~~ Kekuatan terbesar dari dalam diri kita adalah pola pikir untuk bangkit bukan untuk jatuh ~~
Keesokan paginya Ara ingin menghibur Ario dengan mengajaknya jalan-jalan ke mal. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan, tapi ga ada tanda-tanda Dev muncul di rumah mereka.
Ara yang saat ini sedang menyiapkaan sarapan mencoba menghubungi Dev sekali lagi dan nihil ponselnya bener-bener mati. ‘Apa-apaan kamu Dev ponsel mati, sikapmu kali ini sudah ga bisa aku biarin lagi, jangan sampe aku bertindak.’ Batin Ara geram.
Saat sarapan sudah siap, Ara berjalan ke kamar Ario untuk membangunkannya. Terkejutlah Ara dengan kondisi kamar Ario yang bener-bener berantakan, ‘Ya Allah, Ario pasti kecewa banget sampe melampiaskan kemarahannya seperti ini.’ Lirih Ara.
“Sayang, Io, bangun yuk, udah jam Sembilan ini,” panggil Ara sambil mengusap kepala Ario perlahan. Ario bergerak gelisah, Ara membangunkan Ario lagi hingga beberapa kali Ario mulai membuka matanya.
“Bunda, Ario ngantuk, mau bobo lagi aja.” Ujar Ario sambil ngucek matanya.
“Ehh,,bunda udah bikin roti sosis lo buat Ario, yakin nih ga mau makan?” rayu Ara.
Seketika mata Ario terbelak dan duduk, “beneran bunda? Boleh ga Io makan dulu baru mandi?” tanyanya dengan wajah gemas.
Ara tertawa dan menciumi wajah anaknya lalu mengangguk.
Mereka berdua pun sarapan dengan riang dan sesekali Ara mendengar celotehan Ario terutama mengenai kado ulang tahun yang diberikan teman-temannya.
“Sayang Bunda, abis sarapan mandi ya, terus kita nanti jalan-jalan ke mal. Gimana?” ajak Ara sambil membereskan peralatan makan.
“Eeeemmmm,,sebenarnya,,,” Ario menunduk dan suaranya yang perlahan menghilang disadari Ara.
“Ada apa Sayang?” Tanya Ara lalu duduk di sebelah Ario.
“Io pengen beli mainan nanti boleh ga Bun?” Tanya Ario yang membuat Ara jadi lega. “Boleh dunk Sayang.” Sahut Ara sambil tersenyum.
♥
Satu jam kemudian mereka berdua sudah siap dan berangkat ke mal yang memiliki banyak permainan anak-anak. Berkendara dari rumahnya sekitar 30 menit dan macet karena weekend, mereka pun sampai di mal tersebut.
“Bunda, Io mau beli kereta Thomas boleh?” pinta Ario setelah mereka berjalan memasuki pintu masuk mal. Ara hanya mengangguk.
Tak lama berjalan mereka sampe di toko mainan dan Ario senang sekali memilih mainan kesukaannya. Ario termasuk anak yang pintar, cerdas, pengertian, dan tidak banyak menuntut. Seperti sekarang meskipun Ara tidak membatasi apa yang diberikan tapi Ario tidak mengambil banyak, hanya tiga macem mainan saja.
“Sudah selesai milihnya Sayang?” tanya Ara saat melihat Ario kerepotan membawa mainannya. Ario hanya mengangguk, Ara membayar ke kasir dan Ara melihat tawa Ario setelah mendapat maenan kesukaannya.
“Minum dan beli cemilan dulu yuk, abis itu maen di kidzone mau?” tawar Ara yang langsung disambut Ario dengan gembira.
♥
Tak jauh dari tempat Ara dan Ario duduk, ada sepasang mata pria yang melihat kebersamaan mereka berdua dengan senyum bahagia.
‘Kamu benar-benar luar biasa Asmara, setiap aku memikirkanmu, tak berapa lama engkau muncul dihadapanku.’ Batin Rasyid.
“Hey bro, lu keliatan bahagia banget, nemu cewek baru? Inget lo udah mau tunangan juga, masih aja ngelirik yang lain.” Celetuk lelaki yang duduk di depan Rasyid.
“Biasa aja kali, baru juga mau tunangan belum tunangan apalagi nikah.” Sahut Rasyid enteng, dan temennya hanya geleng-geleng.
“Eh, abis ini udahan kan? Lu mau pulang ke rumah? Gue disini aja lah, ada yang mesti gue urus.” Kata Rasyid yang bersiap untuk berdiri.
“Urusin cewek lain maksud lu?” pertegas teman Rasyid. Rasyid yang mendengar perkataan itu hanya tertawa dan melambaikan tangan.
“Sorry, boleh aku duduk disini?” Tanya Rasyid yang tiba-tiba muncul dihadapanku.
Aku menoleh melihat sekitar, “Kayanya masih banyak yang kosong mas, kenapa mesti duduk disini?” tanyaku menyelidik.
“Astagah, kamu beneran lupa lagi sama aku. Rasyid Ar Madin” ucapnya sambil mengulurkan tangan.
Ara diam saja, Ario yang tau menoleh ke Bundanya mencari jawaban.
“Bunda, kenapa Om ini ada disini? Bunda kenal?” Tanya Ario. Ara yang bersiap akan menjawab langsung dipotong oleh Rasyid “Smart Boy, betul banget Om ini temen bunda kamu, hanya saja Bunda kamu lupa.” Jawab Rasyid yang mendapat pelototan dari Ara.
“Trus kenapa Bunda ga mau salaman sama Om ini?” Ario masih ga mengerti situasi.
Dengan terpaksa Ara pun menyalami tangan Rasyid yang terulur tadi “Asmara”
“I know you, Beautiful.” Sahut Rasyid genit yang langsung dijawab oleh Ara “Ini hanya karena anakku yang minta, kalo enggak males banget kenal sama lelaki macem kamu.” Yang sebenarnya kata-kata tersebut untuk menyembunyikan debaran jantungnya saat Rasyid mengatakan kata ‘beautiful’.
Rasyid duduk di depan aku dan Ario tanpa menunggu aku memintanya untuk duduk disana. “Emank saya bolehin mas nya duduk situ? Kok maen duduk aja.” Ketusku
Rasyid yang mendengar itu tertawa pelan, “Tapi ini kosong kan? Jadi boleh dunk kalo aku duduk sini.” Aku mendengus kesal.
“Maaf ada kepentingan apa ya? Kok bisa tau saya? Apa kita pernah ketemu?” tanyaku nyerocos.
“Yaahh,,beberapa kali itupun kalo kamu ingat.” Rasyid melipat tangan di dadanya.
Aku bingung “Emank iya? Kapan?”
“A few years ago, maybe” jawab Rasyid polos sambil mengedikkan bahu.
Rasyid yang tau ekspresi Ara mendekat dan meletakkan tangannya di meja.
“Bahkan sebelum anak kamu ada, I already know you, Asmara.”
“Okey, aku memang punya loss memory disini, tapi aku bener-bener ga inget kamu ini sapa.” Jawabku menyerah.
“Sekitar 6 tahun lalu di pesta Mr. Johnson, 5 tahun lalu di bandara, dan banyak lagi pertemuan kecil yang tak kamu sadari.” Jelas Rasyid yang sontak buat aku tercengang.
“Lalu kalo kamu tau segitu banyaknya kenapa kamu ga mengingatkanku saat ketemu?” selidikku.
Rasyid tersenyum “Karena kamu ga pernah maau menatapku walopun satu detik.” Aku menatap Rasyid sendu. ‘Benarkah seperti itu?’ batinku.
“Apa dia anak kamu?” Tanya Rasyid menatap Ario yang menggemaskan.
“Iyah, namanya Ario.” “Kita pernah satu sekolah, kampus ato apa ga sih? Kenapa kamu bisa tau aku tapi aku kok g inget kamu?” tanyaku kemudian.
“Bukan apa-apa, first time I met you at Mr. Johnson’s party, sebenarnya aku salah satu koleganya juga. Setelaah itu kita selalu ketemu ga sengaja seperti sekarang.” Jawab Rasyid yang kini aku mulai paham kondisinya.
“Sorry ya, kalo selama ini aku ga inget sama kamu.” Kataku menunduk.
“Kalian mau kemana abis ini?” Tanya Rasyid dengan senyum kecil.
‘Astaga kenapa dia senyum gitu aja kok bisa ganteng banget yah. Uppsss,,,sadar Ara kamu udah punya suami.’ Batinku yang terpesona dengan pemandangan ciptaan Tuhan ini.
“Enjoy it Sweety?” ucap Rasyid yang kemudian menyadarkan lamunanku. “Ehh,,apa? Bilang apa ya?” tanyaku cengo, Rasyid yang menyadari perubahan wajahku tersenyum manis banget dan aku yakin wajahku jadi memerah sekarang. Bodohnya aku.
“Kamu gemesin banget sih, pengen aku cubit aja pipinya.” Kata Rasyid polos
Blushing.
Kenapa jantungku jadi jumpalitan gini sih,,sebel banget kenapa ini cowok bisa bikin kerja otakku macet.
“Bunda jadi maen kan?” Tanya Ario yang akhirnya mengakhiri semua pergolakan batin ini.
“Jadi dunk Sayang, abisin dulu makan kamu ya.” Ucapku dengan tersenyum.
Beberapa menit kemudian aku dan Ario sudah jalan ke tempat bermain, tapi aku menyadari satu hal. Yesss,,Rasyid mengikutiku.
“Kamu kenapa ngikutin kita?” tanyaku
“Mau ikut main.” Jawabnya polos. “Astaga, harus banget gitu, kita ini mau maen ke tempat anak-anak.” Jawabku mulai ketus.
“No problem, biar aku belajar caranya ngurus anak.” Jawab Rasyid tanpa beban.
Aku mengacuhkannya dan memutuskan untuk tetap berjalan.
Sampai di arena permainan aku melihat Ario yang begitu bahagia dan melupakan kejadian kemarin, aku jadi ikutan tersenyum.
Aku menoleh ke sekitar, aku sudah ga melihat Rasyid ‘Baguslah pasti dia udah bosan dicuekin’ batin Ara. Tapi tak berapa lama ada seseorang duduk di sebelahnya “Cappucino?” tawar Rasyid yang seketika aku menoleh. “Kirain kamu udah pulang, thanks.” Akhirnya aku mengambil minuman itu.
“Kita belum ngapa-ngapain.” Ucap Rasyid enteng sontak aku langsung melotot padanya. “Just kidding Sweety.” Tawa Rasyid.
“Kamu ga campurin apa-apa kan ke minuman ini?” aku menyelidik. Rasyid yang mendengar itu terbahak “Ini masih siang Sweety, aku bisa menahannya sampe malem nanti.” “Ras,,,it’s not funny.” Geramku.
Rasyid yang mendengar nama itu tiba-tiba merasa tubuhnya menegang. ‘Sial, kenapa panggilan itu jadi terdengar seksi di telingaku.’ Sambil mengusap wajahnya. Are you okay?” Tanyaku saat melihatnya jadi gelisah. “No, I think I’m crazy because of you.” Bisiknya serak di dekat telingaku dan refleks aku menoleh hingga jarak kami begitu dekat. Manik mata coklat keabuan itu menatapku tajam dan berkabut namun yang bisa aku pastikan ada kejujuran dalam manik mata yang membuatku terhanyut.
“Bun,,,Bunda,,,” panggil Ario yang seketika aku menoleh kaget “Ario, kenapa Sayang?” berharap Ario tak melihat kejadian tadi.
“Haus bunda, Io mau minum air.” Katanya, aku langsung mengambilkan air minum dalam tasnya.
Ario kembali bermain dan kami terdiam cukup lama hingga ponselku berbunyi dan aku liat Devio telpon, aku yang males dengannya mendiamkan telpon itu. Tindakanku disadari oleh Rasyid, “Kenapa ga diangkat?” tanyanya bingung.
“Gampang nanti aja” jawabku asal tapi justru terliat aneh oleh Rasyid yang tak sengaja melirik ID yang nelpon.
Karena merasaa terganggu, aku akhirnya mengangkatnya “Ada apa?” jawabku ketus.
“Aku dirumah tapi kok g ada sapa-sapa, kalian dimana?” suara Dev.
“Tunggu aja disana, nanti aku sama Ario juga pulang.”
“Masih lama ga? Aku jemput ya.” Ucap Dev
“Ga perlu, jangan pura-pura baik setelah kamu melupakan ulang tahun anakmu sendiri.” Jawabku ketus langsung menutup telpon tanpa menunggu jawaban atau lebih tepatnya alesan Dev.
Tanpa Ara sadari ada telinga lain yang mendengarkan mereka.
“Kamu sama Ario masih lama?” Tanya Rasyid dan aku menoleh sadar ada dia disampingku sedangkan aku tadi telpon malah emosi.
“Secapeknya Ario sih, ga tau berapa lama” kataku dengan tersenyum.
“Oke wait for me, jangan pulang dulu sebelum aku datang. Okay.” Pintanya. Ara yang belum sempet mengatakan apa-apa menatap bingung karena Rasyid langsung pergi.
“Ngapain sih dia, gaje banget.” Gumamku.
♥
Sekitar tiga puluh menit kemudian, Ario udah selesai bermain dan mengeluh capek minta pulang. Aku mengangguk tapi kemudian aku teringat kalau Rasyid tadi minta ditunggu.
“Nunggu sebentar gapapa ya Ssayang, tadi om Rasyid minta ditunggu.” Pintaku ke Ario dan dia mengangguk.
Sambil membereskan barang-barangnya Ario, tak berapa lama muncul Rasyid dengan napas lelah. “Itu om Rasyid Bun.” Kata Ario seketika aku menoleh.
“Napa kamu ngos-ngosan?” tatapku bingung. Belum juga pertanyaanku terjawab dia sudah menyodorkan paper bag besar ke Ario “Happy Birthday Boy,” ucap Rasyid sontak aku kaget.
“Kamu tau darimana kalo Ario ulang tahun?” tanyaku bingung.
Ario terliat ingin menerima hadiah itu namun Ario mendekat padaku dan menatapku memohon.
“Ini kado buat kamu, ambil” pinta Rasyid. “Kamu ga perlu ngasih kado gini segala.” Ucapku pada Rasyid.
“Gapapa, kan Ario ulang taun” Rasyid tersenyum ke Ario. Ario menatapku kembali sambil memohon.
Rasyid yang sadar tatapan Ario akhirnya menoleh kepaadaku “Ayolah Ra, ini kan kado kecil buat Ario, kamu ga liat dia pengen banget hadiah ini.” Mohon Rasyid lembut yang malah buatku luluh.
Aku mengangguk ke Ario.
“Makasih Om, ini kadonya besar banget.” Kata Ario girang.
“Kita pulang dulu ya Ras, makasih kadonya.” Pamitku
Rasyid mencekal taanganku yang entah kenapa malah membuatku tersentak seperti tersengat listrik. “Aku antar kamu ya,” “Ga usah aku naik mobil sendiri kok.” Tolakku halus.
“Oke aku anter sampe tempat parkir dan aku ga menerima penolakan.” Ucap Rasyid tegas. Aku hanya mengangguk dan Rasyid tersenyum mengikuti kami dari belakang.
Rasyid membantu kami memasukkan barang yang sudah kami beli tadi, membantu Ario duduk di kursi dan memakaikan seat belt. Diam-diam aku memperhatikan segala tindakan Rasyid, ‘Sikapnya gentleman banget sih, bikin terharu.’ Batinku gemas.
“Hey, kamu ga masuk?” bisiknya di sebelahku yang aku ga tau sejak kapan dia disini.
“Ehh,,iya,,gapapa.” Jawabku gelagapan Rasyid yang meliat ini pun gemas dn semakin mendekatkan tubuhnya ke tubuhku. Seketika aroma musk dan wood menusuk hidungku.
‘Astaga jantungku mau lepas, kenapa aku bisa hilang akal gini deket Rasyid. God…help me.’ Rutuk Ara dalam hati.
“Masuklah aku sudah bukakan pintunya.” Ucap Rasyid lembut yang kemudian menyadarkan diriku dan aku melihat tatapan lembut dari manik matanya.
“I will miss you, you are so cute.” Ucap Rasyid setengah berbisik yang makin membuatku meremang. Astaagaa… ga sehat bener ini deket ma ini cowok.
“Asmara, apa perlu aku cium dulu baru kamu pulang?” Rasyid tersenyum devil dan aku tersentak “Oke, aku pulang dulu ya” jawabku langsung masuk mobil.
Rasyid mengetuk kaca mobilku “Hati-hati di jalan ya, Bye Ario see you next time.” Aku cuma bisa mengangguk “Makasih ya Ras.” Aku berlalu dan menutup kaca mobil.
Rasyid menatap kepergian Ara ‘I am really falling in love with you, Asmara.’ Dengan helaan nafas kasar.
*****
Yeaaayyy,,finally bisa ngobrol dan ketemu dengan ‘layak’ sama Rasyid.
So, apa yang bakal terjadi nanti diantara mereka bertiga??