Penawaran Tanpa Ada Pilihan

1454 Kata
"Petang ini, setakar debar bagai mengakar kejantung, menusuk sendi tulang belulang. Membentuk beliung getar, meniduri kalbuku. Untuk tekun bersulang dengan ribuan andai, dalam sulaman sya'ir yang hendak kutasbihkan. Berulang kusayat aksara agar jelma, sebentuk jentera dari gemuruh rasa yang terdampar pada setapak rima. Adakah kalimatku, yang tertinggal untuk sekedar memenggal kedaifanku yang asyik meneguk khayal. Mengutus ragu ke ragu dari pintalan karisma sendu, yang kini telah pun tebal menjadi buku buku rindu." ______NO Name, Stuck With You. Happy Reading "Apa? Menikahiku?" Dengan nada lemah dipenuhi keraguan kental Aurora akhirnya bersuara membelah keheningan. Perkataan Darren sungguh ingin membuatnya menyemburkan tawa sekaligus melemparkan kemurkaan yang sangat dengan kalimat pedas tepat di wajah Darren. Lelaki itu menawarkan pernikahan tiba-tiba padanya sementara pertemuan mereka adalah sebuah kecelakaan yang membentangkan rasa benci sampai detik ini. Aurora bahkan tidak melupakan sedikitpun bagaimana lelaki itu berucap sangat kasar dan menyakitinya secara fisik dan mental. Dan malam ini, entah angin apa yang membuat lelaki sombong nan kejam itu sudi merendahkan egonya untuk kemudian meninggalkan jejak kakinya yang langka di panti asuhan kecil ini. Tetapi semua itu bisa dipikirkan nanti, ada hal lebih penting yang harus ditegaskannya terlebih dulu. Aurora mendongakkan dagunya, menatap ke arah Darren yang duduk tepat dihadapannya dengan berani. "Aku menolak. Aku tidak akan pernah menikah dengan mu." ucapnya dengan suara tegas. Darren langsung mengangkat alisnya mendengar penolakan mantap Aurora tersebut. Bibirnya menipis, ada senyum sinis yang ditampilkan di mata birunya. "Ku beri waktu 3 hari 72 jam untukmu berpikir. Setelah itu aku akan datang menagih jawabanmu." Kali ini giliran Aurora yang menipiskan bibirnya, "Aku tidak memerlukan waktu selama itu untuk menolak permintaan mu. Bukankah sudah ku katakan jawabanku tepat di detik sebelumnya. Simpan saja tawaranmu, aku tidak membutuhkannya." sambungnya tersenyum puas, melihat wajah Darren seperti membeku. "Aku yakin kau akan merubah pikiranmu dengan segera. Percayalah, aku sangat tidak menyukai penolakan." jawab Darren dengan sikap tenang, menyimpan kemarahan dengan mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Aurora mengulas senyum terbaiknya, "Maafkan aku tuan light, tetapi sepertinya kali ini, kau harus mengalami penolakan, suka ataupun tidak suka. Karena begitupun denganku, aku juga teramat sangat tidak menyukai paksaan. Kau mengerti bukan apa maksudku?" Tatapan mata Darren menajam, ekspresinya mengeras, melihat kesombongan perempuan di hadapannya ini. Darren hendak melepaskan amarahnya dengan memberikan pelajaran yang mungkin tidak akan pernah dilupakan Aurora, ingin menyadarkan perempuan itu bahwa tidak seorangpun yang boleh menantangnya. Dialah yang berkuasa, dan semua yang bernapas harus tunduk padanya. "Kau akan menyesal telah berani menantangku Aurora." ucapnya penuh arti, memandang kedalam mata coklat Aurora, memakunya lekat. _______________________________________ "Hei... apa yang sedang kau lakukan disini." Seketika itu pula Cleo yang sedang berjalan-jalan di dalam panti itu langsung menolehkan kepalanya ke asal suara. Dahinya berkerut ketika menemukan seorang anak perempuan yang dulu pernah bertemu secara tidak sengaja dengannya. Cleo mengalihkan mata birunya, kali ini terjatuh pada seorang anak lelaki yang sangat tampan, berdiri tepat di samping anak perempuan itu. "Siapa?" "Kau tanya siapa pada kami? Seharusnya kami yang menanyakan hal itu. Kau ini siapa? Kenapa ayahmu yang kejam itu tiba-tiba muncul disini dan ingin berbicara secara pribadi dengan Aurora." sambil melangkah mendekat, Shasa melemparkan rentetan pertanyaan yang seolah tanpa jeda kepada Cleo. Cleo tersentak, kemudian tanpa sadar melangkah mundur seiring langkah Shasa yang mendekatinya. "T-tidak, jangan mendekat padaku." ketika punggung Cleo menabrak dinding, disaat itu pula dirinya seperti pasrah dan memilih untuk berhenti. Kedua tangannya memeluk dirinya seolah melindungi. "Apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau bersikap seperti itu?" ucap Shasa dengan suara mengejek. "Aku... aku tidak bermaksud mengganggumu. Hanya saja aku... aku ingin berjalan-jalan untuk membuang rasa bosan, tetapi aku tidak mengetahui bahwa aku sudah tersesat dan berakhir disini." Cleo berucap dengan suara bergetar, melirik takut-takut ke arah Shasa. "Kau sedang berjalan-jalan dan tersesat?" ujar Shasa mengulangi, menyilangkan kedua tangannya di depan d**a. "Lalu menurut mu apa yang harus ku lakukan untuk mengusir kebosanan mu itu... "Siapa namamu?" Suara Ken yang tiba-tiba terdengar dari balik punggungnya membuat perkataan Shasa menggantung. Shasa membalikkan badannya, melempar tatapan kesal kepada Ken. "Aku belum menyelesaikan perkataan ku. Kenapa kau langsung memotong?" ujarnya dengan menggeram. Ken hanya melirik sekilas ke arah Shasa, mengabaikan semua protestan perempuan kecil itu sebelum kemudian melangkah maju, mendekati Cleo. "Kau belum menjawab pertanyaan ku. Siapa namamu?" Ken mengulang sekali lagi, mengawasi wajah Cleo dari jarak yang sangat dekat. Cleo menautkan kedua jemarinya, meremasnya pelan lalu memberikan diri untuk membuka mulutnya. "C-cleo. Namaku... Cleo Eileen Light." Mendengar itu, senyum tipis muncul di bibir Ken. "Hei ayolah, jangan bersikap seolah aku sangat menakutkan. Kita ini sesama lelaki dan aku rasa usiamu tidak beda jauh dariku." Ken mengulurkan tangannya ke depan Cleo, "Aku Ken, senang bertemu denganmu Cleo." "Hanya Ken saja, tidak ada nama belakang?" mata Cleo melebar penuh ingin tahu, tetapi tangannya tak kunjung dilepas untuk menyambut uluran tangan Ken. Ken tertegun, senyum yang menghiasi bibirnya seketika menyurut, menyisakan rona gelap disana. Ken menarik kembali tangannya, terdiam membisu dan memilih untuk berbalik meninggalkan Cleo dengan pikiran kalutnya. Sepeninggal Ken, dahi Cleo langsung berkerut kebingungan, tidak memahami letak kesalahannya. Apa yang terjadi padanya? Kenapa dia pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaan ku? Semua pertanyaan yang mengambang di dalam pikiran Cleo seketika pecah terurai saat merasakan pukulan yang sedikit keras di pundaknya. "Apa yang kau lakukan?" Cleo tidak menahan diri untuk berteriak kepada Shasa, sambil mengusap-usap bekas pukulan anak perempuan itu. Shasa mengangkat dagunya, lalu melototkan matanya dengan garang. "Aku memberikan hadiah atas kebodohanmu itu. Semoga kita tidak bertemu lagi." Setelah mengucapkan kalimat itu, Shasa segera beranjak dari hadapan Cleo lalu berlari kencang menyusul Ken. Sedangkan Cleo, hanya bergeming tanpa kata sambil menatap Shasa hingga anak perempuan itu lenyap dari pandangannya. Cleo mengangkat kedua bahunya, membiarkan kebingungan itu lenyap begitu saja. Ah sudahlah, mereka berdua memang aneh. _______________________________________ "Menyesal? Kenapa aku harus menyesal?" tantang Aurora lagi, semakin bersemangat untuk mengalahkan kepercayaan diri Darren. Darren terdiam sesaat, membiarkan perempuan itu menikmati kemenangannya. Ekspresinya tetap tenang, tidak menunjukkan tanda-tanda amarah yang siap meledak. "Kau tidak mengenalku perempuan. Jangan cepat berpuas diri seperti itu. Sangat menyakitkan jika terjatuh dari ketinggian yang sudah sempat kita nikmati keindahannya." Aurora menyipitkan matanya, menatap Darren dengan sedikit mencemooh. "Aku sungguh kasihan padamu, menggunakan kekuasaan mu untuk memiliki seorang perempuan. Aku tidak percaya kau sebegitu rendahnya, memaksa segala sesuatunya menjadi milikmu meskipun kau tahu bahwa cara yang kau gunakan adalah salah. Pantas saja istrimu pergi meninggalkanmu. Menurut perempuan mana yang tahan hidup bersisian dengan lelaki rendah seperti mu. Aku percaya kau juga telah melakukan hal yang sama ketika ingin menikahi istrimu dulu, mengancamnya dengan kekuasaan mu dan membuatnya tidak memiliki pilihan selain memenuhi permintaan mu. Kau seorang lelaki rendahan yang tidak tahu diri." Sedetik ketika Aurora menyelesaikan kalimatnya, suara jeritan keras langsung menggema memenuhi ruangan itu. Aurora memekik kuat saat merasakan rahangnya di cengkram erat seolah seluruh tulangnya hendak diremukkan. Tubuh Aurora gemetaran, matanya berpaling dari hadapan Darren yang menatapnya penuh nafsu membunuh. "Aku sudah pernah mengingatkan mu sebelumnya untuk menutup mulutmu itu bukan? Tetapi kau mengabaikan perintahku dan malah dengan seenaknya berkata buruk tentangku bahkan melemparkan hinaan kental tepat di wajahku. Kau sungguh membuat ku ingin segera menaklukkan mu Aurora, aku bersumpah jika hari itu telah tiba, akan ku pastikan tempatmu adalah di kakiku, hingga aku bisa memijak dirimu sesukaku dan merenggut harga dirimu yang tinggi itu." Darren menambahkan kekuatan cengkramannya di dagu Aurora, menempelkan kuku-kuku panjangnya disana hendak menembus kulit wajah perempuan itu. Air mata Aurora menetes, bibirnya gemetaran karena rasa takut yang luar biasa. Entah apa yang dipikirkannya sehingga berani menantang Darren secara terang-terangan dan mengorbankan kemarahan lelaki itu yang sudah sejak tadi ditahannya. Aurora membuka bibirnya susah payah, hendak berucap namun suaranya tercekat di tenggorokan sehingga membuat mulut Aurora mengatup kembali. "3 hari 72 jam wahai perempuan, aku akan datang kembali untuk menagih jawabanmu." Darren menarik paksa dagu Aurora supaya mendekat padanya, mengabaikan rintihan kesakitan perempuan itu. Kemudian dengan perlahan membawa wajahnya tepat di telinga Aurora, berbisik tegas disana. "Jika tidak, aku akan menghancurkan seluruh panti asuhan ini, membuatnya seperti abu tanpa ada bangkai yang tersisa sedikitpun. Itulah harga yang setimpal untuk kelancangan mu malam ini. Namun semua itu bukan pula sebuah akhir sebab aku masih memiliki banyak hal yang ingin ku tunjukkan padamu. Nanti. Nanti Aurora, setelah kau menjadi nyonya Light, aku pasti akan membuatmu sangat... menderita." Hai hai.... Kami kembali, hihihi Teman- teman jangan lupa tap love yah, gak maksa sih. Kalau menarik di hati readers sekalian gpp dong love nya di tap.? Maaf kalau gak post tiap hari sebenarnya lagi nunggu ACC kontrak dulu. Doain yah cepat Clear, biar up terus deh.... Oh iah kalau ada saran dan masukan boleh banget loh, dipersembahkan untuk memberikan komentar yang positif di n****+ ini. Terimakasih semuanya, sampai jumpa di next chapter ✌️?
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN