Ajari Gue Jadi Pria Dewasa

1136 Kata
"Menurut lu, gue ini pria dewasa kan? Secara, gue kan udah 28 tahun. Pasti gue dikategorikan sebagai pria dewasa." Edward menatap datar Maxime. Sorot matanya seolah mengatakan bahwa ia meragukan kalimat yang baru saja diucapkan Maxime. "Pria dewasa?" "Ya?" Edward menoyor kepala Maxime dari belakang. "Pria dewasa apanya? Lu masih kayak anak TK yang tidak pernah bisa mengambil keputusan sendiri. Meski lu udah berumur, bahkan jika lu udah uzur sekalipun, tapi kalau sikap lu masih kayak anak bocah, selamanya lu nggak akan bisa disebut sebagai pria dewasa." "Kalau gitu, ajari gue jadi pria dewasa." "Bukankah peran lu sebagai Pak Angkasa itu peran pria dewasa? Heran gue, lu bisa memerankannya dengan baik padahal lu nggak tahu bagaimana jadi pria dewasa," cibir Edward. "Karakter Pak Angkasa itu dingin dan tegas. Mudah dalam sinetron. Tapi, kalau real life gue, dibikin kayak Pak Angkasa, gak ada cewek yang mau gue ajak kencan." "Nah, itu problem utama lu. Pria dewasa itu bertanggung jawab dengan satu wanita yang ia cintai. Bukannya bikin banyak wanita jatuh cinta tapi nggak mau tanggung jawab." Maxime terdiam. Gue pernah menjadi pria dewasa. Dulu. 7 tahun yang lalu. Mencintai 1 wanita. Tapi, gue dikhianati. Dan sekarang gue lupa bagaimana caranya untuk kembali lagi ke pola pikir gue yang dulu, batin Maxime. Saskia datang kembali ke lokasi syuting sore itu. Sesuai dugaannya, para aktor dan kru pasti sedang kelelahan usai syuting 24 jam di daerah puncak tanpa dirinya, kemarin. Saskia tidak mendapatkan peran apapun di puncak. Sehingga ia langsung menuju ke rumah utama, yang biasanya menjadi lokasi syuting itu. Menunggu para kru beristirahat. Dengan tujuan membuat kesan terakhir mengesankan, Saskia datang dengan membawa banyak kotak pizza dan beberapa makanan lain yang ia beli dari uang pemberian Sonya. Ia paham betul jika tim konsumsi sering kali seenaknya dalam menyajikan makanan untuk para artis. Bahkan, pernah tim konsumsi hanya menyajikan nasi, tumisan kacang panjang dan telur. Para pemeran extras dan kru teknis, masih banyak mau memakannya. Tapi, para pemeran utama tentu saja protes dan mengoceh. Mereka merasa sudah maksimal dalam bekerja dan hanya dihargai dengan nasi kotak sederhana itu. "Waaaah, ada yang lagi pesta nih," sahut Rino yang tidak sengaja bersimpangan dengan Saskia dan melihat Saskia membawa banyak kotak pizza, di lorong. "Ya, hitung-hitung syukuran." "Syukuran? Dalam rangka apa?" "Dalam rangka anniversary kejombloanku yang ke 22," jawab Saskia bercanda. "Udah ah. Masa' mau makan-makan aja harus pakai alasan. Ayo panggil kru yang lain. Sudah masuk waktunya istirahat kan?" "Wehehe, okay, siap!" Rino bergegas menuju kebelakang, memanggil kru yang bertugas untuk menuju ke ruang tengah. Tak perlu menunggu lama, satu per satu dari aktor, aktris dan kru sinetron itu berdatangan. Mereka tersenyum bahagia melihat menu spesial yang dibawakan oleh Saskia. Seruan "wah" atau "ada acara apa nih?" bersahut-sahutan dari mulut mereka melihat tumpukan pizza pepperoni. Saskia hanya tersenyum dan menjawab ala kadarnya. Hingga orang yang paling ia tidak sukai di lokasi syuting itu, muncul. "Wah, Nona Saskia, lagi banyak duit, nih," ujar Maxime. Tanpa permisi ia langsung saja mengambil 3 slice pizza dan membawanya dengan tangan kosong. "Di situ kan ada piring, astaga, joroknya,"ucap Saskia kesal melihat kelaukan Maxime. Padahal ia juga sudah menyiapkan piring melamin di dekat kotak-kotak pizza. "Mana sempat? Keburu kelaparan," sahut Maxime seenaknya, lalu duduk di salah satu sofa. Saskia menggelengkan kepalanya pelan. Ia tidak habis pikir dengan kelakuan Maxime. Di tengah riuhnya para tim yang menikmati makanan yang ia bawa, pikirannya malah kembali ke pada masa ketika dirinya dan Maxime menghabiskan malam bersama di hotel. Saskia merasa jika dirinya tidak akan pernah tertarik dengan Maxime. Bahkan, Maxime adalah salah satu orang yang berada di dalam daftar lelaki yang dihindarinya. Namun, tidak bisa dipungkiri jika dirinya sekarang merasa canggung ketika berhadapan dengan laki-laki itu. Rasanya menyebalkan. Bagi Saskia, Maxime hanyalah laki-laki yang memikirkan dirinya sendiri. Egosentris. Terlebih segala keputusan yang diambil Maxime harus berdasarkan ijin dari ibunya. Termasuk sinetron ini dan projeknya yang ia garap sebelumnya. Maxime tidak lebih dari pria yang kekanak-kanakan, tidak mandiri dan selalu berfoya-foya dengan harta yang ia dapat. Bahkan, Saskia juga menilai jika Sonya, ibu yang terlalu memanjakan anaknya, hingga tumbuhlah lelaki yang sama sekali tidak paham jika kehidupan ini keras. Dan dari persepsinya itulah, Saskia merasa jika dirinya membenci Maxime dan ingin sekali menjauhinya. Tapi, mau bagaimana lagi. Saskia hanyalah pemain extras yang sedang berusaha untuk memperoleh peran utama. Ia tidak bisa memilih dengan siapa ia harus beradu akting. Atau menjadi peran apa dirinya dalam sebuah projek. "Hei, kenapa melamun?" tanya Adi menepuk pundak Saskia. "Habis mentraktir pizza kok malah melamun." "Ehehe, enggak Pak Adi. Aku bosan melihat tayangan televisi," ujar Saskia beralibi pada tayangan kartun di layar televisi yang ada di hadapannya itu. "Dan sedari tadi aku mencari remote TV belum ketemu juga." "Ini remote-nya," sahut Maxime sembari mengangkat remote TV di tangannya. "Kenapa nggak tanya sama aku aja, sih? Aku itu selalu tahu apa yang kamu butuhkan Saskia," goda Maxime lalu memberikan remote TV itu pada Saskia. "Jangan dengarkan dia. Dia kelainan," ledek Adi. "Pak Adi, jangan gitu dong. Kan aku sudah bilang kalau aku itu berorientasi normal." "Kita semua tidak percaya. Kapan kamu kencan sama perempuan?" "Percaya dong," sahut Alena yang langsung duduk mendempetan di samping Maxime. "Kita kan sudah pernah berkencan beneran. Iya kan, Mas Maxime?" "Hm, ini lagi," dengus Adi tidak percaya. "Sama Maxime aja kita tidak percaya, apalagi sama kamu." Maxime tersenyum simpul. Dalam hati ia merasa lega jika ternyata selama ini para kru sinetron tidak percaya dengan hubungannya dan Alena, yang selalu Alena gembar-gemborkan. Saskia hanya tertawa mendengar candaan-candaan para kru. Ia lalu mengganti channel film. Kebetulan, channel yang ditujunya sedang menayangkan acara infotainment. "Ini dia daftar aktris dan aktor extras yang paling totalitas versi Hi-Spot." Begitulah kalimat yang terdengar dari pembawa acara infotainment itu. "Di posisi ke tiga, ada Vania De Carla, ia dianggap totalitas karena pernah menceburkan dirinya ke kolam renang hingga 20 kali adegan saat ia menjadi pemeran pengganti ...." ujar pembawa acara infotainment itu. "Wah, dia belum pernah melihat Saskia masuk ke sungai keruh," komentar Adi. Ia lalu mengambil posisi duduk yang nyaman untuk menyaksikan dengan seksama acara infotainment itu. "Di posisi pertama, ada Saskia Andriana ...." Mata Saskia terbelalak mendengar namanya disebut oleh pembawa acara infotainment. Jempolnya tergopoh-gopoh mencari tombol yang pas untuk mengganti channel. "Eits!" Adi seketika merampas remote TV dari genggaman Saskia. "Jangan diganti. Kita juga mau lihat." Saskia menghela napas panjang. Dalam hati ia mengumpat habis-habisan. Kenapa harus dirinya yang berada di posisi pertama? Perasaannya menggema firasat buruk. "Saskia, wanita berusia 22 tahun ini sangat totalitas lho dalam berakting. Ia pernah masuk ke sungai keruh untuk mengganti pemain utama. Dan yang paling seru, saat Saskia menjadi extras talent di sebuah FTV berjudul Interns. Tokoh utama FTV itu harus mengalami kecelakaan fatal karena terantuk batu. Dan di lokasi syuting tidak terdapat batu yang memadahi. Alhasil, kru FTV mempermak Saskia menjadi sebuah batu ...," jelas pembawa acara infotainment.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN