4. The Beginning

2103 Kata
Bali, Indonesia Januari – 2018 00.21 pm _________ “Woo hoa ....” Teriakan itu menggema dari atas mobil sport Porche 911 Turbo Cabriolet. Dikendarai oleh seorang gadis. Ia melambaikan tangan ke udara sambil menambah kecepatan mobil. “Oh my God, this is the best day of my life. I got Porche, bitches!” teriak si gadis. Ia pun bangkit dan melambaikan kedua tangannya ke udara. “Wow, wow, itu terlalu gegabah, Karina. Come on, sit back down,” tegur si lelaki yang duduk di samping kirinya. “Oh, come on, Jared ... jangan hentikan perayaanku.” Gadis bernama Karina itu memprotes teguran kekasihnya. “Karina, Babe, come on. Jangan mengendara dalam keadaan seperti itu. Ini bahaya!” tegur lelaki itu sekali lagi. “Don’t worry, Jared, ini tengah malam, tak akan ada yang lewat di sini.” Lelaki yang duduk di kursi penumpang itu lantas mendengkus. Ia mencoba untuk bersabar. Sekalipun jantungnya sudah berkedut penuh tekanan. Takut? Ya, harusnya memang begitu sebab mereka telah mengonsumsi alkohol sebelum ini. “Damn it, Karina!” Jared melotot saat tiba-tiba saja sebuah motor tiba-tiba datang dari arah berlawanan tepat ketika mobil itu berbelok ke tikungan. Bukannya mendengarkan, Karina malah tertawa hingga terbahak-bahak. “Ayolah, Jared ... don’t be p***y, okay?” “I’m not p***y!” tandas Jared. “Yes, you’re d**k!” Karina menutup ucapannya dengan decihan halus, tampak meremehkan. Melihat reaksi kekasihnya membuat Jared mendengkus marah. “Karina, tepikan mobilnya.” “What?!” pekik Karina. “Swing around the block, you hear me?!” Jared menaikkan nada bicaranya. Ia melotot dengan tangan yang menunjuk ke tepi jalan. “No ...,” tolak Karina. Ia pun mendesah dan sekilas menutup kedua mata. “Jared, aku memang sudah menenggak alkohol, tetapi aku mampu mengontrol diriku. Tenang saja. Oh astaga! Kau merusak perayaanku, Jared.” Gadis itu mendesah kasar lalu memalingkan wajahnya. Di saat yang sama, Jared ikut mendengkus dan memalingkan wajah. Ia melayangkan tangan kanannya ke udara, tanda menyerah. “Hell! Aku hanya ingin merayakan keberhasilanku. Kau tidak tahu bagaimana perjuanganku menyelesaikan kuliah dengan cepat agar aku bisa kembali bertemu denganmu. Ayahku membelikan aku mobil seharga 2.4 miliar dan apakah keterlaluan jika aku ingin merayakannya?” Mendengar napas berat kekasihnya membuat Jared menoleh. Bahunya merosot saat ia melepaskan desahan dari mulut. “Sorry,” ucap Jared. Melihat wajah sinis kekasihnya membuat lelaki itu mengulurkan tangan. Ia menarik sekaligus mendekap tubuh Amanda. Memberikan kecupan pada puncak kepala gadis itu. “Sorry, dear. I just ....” “It’s okay,” sergah Karina dengan nada lembut. Dia kembali berfokus pada kendaraan di depannya. Suasana menjadi hening selama beberapa detik dan dalam hati, Karina merasa kesal, tetapi ia juga tak ingin membuat kekasihnya merasa bersalah. Maka gadis itu kembali memutar wajahnya ke samping. Ia tersenyum, memandang kekasihnya. Jared mencondongkan wajah dan memberikan kecupan di bibir yang dibalas langsung oleh Karina. Gadis itu tersenyum dan kembali menarik diri ke posisi semula. Bertepatan dengan Jared yang kembali memutar wajahnya menghadap ke depan, tetapi sedetik kemudian matanya terbelalak. “KARINA!” Teriakan itu membuat Karina langsung memutar wajahnya. Ia pun membulatkan mata, tetapi kegugupan sudah lebihi dulu mengungkung pikirannya. Ckittt .... Bunyi decitan ban menggema. Kedua tangan Karina mengencang di atas setir mobil bersama dengan kakinya yang berusaha menginjak pedal gas. Dalam keadaan panik, Jared langsung mengambil tindakan dengan menarik setir mobil hingga mobil keluar dari bahu jalan dan menabrak sebuah batu besar. BUK Ckitt .... “JARED!” “Damn it!” maki Jared. Sontak, ia pun memutar wajah dan menoleh ke belakang. Jared menyentak napasnya sebelum ia kembali menatap kekasihnya. Sementara di sisi kanan, Karina tampak tercengang dengan tubuh yang tercondong ke depan dan kedua matanya yang terbelalak. Tampak dadanya bergetar bersama dengan napas yang terputus-putus diembuskannya dari mulut. “Jared, what the hell was that?!” gumam Karina. Ia masih tak bergerak. Tubuhnya terdiam kaku di belakang kemudi. Otaknya bertindak dengan cepat, seperti memutar kembali kejadian yang dialami keduanya sedetik yang lalu dan Karina tahu persis bahwa ada seseorang. Ya. Seseorang, tetapi .... “I don’t know,” jawab Jared. Jantungnya masih bertalu dengan kencang sehingga ia butuh beberapa saat untuk memperbaiki napasnya. Lantas lelaki itu mendorong pintu mobil. “I will check that,” kata Jared. Sekali lagi mendesah berat, Jared lalu turun dari mobil. Dada Jared tampak mengembang ketika tiba-tiba saja bulu kuduknya berdiri. Mulut Jared membentuk huruf O sebelum melepaskan desahan panjang. Lelaki itu memutar wajahnya, kiri dan kanan untuk mengecek keadaan di sekelilingnya. Lalu saat ia menundukkan wajah, lelaki itu pun terperanjat. “Holly s**t!” makinya. “Jared what’s going on?” Karina memekik sambil memandang kekasihnya dari kaca spion. Tampak Jared memutar wajahnya lambat-lambat. Mulut yang megap-megap dan manik mata yang membesar itu sarat memperlihatkan ketakutan yang besar dialami oleh Jared. “Jared?!” Karina mengangkat kedua bahu, meminta penjelasan, tetapi mulut Jared mendadak menjadi keluh. Ia tak bisa mengucapkan apa pun. Melihat reaksi itu membuat Karina akhirnya melesak keluar dari mobilnya. Ia pun menghampiri Jared. “Jared, ada apa, hah?” Masih dengan wajah yang tercengang, Jared lalu menggelengkan kepala. Ia masih membisu, selain wajahnya yang bergerak. Menolehkan pandangannya ke bawah dan Karina mengikutinya. Seketika gadis itu pun melonjak dari tempatnya. “OH MY GOD!” jerit Karina. Untuk sekelebat ia menatap lelaki yang terbaring di atas tanah. Cahaya samar yang memancar dari bagian belakang mobil membuat Karina dan Jared mampu melihat cairan kental berwarna merah yang tampak mengucur keluar dari kepala lelaki itu. “Ap- ap- ap- apakah dia mati?” tanya Karina dengan suara gagap. Jared menggelengkan kepala. “I- I don’t know,” gumamnya. “s**t!” desis Karina. Ia mengusap wajahnya dengan kasar. Memutar tubuh lalu menggeram sambil mengusap belakang kepalanya dengan frustasi. “Wh- wh- what we’re supposed to do now?” tanya Jared. Menahan rasa panik yang sudah menjalar dari otak ke seluruh tubuhnya. Karina menggeleng. “I have no idea,” ucap gadis itu. Untuk beberapa detik, ia tak bisa memikirkan apa pun selain mengernyit dan merutuki dirinya. “We have to go.” Sepasang iris berwarna cokelat milik Karina kembali membesar. Pelan namun pasti, ia memutar wajahnya hingga ke samping. “We have to go,” kata Jared sekali lagi. “Now!” tandasnya. Karina terdiam selama beberapa detik. Ia berusaha untuk memikirkan jalan keluar terbaik, tetapi sialan dengan jantungnya yang semakin bertalu dengan kencang di setiap detiknya. Mendadak, Karina kembali menatap si lelaki yang menjadi korban kecerobohannya. Wanita itu tersekat kental. Ia menelan saliva sambil menutup matanya. “Jared.” “Karina. We have no time. Kita harus segera pergi sebelum orang-orang melihat kita,” ujar lelaki itu. Ia pun mengangkat kedua tangan dan melanjutkan, “aku tidak ingin terlibat masalah.” Jared menggelengkan kepalanya. Karina terdiam selama beberapa saat. Seolah tengah memerangi hati nurani. Ia kembali menoleh. Menelan saliva dan merasa jantungnya memberikan tekanan berbeda yang langsung membekukan seluruh tubuhnya. “Karina!” Gadis itu tersentak. Refleks, ia pun mendongak. Menatap wajah Jared yang memandangnya penuh peringatan. “Kita pergi sekarang atau kutinggalkan kau sendirian.” Mendengar ucapan dengan penuh penekanan itu membuat Karina terpaksa menganggukkan kepala. Sekilas dan untuk terakhir kalinya ia memandang pria yang sedang telentang di atas tanah itu lalu Karina akhirnya memutar tubuh. “He- help.” DEG Mendadak langkah Karina dan Jared terhenti saat mendengar suara itu. Mata mereka kembali terbelalak. “He- help, p- please.” Sontak, keduanya pun memutar wajah. Saling menatap dalam posisi tercengang. Selama beberapa detik, keduanya tak bergerak. Terdiam kaku sambil mendengarkan degup jantung yang berdetak sangat cepat. “No ...,” gumam Jared. Seakan membaca apa yang ada dalam kepala kekasihnya. “Jared, kita bisa menolongnya. Dia belum mati.” “I said no!” pekik Jared. Tekanan jantung Karina melonjak dengan cepat, seketika membuatnya tersentak di tempat. Gadis itu terdiam dengan kedua mata yang terutup. “He ... help ....” Mendengar gumaman itu membuat Karina kembali memutar wajahnya. Tubuhnya pun bergerak secara naluriah. “Karina, get in the car!” kecam Jared. “Tidak, Jared, aku harus menolongnya.” Jared mendengkus. Ia menghampiri kekasihnya yang hendak merundukkan tubuh. Lalu dengan cepat lelaki itu mengayunkan tangannya. “What the f**k you do it, hah?!” desis Jared. Dagunya terangkat, sementara matanya melayangkan pandangan penuh teror. Karina tak bisa menjawab. Mulutnya megap-megap, ia pun menggelengkan kepala. “Jangan melakukan hal-hal aneh, Karina. Semua ini terjadi karena kelalaianmu. Aku tidak ingin menanggung kesalahan yang tidak kulakukan.” “Jared, I’m a doctor!” hardik Karina. Suaranya terdengar bergetar, bersama seberkas cairan bening menutupi netra cokelatnya. “Aku telah bersumpah untuk tidak mengabaikan hal-hal kecil mengenai keselamatan orang lain, dan naluri menegur perbuatanku. Aku tidak bisa membiarkan dia berada di sini.” Lanjut gadis itu. Jared mendecih halus. “Lalu apa, kamu akan membawanya ke rumah sakit dan memberitahu semua orang bahwa kamu baru saja menabrak dia?” Karina kembali terdiam. Selain bibir bawahnya yang bergetar bersama kedua tangan yang gemetar di depan d**a. Ia tak memiliki jawaban apa pun dan merasa bahwa Jared benar sepenuhnya. Namun, sesuatu bergejolak di dalam hati Karina dan semua itu membuatnya tak bisa melangkah. “Come on, Karina. You not too stupid.” Jared terus mendesaknya untuk segera membuat keputusan. Namun, seberapa kuat keinginan Karina untuk meninggalkan lelaki itu, tetap saja ada sesuatu yang seperti mengikat kedua kakinya dan membuatnya bahkan tak bisa memutar tubuh. Gadis itu lalu menunduk. Menarik napas dalam-dalam sambil menutup kedua mata. Lalu ketika wajahnya kembali terdongak, Karina pun melepaskan napasnya dari mulut. “Jared, aku harus menolongnya.” Jared mendesah berat. Dengan cepat lelaki itu memutar tubuhnya. “f**k!” teriak Jared. Ia menyatukan kedua tangan di belakang kepala, mengusapnya kasar lalu menggeram kuat. Namun, Karina seakan sudah tak memedulikan kekasihnya. Ini tanggung jawabnya. Terlepas dari profesinya sebagai dokter, lelaki ini terluka karena kelalaiannya. Maka Karina harus bertanggung jawab atas hidupnya. Ia pun merendahkan diri dan meraih kepala lelaki itu. “Hey, hey, stay with me,” gumam Karina sembari menepuk pipi si lelaki. Ia pun menyelipkan jari ke dalam ceruk leher lelaki muda itu untuk memastikan bahwa dia masih hidup. Dan ketika denyut nadi si lelaki menyambar kulit jari Karina, ia pun mendelikkan mata lalu memutar tubuhnya. “Jared!” seru gadis itu. “Jangan libatkan aku!” Jared mengangkat kedua tangan tanda menyerah. Sekilas Karina berdecak bibir. “Kamu tidak perlu khawatir. Kita hanya akan mengantarnya ke rumah sakit, setelah dia mendapatkan perawatan, kita tinggalkan dia.” Jared terkekeh sinis. “Kau pikir segampang itu, hah? Sebelum pria itu mendapat perawatan, mereka akan menanyakan bagaimana dia bisa mengalami kondisi seperti itu. Lalu bagaimana kamu akan menjelaskannya, hah?” Karina mendengkus. “Aku akan memikirkannya nanti, Jared, tapi saat ini kumohon bantulah aku.” Lelaki yang berdiri tak jauh dari Karina itu lalu mendesah sambil melayangkan kedua tangan ke udara. “Kita bawa dia ke rumah sakit milik temanku,” ujar Karina. “Lalu setelah itu bagaimana?” “Aku akan memikirkannya!” tandas Karina dengan nada melonjak. “Sial! Jared, aku hanya meminta mengantarkan aku lalu setelahnya kamu bebas pergi. Jika pun akan dimintai tanggung jawab, aku bersedia dipenjara.” Jared tertawa sinis. Ia menaruh kedua tangan di pinggang, menggeleng lalu mendecih sinis. “Atau jika itu pun membuatmu keberatan, maka bantulah aku menaikkan dia ke mobil dan biar aku saja yang membawanya ke rumah sakit.” Jared menoleh ke bawah. Menatap kekasihnya dengan wajah tegas. Samar terdengar kertakkan gigi saat Jared mengencangkan rahangnya. “Please, Jared, untuk kali ini saja,” mohon Karina dengan wajah memelas. Jared masih terdiam selama beberapa detik sampai akhirnya ia melepaskan desahan napas gusar. “Oke,” ucap lelaki itu. Giliran Karina yang mendesah lega. “aku akan membantumu, tetapi hanya untuk kali ini.” Lanjut Jared. Untuk saat ini, Karina hanya bisa menganggukkan kepalanya. Mereka pun bekerja sama menggotong tubuh si lelaki yang menjadi korban tabrakan itu. Tak ada lagi suara yang terdengar, tetapi Karina bisa merasakan kehadiran lelaki itu dari deru napasnya. Setelah meletakkan tubuh si lelaki ke dalam mobil, Jared dan Karina pun berjalan ke samping kanan. “Biar aku yang menyetir,” ucap Jared. Karina menunduk dan seketika wajahnya berubah sendu. Ia pun mengangguk sebelum melesak ke bagian belakang mobil. Karena ini mobil sport yang hanya memuat dua jok, maka Karina terpaksa duduk di tengah. Karina pun merangkul tubuh lelaki itu agar kepalanya tak sampai cedera. “Sudah?” tanya Jared. Karina pun mengangguk. “Ya,” jawab gadis itu. Untuk kesekian kalinya Jared mendesah berat sebelum akhirnya ia menyalakan mesin mobil dan membawa mereka pergi dari tempat gelap dan sunyi tersebut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN