BAB 2. PERTEMUAN PERTAMA

1127 Kata
BAB 2. PERTEMUAN PERTAMA "Kamu ada apa to, Ka? Ibuk perhatikan kok sepulang dari kencan kamu malah ngelamun terus?" tanya Ibu Maryam, ibunda dari Azka. Ibu Maryam itu seorang janda. Suaminya meninggal karena kecelakaan setahun yang lalu. Demi menghidupi ketiga anaknya, Ibu Maryam menjadi pembantu di rumah juragan Jamal orang terkaya di desanya. Hal itu sudah berlangsung bahkan sebelum suaminya meninggal dunia. Namun semenjak Azka mulai bekerja di perusahaan besar di Jakarta, anaknya itu melarangnya untuk bekerja. Hal itu karena kondisi kesehatannya yang semakin membuat cemas anak sulungnya itu. Beberapa hari yang lalu Ibu Maryam dilarikan ke rumah sakit oleh tetangga dekat rumahnya. Kedua adik Azka, Sofia dan Safira mendengar ibunya meringis kesakitan lantas memanggil tetangga sekitar. Untung saja, umi Romlah tetangga sebelah rumahnya ada di rumah. Dan saat melihat kondisi ibu Maryam yang terus saja mengerang kesakitan, umi Romlah segera membawa ibu Maryam ke rumah sakit terdekat. Azka yang memang bekerja di Jakarta, langsung mengajukan cuti demi untuk menjaga ibunya di rumah sakit. Kedua adiknya masih terlalu kecil untuk bisa mengurus segala sesuatu di rumah sakit. Sofia saat ini masih berusia lima belas tahun. Masih berstatus sebagai pelajar di SMAN 5 Majalengka. Sofia sudah hampir lulus dari sekolahnya. Saat ini dia sudah berada di kelas XII IPS. Sedangkan Safira, dia tahun ini juga akan lulus dari SMP. Usia Safira lima belas tahun. Kini dia masih kelas IX. Untung kedua adiknya sekolah di sekolah Negri sehingga dapat keringanan biaya sekolah dengan menggunakan KIP. Azka bersyukur akan hal itu. Dia tinggal memenuhi kebutuhan sehari-hari 2 saudara dan ibunya. Serta kebutuhan buku dan alat sekolah lainnya. Kedua adik Azka juga termasuk murid yang berprestasi. Keduanya juga sangat mengerti kondisi keuangan keluarga mereka yang hanya bergantung dari penghasilan Azka kerja di Jakarta. "Ka?!" tegur ibu Maryam lagi karena putranya satu-satunya itu masih bengong. "Eh iya bu? Ibu butuh apa?" tanya Azka tergeragap karena kaget akan panggilan ibunya. "Ada masalah apa?" tanya ibu Maryam lagi. Azka terpaku mendengarnya. Apa dia perlu menceritakan soal kekasihnya pada ibunya. Tapi bagaimana kalau malah membuat ibunya kepikiran dan makin sakit? "Apa ini ada hubungannya dengan pacar kamu?" tanya ibu Maryam lagi. Azka menatap ibunya bimbang antara mau terus terang atau berbohong. "Ngga ada apa-apa kok buk. Azka cuma kepikiran sama pekerjaan Azka saja," sahut Azka akhirnya memilih berbohong saja. Dia takut kondisi ibunya kian parah kalau dia berterus terang. Kata dokter, ibunya tak boleh terlalu banyak berpikir. Karena itu bisa membuat jantung ibu bermasalah lagi. "Jangan bohong, ibu tahu kalau kamu nggak jujur. Ibuk nggak pernah ngajarin kamu jadi pembohong," ucap Bu Maryam menatap tajam ke arah sang putra. "Maaf bu, Azka cuma nggak mau ibu kepikiran," jawab Azka menatap ibunya sendu. "Ibu nggak papa kok Ka, apa ini ada hubungannya sama pacar kamu?" tanya bu Maryam lagi. Sebagai seorang ibu, instingnya sangat peka. Apalagi sebelum dia terkena serangan jantung, sebenarnya dia mendengar kabar kalau kekasih dari putranya itu kedapatan berbuat m***m dengan juragan Jamal. Mantan juragannya itu memang terkenal buaya darat. Suka dengan daun muda. Entah sudah berapa gadis yang sudah dia rusak. Tak ada yang berani menegur karena memang Juragan Jamal begitu disegani di kampungnga. Apalagi juragan Jamal juga sangat royal dengan anak buahnya. Begitu mendengar kabar itu bu Maryam langsung merasakan nyeri di dadanya. Azka masih bungkam dia tak berani berkata apapun. Dia takut salah bicara. "Ka, jujur sama ibuk. Hubungan kalian baik-baik saja kan?" tanya bu Maryam kembali. Azka kembali membisu. Lelaki muda itu menunduk menekuri lantai yang terlihat lebih menarik baginya. "Ibuk denger dari warga kalau ada yang lihat pacar kamu itu lagi mesra-mesraan sama juragan Jamal, itu yang bikin ibu kepikiran dan sampai sakit kayak gini," ucap Bu Maryam berterus terang. Awalnya dia ingin putranya sendiri yang berterus terang. Ternyata putranya hanya bungkam tak mau bicara. Atau memang putranya tidak mengatahui kelakuan pacarnya itu? "Ibuk pasti salah dengar. Gendis bukan wanita semacam itu," bela Azka. Bu Maryam menghela napas panjang saat mendengar pembelaan putranya itu untuk pacar yang sudah mengkhianatinya. "Ibu tidak asal percaya berita bohong Ka. Ada yang sempat memergokinya dan merekamnya. Tapi anak buah juragan berhasil menghapus video mereka yang lagi berbuat zina. Untungnya sebelum dihapus. Orang itu sempat mengirim bukti rekaman itu kepada ibu, karena tau kamu sedang pacaran sama gadis itu," ucap bu Maryam mulai meninggikan suaranya. Dia sungguh nggak ridho kalau sampai anaknya menikah dengan gadis kotor itu. Masih banyak gadis baik-baik yang layak mendampingi putranya. "Siapa buk? Orang itu pasti nggak suka aku pacaran sama Gendis jadinya ngefitnah dia," bela Azka lagi. Baginya Gendis adalah gadis paling baik, lemah lembut dan perhatian. Tidak mungkin kekasihnya itu berbuat hina seperti itu. "Kamu nggak usah tahu. Kalau kamu nggak percayapun ibu nggak masalah. Yang penting ibu sudah kasih tahu kamu," ucap bu Maryam pasrah. Sebagai seorang ibu besar harapannya anak lelaki satu-satunya itu mendapat jodoh wanita yang baik dan sholehah. Yang bisa menjaga marwah suami meski suami tak di rumah. Bukan yang mengumbar syahwat dengan sembarang lelaki. Maryam bukan tidak suka pada pacar Azka, tapi Gendis bukanlah kriteria menantu idamannya. Gendis suka pakai baju terbuka dan sexy. Meski hidup di pedesaan, Gendis kerap memakai pakaian yang terkesan 'berani'. Kalau bisa dia ingin Azka menikah dengan gadis baik-baik dan sholehah. *** Tok tok Pintu ruang tunggu diketuk dari luar. Maryam dan Azka mengerut. Tak biasanya ada yang mengetuk. Kalau suster atau dokter pasti langsung masuk. Apalagi kedua adiknya. Apa ada tamu? Dengan langkah cepat Azka membuka pintu. Dia terpaku tak percaya melihat siapa yang ada di depannya. "Pak Muhtar?" sapanya. "Kudengar kamu cuti karena ibu kamu sakit. Kamu kok nggak cerita ke bapak kalau ibu kamu sampai di rawat di sini. Kalau bapak tidak bertanya ke bagian humas pasti nggak tahu," ucap lelaki paruh baya yang masih terlihat gagah. "Maaf pak, saya tidak berani. Oh ya, silakan masuk," ucap Azka sopan sembari membuka pintu lebar-lebar mempersilahkan para tamu masuk ke ruangan ibunya. Di belakang pak Mohtar ternyata ada istri pak Mohtar. Azka sudah pernah melihat saat ada acara perusahaan. Tapi berbicara atau bertatap muka langsung seperti ini baru kali ini. "Silakan bu," sapanya mempersilakan istri atasannya untuk masuk. Wanita yang masih terlihat cantik di usia matangnya itu memberikan kantong plastik dengan logo swalayan yang terkenal di seantero Indonesia. Di belakang nyonya besar, ada seorang gadis yang teramat cantik di mata Azka. Lelaki muda itu sampai terpaku saat menatap kecantikan dan keanggunannya. Mungkin gadis cantik itu putri satu-satunya pak Mohtar yang sangat terkenal di kalangan para karyawan. Banyak yang diam-diam menaruh hati pada kecantikan dan kebaikan sang dara. Terakhir dia mendengar kalau sebulan yang lalu gadis itu baru pulang dari studinya di Kairo Mesir. Pantas saja hanya namanya yang dia dengar, bukan rupanya. Dia tak menyangka akhirnya dia bisa bertatap muka langsung dengan gadis yang seringkali jadi perbincangan di perusahaannya. Mendadak jantung Azka berdebar tak menentu. >>BERSAMBUNG>>
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN