Kau Mencintai Suamimu?

1023 Kata
Dania tidak berniat untuk terlalu lama cuti. Terlebih lagi Steven ternyata menunda kepergian mereka ke Paris untuk berbulan madu. Maka Dania pun memilih untuk kembali masuk kerja. Ia tidak bisa meninggalkan pasien terlalu lama dan beberapa bulan lagi ia akan menyelesaikan S2-nya. Saat ini suasana ruang kerja Dania menjadi sangat tegang. Ini bukan lagi ruang kerja seorang dokter, tapi lebih seperti ruang sidang. Dokter Ethan, Kiara dan Dania kini sedang duduk berhadapan tanpa ada yang mengeluarkan suaranya. Sunyi sepi, mereka hanya saling pandang tanpa melakukan apa pun. "Sumpah ini kenapa pada diam-diaman gini sih," batin Dania. Dania yang tadinya bersandar kini menetidakkan duduknya dan menatap Ethan yang ada di hadapannya. "Kau masih ada perlu denganku atau tidak? Kalau tidak lebih baik kau kembali ke ruanganmu. Pasienmu masih banyak yang menunggu, kan?" ujar Dania. Ethan menghela napasnya sejenak. Dia menatap Dania yang ada di hadapannya itu dengan lekat. Raut wajah Ethan sangat datar, Dania sendiri tidak bisa menebak apa yang dipikirkan oleh Ethan saat ini. "Aku mau bicara berdua bisa?" tanya Ethan. Dania mengerjapkan matanya, mulutnya terbuka membentuk huruf O, dia terkejut mendengar Ethan mengatakan hal itu. Tidak, Ethan tidak mengatakannya tapi dia bertanya pada Dania. Detak jantung Dania berpacu dua kali lebih cepat, mulutnya seketika menjadi kelu. Dania meremas tangannya sendiri yang seketika menjadi dingin. Ethan masih menatap Dania, menunggu jawaban dari gadis itu. Dania masih terdiam melihat Ethan yang terdiam dengan wajah datarnya. Wajah yang tampan, hidungnya yang mancung, dan senyum yang sangat manis dengan lesung pipi yang ada di pipi kanannya membuat pesona seorang Ethan tidak bisa dibantahkan. Dania sendiri juga mengakui akan hal itu. Dania masih menatap Ethan tanpa berkedip, mengagumi sosok dokter Ethan yang terkenal sangat ramah itu. Pertanyaan dari Ethan yang tadi diajukan untuk dirinya, seketika diabaikan begitu saja. Ethan menarik sedikit sudut bibirnya, melihat Dania yang tak bergeming menatapnya. Sebisa mungkin Ethan menahan dirinya untuk tidak tertawa melihat tingkah menggemaskan Dania. "Ehem!" Kiara menyadarkan Dania dari lamunannya. "Eh," Dania tersadar dari lamunannya. Tapi, ia menjadi salah tingkah melihat Ethan tersenyum padanya. "Jadi gimana?" tanya Ethan sekali lagi. "Gimana apanya?" Bukannya menjawab Dania justru membalikkan pertanyaannya. "Jadi kau mau nanti pulang denganku?" tanya Ethan lagi "Kenapa aku harus pulang bersamamu?" tanya Dania. "Karena aku tadi bilang mau bicara berdua denganmu!" "Hah!!" Dania terkejut mendengarnya. "Kapan dia bilang gitu?" Batin Dania. Seketika pipi Dania merona. Kini dia tau mengapa Kiara dan Adrian tertawa saat dia bertanya pada Ethan tadi. Dania sedikit menundukkan kepalanya. Dia malu, bahkan sangat malu telah melakukan hal seceroboh itu. Rasanya dia ingin menghilang saat ini juga. "Aduh dari pada jadi nyamuk di sini lebih baik Aku balik deh," ujar Kiara. "Aku ikut sayang," sahut Adrian. "Ayolah kita keluar biar tidak jadi setan di antara kedua dokter ini," ledek Kiara. Dengan tawa Kiara dan Adrian keluar dari ruangan Dania. Mereka sengaja meninggalkan Dania dan Ethan di dalam sana agar bisa lebih dekat. "Apa yang kamu harapkan?" tanya Adrian saat mereka di luar. "Aku hanya ingin mereka bisa saling dekat," sahut Kiara. "Maksudnya?" "Siapa tau mereka berjodoh," ujar Kiara. Setelah mengatakan itu, Kiara pergi pergi meninggalkan Adrian yang masih diselimuti berbagai pertanyaan. Dia berjalan dengan senyum di wajahnya, berdo'a dalam hati agar keinginannya dikabulkan. Sementara Adrian masih berdiri di depan pintu, berusaha mencerna apa yang dikatakan oleh tunangannya itu. "Tapi,Dania itu sudah menikah, Kiara," bantah Adrian. "Dania itu tidak mencintai suaminya,mereka itu kan dijodohkan," jawab Kiara. "Tetap saja,pernikahan mereka itu sah di mata negara dan agama." ** TOK!TOK!TOK! "Ya masuk," titah Dania. Dengan cepat Dania membenarkan posisi duduknya. "Permisi Dokter," sapa seorang suster. "Ada apa Sus?" tanya Dania. "Begini Dok, tadi dokter Ethan berpesan agar dokter pulang duluan saja karena dia ada operasi darurat," jelas suster itu. "Ah begitu ya, baiklah terima kasih," sahut Dania. "Kalau begitu saya permisi dulu Dokter," pamit suster itu. "Iya silakan," ucap Dania. Setelah suster itu pergi, Dania menghela napasnya sejenak. Rasanya beban di pundaknya kini terlepas begitu saja, tapi entah kenapa ada yang sedikit mengganjal di hatinya. Kini dia merasa gelisah sendirian. Dengan malas Dania bangkit dari kursinya, dan merapikan penampilannya sejenak. Dia meraih tasnya, dan berjalan keluar meninggalkan ruang kerjanya. Dania berjalan meninggalkan ruangannya. Tapi bukan keluar rumah sakit, melainkan menuju ruang operasi. Saat sampai di sana, Dania melihat ada seorang wanita paruh baya yang berdiri di depan pintu ruang operasi. Sudah dapat ditebak jika itu adalah keluarga pasien. Dengan perlahan Dania menghampiri wanita itu. "Permisi Ibu," sapa Dania. "Maaf anda siapa?" tanya wanita itu. "Saya Dania dokter di sini bu. Yang di dalam itu dokter Ethan, dia teman saya," ujar Dania. "Ah begitu ya." "Lebih baik ibu duduk, bantu para dokter di dalam sana dengan do'a." "Iya Dokter," ujar wanita paruh baya itu. Kini Dania duduk berdampingan dengan keluarga pasien. Dia bisa merasakan betapa khawatirnya wanita itu, dan mungkin inilah yang dirasakan semua keluarga pasien saat dirinya ada di dalam sana. Tak berapa lama Ethan keluar dari ruang operasi. Dia terkejut melihat Dania yang berdiri di sana bersama keluarga pasien, untuk menunggunya keluar. Detik berikutnya, Ethan memperlihatkan senyum indah di wajahnya. Hatinya sangat senang melihat Dania menunggunya. "Dokter bagaimana kondisi putra saya?" tanya wanita itu. "Putra Ibu baik-baik saja, pendarahan di kepalanya sudah berhasil kami hentikan. Untuk saat ini putra ibu akan kami pindahkan keruang rawat, dan ibu tidak perlu khawatir lagi karena tidak ada yang mengkhawatirkan dari keadaanya," jelas Ethan. "Terima kasih dokter, terima kasih," ujar wanita itu dengan sangat senang. Setelah mendengar penjelasan dari Ethan, wanita itu segera pergi untuk melihat keadaan putranya. "Jadi mau pulang bareng aku?" untuk kesekian kalinya Ethan bertanya pada Dania. "Than, aku bisa pulang sendiri. Lagi pula kau kan tau aku baru saja menikah. Tidak enak jika ada yang melihat kita berdua-duaan," jawab Dania. "Katakan saja sekarang apa yang mau kau katakan," kata Dania. "Kau mencintai suamimu?" tanya dokter Ethan. Dania menghela napas panjang, "Suka atau tidak, cinta atau tidak dia adalah suamiku." "Dan, seharusnya jika ada masalah kau katakan kepadaku. Kenapa kau menikah tanpa cinta?" "Than, itu bukan urusanmu. Sekarang, jika kau tidak keberatan aku mau pulang. Dan aku tidak mau pulang bersamamu. Aku juga membawa kendaraan sendiri," kata Dania dengan tegas. Gadis itu pun segera berlalu membuat Ethan melongo keheranan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN