Galau

1621 Kata

Hari keempat, Icha menghela nafas. Ia segera menunduk begitu menemu-kan sosok Fadlan yang sedang berjalan dengan seorang perempuan. Perempuan yang pernah dilihat Icha dulu sekali. Saat ia hendak mengembali-kan kacamata itu. Perempuan cantik dan tinggi yang sempat membuat Icha sedikit su'uzzan. Keduanya tampak sangat dekat. Ah, memang sangat dekat karena adik-kakak tapi Icha mana tahu karena Fadlan memang tak pernah mengenalkannya dengan keluarga lelaki itu. “Iya, tapi Aisha tetap izin. Kan capek, kak, habis pulang dari luar negeri nanti,” tuturnya dengan nada agak manja. Apalagi tangan Aisha tak lepas dari lengannya. Fadlan menghela nafas saat matanya dengan sengaja melirik perempuan yang melewati mereka begitu saja. Fadlan tahu sebenarnya hati-nya tak bisa berbohong. Ia rindu sekali per

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN