangguk, dia dapat merasakan dagu laki-laki itu naik dan turun tepat di puncak kepalanya. “Aku tidak ingin memperlihatkanmu sebuah perkelahian. Kazuhiko-sama juga memintaku untuk tidak membiarkanmu melihat darah secara berlebihan, entah kenapa,” jelas Akira yang membuat Natsumi membelalak tidak percaya. “Tolong pergilah dan cari perlindugan.” Natsumi lalu mengembuskan napas berat, dia lalu mengangguk. Setelah Akira membebaskannya, dia tidak bergerak sama sekali. Tentu, itu membuat anak laki-laki itu kesal setengah mati. Meski sudah di pelototi, Natsumi tetap bergeming. Justru perlakuan Akira mendorong dirinya untuk tetap memata-matai situasi. “Sebenarnya apa yang sedang kamu lakukan saat ini, Natsumi-san!” ucap Akira dengan suara tertahan. Dengan kedua alis yang saling tolak-menolak, Natsumi menggelengkan kepalanya. Tidak lama dia mengubah wajahnya menjadi senyuman manis. Sebisa mungkin dia melakukan hal tersebut agar Akira lebih kesal lagi. Dia sangat kesal dengan laki-laki tersebut. “Aku bukan gadis manja yang perlu perlindungan kalian tiap saat. Tolong ukir ucapanku itu.” Setelah Natsumi mengucapkannya, tiba-tiba hawa ruangan ini menjadi berat dan panas. Sesuai jumlah yang dia sebutkan, anggota The Paradoks menghampiri mereka. Meski dia tidak tahu apakah ini adalah penyambutan atau justru jebakan. Tidak ada yang bisa dipercaya dari salah satu pemikirannya saat ini. Bola mata Natsumi terus bergulir, memeriksa satu persatu orang yang ada di ruangan ini. s*****a apa yang mereka miliki dan memprediksi serangan yang akan terjadi. Hal yang paling gawat adalah Akira. Laki-laki itu pasti mengenal jelas siapa itu The Paradoks yang notabenenya adalah mantan rekan kerjanya di mafia. Namun, Natsumi mengembuskan napas. Dia tidak ada kesempatan untuk menang dan perannya sebagai Yuri sudah dimulai dari sekarang. Lantas bagaimana caranya dia bertahan dalam keadaan ini? “Kalian berdua sudah datang? Tapi bos bilang dia hanya ingin menerima salah satu dari kalian,” ucap seorang gadis yang dikuncir dua dan tengah memakan permennya. Gadis itu nampaknya menatap tajam pada Natsumi. Seolah dia sedang mencurigai penyamaran yang sedang Natsumi gunakan. Meski dia tahu, Yuri terlalu mirip dengannya. “Bagaimana jika salah satu dari kami tidak mau melakukannya?” ujar Akira tanpa diduga-duga. Natsumi sebenarnya sudah mulai memahami perasaan laki-laki ini. Dia hanya terbawa perasaan nyaman, tetapi tidak sungguh-sungguh mencintai. Ini tidak bisa dibiarkan berlanjut. “Kalau salah satu dari kalian tidak mau, tentu saja kami harus membunuh kalian. Oh, bagaimana bisa? Ini ujian untuk kalian para calon anggota baru. Lagi pula, di sinilah kalian harus belajar bagaimana caranya untuk tidak percaya pada orang lain,” balas gadis berkuncir dua tersebut. Gadis itu lalu menengadah. Seolah menantang pada Natsumi. Natsumi ingin semua ini segera dia akhiri. Bagaimana pun caranya, meski itu berarti dia mati dan The Paradoks dieksekusi Atau menangkap mereka hidup-hidup dan menyerahkannya seolah memberi hadiah pada Kazuhiko. Lagi pula, laki-laki satu itu pasti sangat senang jika diberikan para pengkhianat yang sudah mengacaukan rencana besarnya. Jadi bagaimana Natsumi harus melewati masalah ini tanpa membunuh Akira atau bahkan melukainya. Akira berjalan mendekat. Laki-laki itu tidak memegang s*****a selain pistol, sementara Natsumi tidak membawa apa pun. Lagi pula, dia memang tidak memiliki izin untuk membawa s*****a api. Jadi dia hanya mematung, mengawasi pergerakan laki-laki itu. Mulai dari mengangkat s*****a perlahan-lahan. Bersiap untuk menembak gadis di hadapannya. Tanpa keraguan, Natsumi tetap memerhatikan Akira. Alasan Kazuhiko meminta tangan kanannya ikut turun dan mengawasinya semakin ambigu. Dia jadi tidak yakin jika Akira adalah orang yang ditugaskan untuk menjaganya. Melainkan untuk membunuhnya. Mencincang tubuhnya hingga berkeping-keping. Sementara jika dia memerhatikan Akira dengan baik. Wajah yang terpantul pada matanya bukanlah dia. Bukan Natsumi. Laki-laki itu melihat ke sisi lain. Kuda-kuda untuk melepaskan peluru pun salah. Terlalu terbuka lebar dari posisinya. Jangan katakan jika ini adalah isyarat agar Natsumi dapat membunuh Akira. Laki-laki itu berniat menyerahkan nyawanya. s**l, itu bukan satu0satunya cara yang dapat dia lakukan sekarang. Dengan cekatan, Natsumi pun berlari, menarik d**a Akira. Setelahnya, dia langsung membanting tubuh laki-laki itu dan mengambil pistol. Tanpa keraguan dia membidik salah seorang yang tengah memutari dan menonton kejadian ini. Natsumi sudah terlalu muak. Dia benar-benar ingin semua kembali normal meski itu mustahil. Jadi tanpa ampun dia pun menembakkan satu peluru tepat pada seorang laki-laki gemuk. Hanya sekejap, laki-laki itu terjatuh dan darah perlahan mengalir dengan deras. Natsumi menelan ludah, lalu menutup matanya. Dia bisa mengatasi ini semua. Bahkan ketika menangkap satu dari mereka saja, tubuhnya lebih memiliki banyak darah daripada sekarang. “Hei! Apa yang kamu lakukan?! Aku tidak memintamu untuk membunuh rekanku! Amu, Amu, sadarlah!” ucap pria lainnya yang menatap Natsmi dengan sangat kesal. Kata siapa Natsumi peduli? Bahkan sekedar Akira yang ada di dekatnya pun, dia sangat tidak peduli. Dia hanya butuh kesalamatan, hanya dengan itu dia pun bisa menyelamatkan Akira. Gadis dengan rambut dikuncir dua pun menggertakkan bibirnya, mematahkan permen di dalam mulutnya. “Sepertinya itu benar kamu, Yuchan.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN