Bayangan

1117 Kata
12. Bayangan Wah, tampaknya kalian sangat lelah. kata bibi Andien sambil meletakkan bungkusan itu di atas meja. ia melihat beberapa bongkahan yang ada di atas meja itu, dia tersenyum dan dia tahu itu adalah bongkahan berwarna mengkilap sebelumnya yang pernah dilihat. perlahan bibi Andien duduk, kemudian kembali berucap, Oh kalian membawa oleh-oleh. syukurlah, oleh-oleh yang sangat luar biasa. kata bibi Andien tanpa dia harus terlihat begitu senang melihat bongkahan itu, karena dia tahu bongkahan itu bukan untuk hal pribadi mereka berdua, begitu juga Jef. Bongkahan itu akan dijual oleh Paman joki, dan yang pasti akan langsung diberikan kepada para gelandangan yang sekiranya membutuhkan. Wah, Kau tampak cantik hari ini sayang. ucap paman joki tersenyum kepada bibi andien yang berada di hadapannya, dan terlihat bibi Andien sedang membuka bungkusan itu, dan perlahan mengeluarkan semua isi yang berisi makanan dan minuman yang berupa kopi panas yang masih berada di dalam termos kecil. senyum bibi andien melihat Paman joki sang suaminya kemudian ia menjawab. Apakah kau baru sadar lelaki tua? canda bibi Andien sambil membuka penutup tremos kecil berwarna biru, dan perlahan menuangkan kopi yang masih terlihat mengepulkan warna uap putih di gelas Paman joki. Hahaha dasar wanita pujaanku, bagaimana keadaan tempat ini setelah kami berdua pergi? ucapapnya menjawab sambil bertanya, dan bibi Andien masih menuangkan kopi di gelas miliknya. Oh tidak ada seorang yang datang, dan seperti biasa hewan-hewan di sini pun tidak terlihat. ucap Bibi Andien sambil memutar penutup tremos dan meletakkannya di atas meja. kemudian dia menyingkirkan wadah besar itu di paling ujung sisi meja, dan meletakkan kue yang beraneka ragam di tengah-tengah hidangan kopi yang masih menguap. Oh, syukurlah, mungkin esok aku akan pergi ke kota, pulang nanti aku akan membawakanmu baju-baju yang bagus, Apakah kau ingin lebih mendapatkan barang kesukaanmu? tanya paman joki, terdengar itu sebuah penawaran, dan bibi Andien tersenyum meletakkan kedua tangannya di atas meja kemudian berucap. Terserah kau saja lelaki tua, aku tidak ingin ikut campur dengan hadiahmu. kata bibi Andien yang terdengar biasa saja, bibi Andien bukan tipe wanita yang materialistis, jeff hanya tersenyum melihat dan mendengarnya, dan dia perlahan menghisap cerutu yang masih setengah batang terbakar. Jeff perlahan mendongak ke atas, dia melihat di langit yang sudah terlihat gelap, mulai bintang-bintang kecil bermunculan di langit-langit malam itu. pikir jeff malam itu tentu belum terlihat seru, jika tidak ada sebuah aksi membuat api unggun. ia melihat bekas perapian di sisi kanan darinya yang berjarak 3 meter dari tempat duduk mereka. tanpa ragu dia pun berdiri sedangkan paman joki dan bibi Andien masih dalam canda tawanya, Jeff kemudian mengumpulkan beberapa kayu yang bertumpuk di sisi perapian itu, dia mengambil satu persatu kayu bakar yang sudah terbelah-belah yang semula dari dari batang kayu besar, terbelah-belah menjadi seukuran kaki manusia. dan langsung saja jeff meletakkannya di atas perapian yang membentuk lingkaran, beberapa batang kayu itu jeff tumpuk, sedangkan Paman joki dan bibi Andien hanya sebentar-sebentar melihat jeff yang tampaknya mereka mengiyakan jeff untuk membuat api. setelah tertumpuk dengan rapi, barulah jeff mulai menghidupkan mancis dan mulai membakar rumput kering, hingga rambut kering yang berada di bawah tumpukan kayu terbakar perlahan. Api pun mulai membesar di tumpukan kayu kering itu, pikir jeff begitu cepatnya api terbentuk, sehingga api mulai perlahan memenuhi seluruh kayu yang jeff bakar. Kemudian jeff perlahan berdiri, dan mundur 2 langkah ke belakang, kedua matanya menatap api itu, dan melihat kelap-kelip warna api yang tercipta. Sambil memandangi api itu, dia sekan terpaku, dan dia menjadi melamun. sekilas pikirannya timbul bayangan-bayangan di masa kecilnya, bayangan-bayangan itu tentunya membuat dirinya menjadi sosok yang seperti sekarang. saat di masa lalu lu jeff merasa sebagai orang yang terbuang, karena di waktu kecil saat perpisahan kepada seorang yang ayah yang berpesan kepadanya, dia hanya mengatakan. "Kau pasti akan jadi anak yang baik, suatu saat kau pasti dapat memimpin dunia, dan memiliki pengalaman baru, selamat tinggal jeff ucap sang ayah ketika dulu disaat jeff duduk diatas pembaringannya, kemudian sang ayah pergi begitu saja meninggalkan jeff. Dan bayangan masa lalu kembali datang, di saat itu sang ibu ia langsung saja membawa jeff berada di sebuah rumah yang saat ini dia tinggali. dihadapan bibi Andien dan paman joki, kedua tangan ibunya memegang pundak jeff dari belakang, dia berdiri melihat paman Joki yang berdiri bersama bibi Andien, Saat itu ibunya berucap tepat di hadapan mereka. "Aku menitipkan jeff kepadamu joki, aku rasa sudah cukup untuk semua masa laluku bersama Valdi, kata sang ibu, dan ketika itu Paman joki bersama bibi Andien tanpa menjawab pertanyaan atau ucapan dari ibu jeff, karena ibu Jeff bukanlah adik kandung dari Paman joki. Dan tidak terlihat berdebat di hadapan jeff kecil. Perlahan jeff kecil mendongak ke atas melihat wajah sang ibu, kemudian ia membalikkan tubuh menghadap ke arahnya. lalu sang ibu pun sejajarkan tingginya dengan berjongkok melihat ke arah wajah Jeff, tangan kanan sang ibu memegang dagu anaknya, kemudian sang ibu berucap. "Aku yakin kau dapat hidup di sini, suatu saat nanti aku akan mengunjungimu, dan aku akan berjanji akan sering mengunjungi mu kemari, jaga baik-baik dirimu Jeff. kata sang ibu, kemudian tangan kanannya mengusap-usap kepala jeff, dan jeff kecil hanya terdiam, dia sama sekali tidak bicara, kemudian sang ibu ketika itu berdiri perlahan dan memandang kearah paman dan bibinya yang terlihat sedang membuang wajah, seakan tidak ingin melihat ibu jeff. kemudian ibu jeff kembali berucap. "Aku pergi, jika kau bertemu valdi, sampaikan salamku padanya, aku lebih bahagia daripada sebelumnya. kata ibu Jeff, kemudian tanpa ragu ia membalikkan tubuh begitu saja tanpa melirik ke arah Jeff sama sekali, namun Jeff kecil yang melihat kearah ibunya sedang berjalan menuju ke arah pintu keluar, dia pun hanya terdiam. setelah sang ibu keluar dari pintu rumah itu, jeff berlari kecil menyusul sang ibu, dan dia berhenti di depan pintu melihat ibunya perlahan masuk kedalam, sebuah mobil sedan putih, yang di dalam sudah ada seorang lelaki yang terlihat mapan, wajahnya terhiasi bulu-bulu tipis dan kumis yang sedikit tebal, dan kendaraan sedan itupun mulai berbunyi. kemudian Paman joki dan Jeff melihat mereka yang berada di belakang jeff sambil memegang pundaknya. Dan mereka bertiga tanpa adanya suara, hanya memandang lurus ke arah mobil. Dan mobil itu pun sudah melaju pergi perlahan menuju ke sebuah jalanan yang masih bertanah bercampur batu. mobil itu pun perlahan menghilang, namun jeff kecil masih terdiam, terpaku menatap lurus. tangan sang paman memegang erat pundak jeff, dan Jeff kecil tahu itu adalah sebuah genggaman tangan yang harus dia bersabar untuk kehidupannya. Jeff tersadar saat dia berdiri di api unggun itu, dia kembali melihat ke arah Paman joki dan bibinya yang melebihi dari orang tuanya sendiri. bibirnya tersenyum melihat keasikan mereka berdua, ya mereka adalah orang-orang yang sangat bersyukur melebihi kedua orang tua sendiri. Dalam pikirkan jeff sekilas berkata, "Suatu saat nanti dia akan membuktikan keberhasilan pada kedua orangtuanya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN