Elia sempat mendengar gerutuan El, yang menyebut dirinya ngeloyor tanpa permisi, padahal jelas-jelas tadi ia sudah pamit pergi. Elia duduk di tepi ranjang dengan wajah cemberut. Elia marah bukan karena dilarang El pergi, tapi alasan El melarangnya pergi dengan kalimat seakan menghinanya. Hal itu yang membuat Elia kesal. Elia beranjak duduk di depan meja rias. Ia ingin melepas ikatan rambutnya. Elia menatap dirinya di cermin. "Dia bilang aku galak, tapi kenyataannya dia yang galak! Apa dia pikir aku besar kepala karena merasa diperhatikan oleh keluarganya. Saya tahu diri, Pak. Saya sadar kalau saya ini hanya seorang office girl. Pembantu di kantor milik keluarga Bapak. Kalau saya tidak sadar diri, akan saya bongkar pernikahan kita, toh keluarga Bapak pasti bisa menerima saya." Elia kesal