Anakku Ditukar Pembantuku

Karmila menatap kedua orang tuanya malas. Pasalnya kedua orang tuanya berkeras menjodohkannya dengan pegawai sang Abi yang katanya baik hati karena sudah menolong Abi saat Abinya kena rampok. Pemuda bernama Azka itu kata Abi sampai harus dilarikan ke rumah sakit karena terkena sabetan senjata perampok. Untung saja lukanya tidak parah. Saat ini, Azka sudah sembuh total. "Bi, kalau Abi mau membalas budi kepada pemuda itu kenapa tidak memberinya uang atau pekerjaan yang bagus saja," ucap Karmila tak suka dengan usul kedua orang tuanya, "kenapa harus dengan menjodohkan Mila dengannya." "Mila sayang, nak Azka memang bekerja di perusahaan Abi. Tapi pemuda itu menolak saat Abi naikkan jabatannya jadi manager keuangan. Dia bilang, dia belum berpengalaman. Takut mengecewakan Abi katanya," ucap pak Mohtar Akbar, Abinya Karmila, "dia merasa pendidikannya terlalu rendah untuk jadi manager." "Nah iya kan, Abi juga kalau ngasih dia jabatan ya sesuaikan dengan pendidikannya lah. Jangan asal naik jabatan. Bisa bangkrut nanti perusahaan bapak sama dia," ucap Karmila tak habis pikir dengan maunya sang Abi, " memangnya dia pendidikannya apa sih Bi?" "SMA dia, gampanglah itu. Dia itu cerdas kok, kalau dia mau saja papa mau nguliahin dia," ucap sang Abi tak mau kalah argumen. "Iya mil. Waktu Abi kamu kasih uang dia nolak mentah-mentah. Katanya dia bantu Abi kamu itu ikhlas. Nggak ada niatan apapun," lanjut NISYA DEWI. Umi dari Karmila Akbar. "Berarti bagus kan, Mi? Dia itu ikhlas bantu Abi. Kenapa malah mau main jodoh-jodohi segala. Emangnya Abi sama Umi tahu dia aslinya gimana?" tanya Karmila mencoba membuat kedua orang tuanya batal menjodohkan dirinya dengan si Azka itu. "Jangan cuma karena dia terlihat baik, maka dia bener-bener baik lo Bi. Sekarang tuh banyak orang yang pura-pura nolong tapi ada maksud tersembunyi. Mila nggak mau nikah sama orang yang Mila sama sekali nggak kenal." Kedua orang tua Karmila hanya bisa menghela napas panjang mendengar penuturan putrinya satu-satunya. "Sayang, Umi sama Abi sudah selidiki latar belakang nak Azka ini. Dia ini memang benar-benar tulus orangnya. Apalagi dia itu ibadahnya rajin. Kamu ketemu aja dulu. Kalau sekiranya kamu nggak suka juga nggak papa," ucap Nisya meyakinkan putrinya kalau semua keputusan akhir ada di tangan Karmila. "Baiklah, tapi janji lo kalau Mila nggak suka kalian nggak boleh maksa," ucap Karmila meyakinkan kalau kedua orang tuanya akan memegang kata-kata mereka. "Iya, sayang. Kami janji," ucap pak Mohtar Abi Karmila tegas. Tidak mungkin memaksa Karmila juga. Bagi mereka, kebahagiaan putri mereka satu-satunya adalah yang utama. *** Di tempat lain Azka menatap kekasihnya dengan pandangan penuh permohonan. "Dek, kamu harusnya ngerti. Kita nggak mungkin menikah tahun ini. Ibu sedang sakit parah, butuh biaya yang nggak sedikit. Sedang pekerjaanku hanya pegawai rendahan," ucap Azka kepada kekasihnya itu. Gadis manis itu tak mau menatap Azka sedikit saja. Dia marah, sudah sejak setahun yang lalu Azka berjanji akan menikahinya tapi selalu saja tidak jadi. Ada saja alasannya. "Dek, tolong bersabar sebentar lagi," ucap Azka mencoba melembutkan hati kekasih hatinya itu. Keduanya sudah menjalin kasih sejak di kelas IX hingga keduanya lulus dan Azka memutuskan langsung bekerja karena keluarganya yang miskin. Sedang kekasihnya memilih membantu ibunya di kebun teh milik Juragan Kamal. Keduanya memang berasal dari keluarga menengah ke bawah. Bisa lulus SMA saja sudah merupakan kebanggan bagi keduanya. Tak pernah terlintas di benak keduanya untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Karena mereka berdua masih punya adek-adek yang butuh biaya lebih. Azka tiga bersaudara. Dia anak tertua. Sedang keksihnya itu juga sama. Keduanya merupakan anak sulung. Jadi angan-angan kuliah tidak pernah terlintas dalam benak keduanya. Sudah lima tahun mereka berpacaran dan bagi seorang wanita usia 21 sudah cukup untuk menikah. Apalagi bagi mereka yang berasal dari Majalengka. Keduanya tinggal di desa Cipasung kecamatan lemahsugih. Sekarang desa mereka termasuk tujuan wisata. Hawanya yang masih sejuk dan panorama perkebunan teh di sepanjang jalan sungguh membuat mata betah berlama-lama menikmatinya. "Kamu memintaku terus saja bersabar. Sekarang usiaku sudah 21 tahun mas. Maumu itu apa sih? Kalau kamu sudah tidak berniat menikah denganku sebaiknya kita putus saja." "Dek tunggu sebentar lagi. Tunggu ibu sembuh ya. Aku janji akan kerja lebih giat lagi. Aku kenal sama pemilik perusahaan. Asal aku tekun dia pasti akan memberiku jabatan yang tinggi. Kemarin saja dia menwariku uang dan jabatan tapi kata ibu suruh nolak," ucap Azka jujur apa adanya. Dia pikir kekasihnya akan mendukung keputusannya ternyata dia salah. "Ya ampun mas. Kamu itu bodohnya kelewatan ya. Dikasih duit kok ditolak. Udah gitu dikasih jabatan juga ditolak. Mau kamu itu apa sih mas?" ucap sang kekasih kesal dengan sikap lembek kekasihnya itu. Apalagi kalau dihadapan ibunya, penurut sekali. "Dek. Kata ibu, kalau bantuin orang itu yang ikhlas. Nggak boleh pamrih. Dosa," ucap Azka menirukan nasehat-nasehat ibunya. "Terserah kamu aja mas, kamu kekepin aja ibu kamu itu. Heran miskin tapi masih saja belagu. Aku pulang. Kita putus saja. Mending aku terima lamaran juragan Kamal. Jadi istri ketiga juga nggak papa," ucap kekasih Azka santai. Deg. Jantung Azka rasanya copot kala mendengar kekasihnya minta putus dan memilih menikahi bandot tua macam juragan Kamal yang sudah memiliki dua istri. Setahun ini memang Juragan Kamal seringkali melakukan pendekatan kepada kekasihnya itu. Bahkan kedua orang tua kekasihnya mendukung kalau putri mereka menikahi juragan yang paling kaya di desa mereka. Bayangan mereka kalau putri mereka menikah dengan juragan Kamal, hidup keluarga mereka pasti juga ikut terbantu. "Dek, jangan kamu lakukan itu. Juragan Kamal itu buaya dek. Nanti yang ada kamu terus disakiti olehnya," ucap Azka mencoba menahan lengan sang kekasih dan memberinya sedikit pengertian. Semua warga desa sangat mengenal siapa itu juragan Kamal. Dia memang kaya raya, tapi juga terkenal suka menggoda gadis-gadis belia. Bisa makan hati kekasihnya itu kalau menikah dengan juragan Kamal. Kekasihnya itu bukannya mendengarkan ucapan Azka, tapi malah menepis tangan Azka dan mundur ke belakang saat Azka kembali mau meraih jemarinya. "Aku mending sama buaya darat macam juragan Kamal asal dia mau berkomitmen sama aku. Mau menikah denganku, nggak kayak kamu yang bisanya cuma pe ha pe," ucap sang kekasih keras kepala. "Bilangnya menikah pas sudah kerja. Pas sudah kerja, nunggu jadi karyawan tetap. Begitu saja terus sampai Ayam bisa beranak," ucap kekasih Azka muak akan sikap Azka yang tidak punya pendirian. Azka terdiam di tempatnya. Apa yang dikatakan kekasihnya itu memang benar. Dia yang berjanji tapi dia juga yang terus saja menunda. "Kamu bener mau putus sama aku?" tanya Azka sendu. Dia berharap kekasihnya itu hanya ingin mengetesnya saja. "Iya. Bapak tadi bilang, besok Juragan Kamal mau datang melamar. Makanya hari ini aku memintamu melamar ke bapak. Tapi kamu terus saja menunda. Jadi jangan salahkan aku kalau menyerah akan hubungan kita," ucap sang kekasih membuat hati Azka nyeri. Bagai luka yang ditaburi asam cuka. Nyeri pake banget. Tapi Azka bisa apa jika hubungan yang mereka jalin selama lima tahun lebih ini harus berakhir begitu saja. Azka hanya punya cinta. Sedang Juragan Kamal punya harta yang melimpah. Bahkan punya dua istri. Kalau tambah satu lagi, artinya Juragan Kamal juga punya istri yang berlebih. >>BERSAMBUNG>>