KEHIDUPAN PENGANTIN BARU

1013 Kata
Ternyata pergaulan Steven diluar pikiran Dania selama ini. Ia kira kalau Steven hanya pacaran saja seperti orang biasa pada umumnya, ternyata hubungan mereka sudah diluar batas. "Gue sebenarnya udah pesan kamar buat Mbak. Mbak bisa tidur di sana. Kamarnya nomor 501," sahut Saskia. "Dania." Steven menyahut tegas membuat Dania sadar akan posisinya dimata Steven. "Oke. Aku tidur di sana." Dania pun harus mengalah karena sesuai perjanjian, ia bersedia menerima semua syarat dari Steven dan harus tahu batasan. Tak ada alasan baginya untuk berdebat hanya karena sebuah kamar. Saskia mengeluarkan kunci Kamar Hotel kepada Dania dan Dania menerimanya dengan terpaksa. "Kalau begitu, aku keluar sekarang. Nikmati kesenangan kalian!" Dania pun segera beranjak pergi dari kamar itu dan menuju kamar yang diberikan oleh Saskia. "Benar- benar adik dan suami yang nggak ada akhlak!" maki Dania saat ia sudah sampai di kamarnya. Tapi, ia merasa lega karena tidak harus berada di dalam kamar yang sama dengan Steven. Setidaknya ia tidak harus memberikan hak Steven sebagai seorang suami pada malam ini. Membayangkannya saja ia sudah merinding. "Ah, tunggu ... jika pergaulan Steven terlalu bebas seperti itu bukan tidak mungkin dia terjangkit penyakit kelamin, bukan? Apa lagi Saskia sendiri-" Dania tidak melanjutkan ucapannya. Ia menepis segala pikiran buruknya. Setelah mengganti pakaiannya dengan piyama tidur, gadis cantik itu pun segera membaringkan tubuhnya dan sebentar kemudian ia pun sudah tertidur dengan pulas. Sementara itu, di kamar lain Steven dan Saskia tengah sibuk berbagi peluh. Tanpa berbasa-basi, Steven menarik tengkuk Saskia dan melumat bibirnya dengan kasar. Tubuh hangatnya kini bersentuhan dengan tubuh dingin Saskia. Bukannya kedinginan, Steven malah menyukainya. Tubuh dingin yang membuat gairah Steven semakin meningkat. "Sayang, kau ini-" Saskia mendesah dan mulai mengikuti permainan sang kekasih. Tidak biasanya Steven berlaku sedikit kasar dan liat meski sudah memberontak, Saskia tetap tidak bisa menghentikannya. Lama-kelamaan Saskia mulai menikmatinya, sentuhan tangan hangat Steven di tubuhnya membuat Saskia semakin terbuai. Steven dan Saskia sama-sama berhasil sampai di puncaknya. Jambakan kasar Saskia di rambutnya membuat Steven semakin kehilangan akal sehat. Saskia jatuh ke pelukan Steven dan keduanya langsung terlelap tidur tanpa sehelai benang pun menutupi. Pagi harinya, Dania terbangun dalam keadaan tubuh yang begitu segar. Ia tidur dengan sangat lelap semalam. Seperti biasa gadis itu langsung menunaikan ibadah salat subuh dan setelah mengganti pakaian ia pun turun ke restoran untuk menikmati breakfast. Dania memilih nasi goreng dan omelet sebagai menu sarapannya. Gadis itu duduk di bangku yang berada di sudut. Suasana belum terlalu ramai karena waktu masih menunjukkan pukul 6.30 pagi. "Sendirian? Boleh aku bergabung denganmu?" Dania yang tengah menyesap teh hangat mengangkat wajahnya dan tersenyum saat melihat siapa yang datang. "Hai, kau David, kan?" "Hahaha ... masih ingat rupanya, Bu dokter," kekeh David. "Jangan panggil dokter. Panggil saja namaku, Dania. Kau menginap di sini juga, Dave? Eh, boleh aku memanggilmu Dave?" David mengangguk, selain dari ibunya- Nirina tidak ada yang memanggilnya dengan panggilan itu. Dan ia merasa senang Dania mau memanggilnya dengan panggilan Dave. "Ke mana tuan besar?" tanya David sambil melayangkan pandangannya ke sekeliling mereka. Dania yang mengerti siapa yang David maksud hanya mengendikkan bahunya. "Mungkin dia masih di kamarnya," jawab Gadis itu. David mengerutkan dahinya. "Masih di kamarnya? Maksudmu ... kalian tidak tidur satu kamar semalam?" Dania tersenyum dan menggelengkan kepalanya perlahan. "Ya, kami tidak tidur satu kamar semalam. Saskia datang ke kamar kami dan mereka mengusirku keluar. Aku bisa apa?" Dania yakin jika sebagai sahabat Steven- David pasti tahu tentang hubungan Saskia dan Steven. Jadi, ia merasa tidak perlu menutupi hal ini dari David. "Maafkan Steven, Dania. Dia hanya sedang khilaf. Jadi, tidak menyadari jika dia memiliki istri yang sempurna seperti dirimu. Saskia itu adikmu, bukan?" "Satu ayah ... aku dan Saskia berbeda ibu. Ibu Saskia meninggal karena kecelakaan ketika kami kecil dan ibuku yang membesarkan dia. Sejak kecil kami memang kurang akrab dan kau bisa lihat sendiri bagaimana sikap Saskia kepadaku." David tersenyum, ia menepuk punggung tangan Dania perlahan. "Kau sakit hati karena kelakuannya?" "Hahaha ... menghadapi Saskia yang seperti itu sudah biasa bagiku, Dave. Ingat, kami ini dibesarkan bersama. Jadi, sikapnya yang seperti itu sudah menjadi makanan sehari-hari bagiku. Doakan saja supaya aku bisa bersabar menghadapi adik dan suami yang sedikit tidak berakhlak seperti Saskia dan Steven," kata Dania. David tertawa, ia merasa salut dengan wanita yang sedang duduk di hadapannya. Ia mengagumi kesederhanaan Dania. Di matanya Dania adalah sosok yang begitu baik dan bijaksana. Dia juga pintar dan jangan lupa point yang paling penting, dia seorang dokter. Alasannya putus dengan Angel karena gadis itu tidak bisa menghormati dirinya sendiri dan juga orang lain. Selain itu, Angel sering berpose dengan pakaian minim dan yang terakhir dia menjadi model untuk iklan pakaian dalam. Hal ini jelas sangat ditentang oleh Syilendra dan Nirina. Bukan karena keinginan orang tua, tapi David sendiri juga jengah melihat tindakan Angel yang semakin menjadi. Di mata David, Angel terlalu berjiwa sosialita. Kemewahan adalah hal yang utama untuk gadis itu. David bukan melarang, tapi dia tidak suka jika Angel mengumbar keindahan tubuhnya untuk dikonsumsi banyak orang. "Mantan kekasihku juga seorang model dan artis. Dia adalah sahabat Saskia. Tapi, kami sudah putus," kata David. Dania memicingkan matanya, apa yang dikatakan David saat ini bukan sesuatu yang penting untuk Dania ketahui. Tapi, gadis itu memilih untuk mendengarkan cerita David. "Aku tidak suka dengan kehidupan Angel yang terlalu bebas. Ya aku akui jika orang yang pertama menidurinya adalah aku. Tapi, bukan berarti dia bisa bebas dan menjadi seenaknya. Terakhir kali dia malah menjadi model iklan pakaian dalam. Kau tau kan bagaimana model pakaian dalam? Seluruh tubuh terlihat oleh banyak orang. Kedua orang tuaku marah besar. Dan aku sendiri juga merasa malu. Dia tidak mau mundur dari dunia itu aku pun tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Jadi, kami berdua putus." Dania menghela napas panjang dan menatap David. "Kalian- kau dan Steven ... apakah gaya pacaran kalian memang kelewat bebas? Apa kalian harus melakukan 'hal itu' sebelum menikah?" tanya Dania. David merasa tertampar dengan pertanyaan Dania. Ia tersenyum salah tingkah. "Tidak juga, tapi ... ah, anggap saja itu kekhilafan di masa lalu, Dania." "Lalu, jika kau berpacaran lagi dengan orang lain, apa kau akan berhubungan intim kembali dengan gadis itu?"
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN