Rencana Jahat Valkyrie

2430 Kata
Matahari terasa menyengat sekali siang ini, sinarnya menyapa lima motor matic yang baru saja meninggalkan gerbang sekolah. Beruntung mereka mengenakan jaket denim yang menjadi penghalang sinar surya itu. Outer yang mereka kenakan terdapat teks bertuliskan ‘Valkyrie’. Mereka adalah Natasya dan teman-teman satu geng-nya. Kendaraan yang ditumpangi oleh kesepuluh siswi SMA Pilar Bangsa itu berhenti di sebuah cafe, mereka langsung masuk ke dalam untuk memesan makanan dan minuman sebagai pelipur dahaga dan lapar. Mereka memilih meja yang berada paling pojok karena memang di sana lebih menyenangkan suasananya dan tidak terganggu dengan keluar masuknya para pengunjung cafe. Terlihat seorang pelayan datang menghampiri Natasya dan teman-temannya, di tangan pemuda itu nampak sebuah notes. “Selamat datang di Cafe The Restless, mau pesan apa kakak-kakak?” ujar pemuda berseragam nama cafe tersebut. “Halo, Kak?" ujar salah satu teman Natasya sambil mengulurkan tangannya kepada pemuda pelayan cafe itu. "Aku Putri, salah satu pelanggan tetap di cafe ini. Kamu baru ya kerja di sini?" Mau tak mau pemuda itu menjabat tangan siswi yang berada di samping Natasya, dia berusaha menyematkan sebuah senyum di wajahnya supaya terlihat ramah. “Namaku Dimas, Kak. Ini baru hari kedua kerja di sini," kata pemuda itu sambil mengangguk ke arah Putri. “Dimas, nama yang tampan sekali seperti orangnya yang memesona, ini teman-temanku, Natasya, Winda, Rika, Ana, Ani, Atun, Sarah, Noni dan Diana," kata Putri mengenalkan satu persatu temannya.  Mereka yang disebutkan namanya oleh Putri mengangguk ke arah pelayan cafe itu kecuali Natasya, siswi bermata sipit itu sepertinya masih terbenam dalam amarahnya. Ada yang masih mengganjal dalam hatinya perihal apa yang terjadi saat istirahat tadi di kelas 11 MIPA 1. “Baiklah karena kita sudah berkenalan, mungkin Kak Putri dan teman-teman yang lainnya mau pesan makan atau minum?” ujar Dimas dengan ramah. “Jangan panggil Kakak lah, kita ‘kan semua usianya masih di bawah Kak Dimas. Enggak elok rasanya jika dipanggil Kakak padahal usia lebih muda. Panggil nama saja supaya lebih akrab,” ujar Putri yang dikuatkan dengan anggukan teman-temannya yang belum bicara. “Baik,” kata Dimas sambil mengangguk mengiyakan atas apa yang disarankan oleh siswi bermata bulat itu.”  “Kalau begitu silahkan memesan Putri dan teman-teman semuanya.” Pemuda pelayan cafe itu menyematkan sebuah senyum di ujung kalimatnya. Putri menoleh ke arah Natasya yang belum memberikan respon apa-apa dengan apa yang ditawarkan oleh pelayan cafe, padahal teman-temannya yang lain mulai terlihat sibuk membolak-balikkan kertas menu. “Kamu mau pesan apa, Nat?" ujar Putri bertanya kepada siswi bermata sipit itu. Natasya menoleh sebentar ke arah siswi bermata bulat itu lalu menyandarkan badannya di kursi cafe.  “Aku ikut saja kalian mau pesan apa," kata gadis bermata sipit itu seolah tak peduli. Putri memahami apa yang sedang terjadi dengan teman satu bangkunya itu, pasti masih tentang Amanda dan Ayisha di kelas tadi. Sebenarnya walau Natasya bilang dia ikut saja dengan pesanan dia teman-temannya tapi Putri tidak akan gambling dengan makanan dan minuman yang disukai oleh ketua Valkyrie itu. Biasanya dia tidak menyukai makanan dan minuman tertentu, makanya siswi bermata bulat itu hanya memesankan apa yang biasa dinikmati oleh Natasya di cafe. "Kita pesan roti bakar dengan topping ice cream dan jus alpukat?" kata Putri kepada teman-temannya semua. Mereka mengangguk mengiyakan karena memang biasanya itulah yang mereka nikmati tanpa pernah protes. Jika mau protes pastilah ujungnya harus membayar sendiri tidak ditanggung oleh Natasya. “Pesan roti bakar dengan topping ice cream 10 dan jus alpukatnya juga 10 ya, Kak Dimas,” kata Putri kepada pelayan cafe yang ada di sampingnya. Pemuda itu menuangkan pesanan siswi itu ke dalam notes. "Jadi pesanannya adalah 10 roti bakar dengan topping ice cream dan 10 jus alpukat. Ada yang lain lagi?" kata Pemuda itu kepada Putri, gadis itu menoleh ke arah Natasya yang tidak memberikan reaksi apa-apa atas pertanyaan Dimas. “Sementara itu saja dulu, Kak. Nanti kalau ada lagi kita panggil.” “Oke, roti bakar dan jus alpukatnya silahkan ditunggu ya.” Putri dan teman-temannya belum sempat menjawab ‘iya’ ketika pelayan cafe itu meninggalkan meja mereka. “Ganteng ya, Put?" kata Winda yang ada di samping Putri. Gadis bermata bulat itu tidak mengiyakan apa yang diucapkan oleh Winda, sebuah senyum diberikan sebagai jawaban dari pertanyaan gadis itu. “Iya memang ganteng,” ujar Atun nimbrung tanpa diminta. "Aku mau jadi pacarnya, Win." “Kalau menurut lo siapa juga ganteng, Tun. Kak Dimas ganteng, Kak Jhoni satpam sekolah juga ganteng, Kak Arios ganteng. Siapa juga lu bilang ganteng, Tun,” kata Winda sambil mengakhiri kalimatnya dengan tertawa. “Memangnya mereka itu ganteng semua, gua pikir teman-teman yang lain juga setuju dengan yang lu bilang itu. Iya enggak teman-teman?" Mata Atun berkeliling melihat temannya satu persatu. Pertanyaan gadis bertubuh pendek itu dijawab dengan anggukan kepala anggota Valkyrie. “Tuh, apa kata gua juga, mereka memang ganteng," kata Atun dengan menggenapkan kalimatnya dengan sebuah tawa lebar. Tiba-tiba sebuah gebrakan meja mengalihkan perhatian mereka semua, semua mata tertuju kepada sumber suara, Natasya. Bukan hanya perhatian anggota Valkyrie saja yang melihat ke arah gadis bermata sipit itu, beberapa pengunjung cafe yang berada di dekatnya ikut melihat dan ingin tahu. “Bisa enggak sih kalian sementara ini enggak usah ngomongin cowok dulu? Konsentrasi kepada masalah yang kita alami hari ini di kelas gara-gara si anak baru yang membela si Gendut itu,” kata Natasya dengan tatapan marah kepada teman-temannya. Mereka semua speechless mendengar kalimat yang diucapkan oleh Natasya itu dengan mata berapi-api. Jelas kali dendam masih sangat kuat menggelora di dalam dadanya. “Si Ayisha hari ini sudah mau berani melawan kita dan mempermalukan kita semua di depan kelas. Bisa-bisa besok dia akan mempermalukan kita di depan semua siswa dan siswi SMA Pilar Bangsa jika kita biarkan dia dengan kesombongannya. Kita harus beri pelajaran si Ayisha sebelum menghancurkan nama baik kita semua." Beberapa teman Natasya terlihat mengepalkan tangannya, rupanya gadis bermata sipit itu telah berhasil menularkan rasa bencinya kepada anggota Valkyrie lainnya. Mereka terlihat mengangguk kecil seraya menyusun sebuah rencana di benak mereka masing-masing. “Kalian harus cari tahu cara untuk menaklukkan mereka, gunakan cara yang halus ataupun kasar, cara yang biasa atau cara yang tidak masuk akal. Lakukan apa saja untuk menjatuhkan mereka.” “Gimana kalau kita santet mereka?” kata salah satu dari mereka. Semua mata menoleh ke arah sumber suara yang memantik rasa ingin tahu itu. Ternyata Atun yang memberikan ide kontroversial itu.  "Memangnya masih zaman pakai begituan di era yang serba canggih?" sanggah Winda. “Justru zaman serba canggih ini kita gunakan hal itu, Win. Jadi enggak akan terdeteksi kalau kita melakukan santet itu.” Atun menguatkan idenya dengan memberikan sebuah alasan. “Santet apaan sih?” kata Putri kepada temannya yang ada di sebelah. “Enggak tahu, Put. Gua baru dengar,” siswi itu melengkapi jawabannya dengan sebuah gelengan kepala.  “Gue punya ide nih, gimana kalau kita sewa pembunuh bayaran untuk memusnahkan si Ayisha dan Amanda. Kita enggak perlu capek melakukannya tinggal kontak mereka dan selesai,” kata siswi di ujung meja yang bernama Ana, terlihat sebuah senyum jahat di wajah. Kembaran gadis itu menepuk lengan Ana, dia nampak tidak setuju dengan ide yang dilontarkan oleh adiknya itu. “Enggak sejauh itu juga menurut gue, Na. Jika kita sudah menghilangkan nyawa orang lain aturan mainnya sudah beda, itu sudah bukan urusan dunia lagi tapi juga urusan akhirat." kata Ani sambil menatap adiknya. “Iya benar. Jangan sejauh itu menurut gua,” kata Putri setuju dengan apa yang di sampaikan oleh Ani, kembarannya Ana. "Lagipula jika sampai ke arah sana aku khawatir hukum karma akan berlaku untuk kita." “Memangnya ada hukum karma? Lu udah ngerasain, Put?" kata Ana, sepertinya dia tidak suka idenya dimentahkan begitu saja. Ana tidak keberatan jika kembaran memprotes apa yang disampaikannya tetapi jika orang lain melakukannya dia tidak akan terima. “Belum sih, Na. Tapi gue lihat beberapa kali di media sosial tentang orang yang berbuat jahat dan akhir kejahatan berbalik kepada badan mereka sendiri,” jelas Putri. “Gua enggak percaya dengan yang namanya karma,” kata Ana dengan tatapan kesal. “Kalau lu enggak percaya dengan karma terserah tapi satu hal yang harus diingat, jika kita menggunakan jasa pembunuh bayaran, bagaimana jika akhirnya kita diketahui oleh penegak hukum bahwa kita lah yang membayar mereka untuk menghabisi Ayisha dan Amanda. Hal buruk yang akan terjadi adalah kita akan dipenjara dan disatukan dengan penjahat-penjahat lainnya.” Ana terhenyak, dia speechless saat mendengarkan penjelasan dari Putri tentang akibat selanjutnya yang akan diterima, jika memang ada pembunuh bayaran di antara kebencian Natasya kepada Amanda yang di-backup oleh Ayisha  "Sebentar deh, Guys. Gue ada sesuatu nih buat kalian, mungkin ini bisa dijadikan amunisi untuk mengalahkan mereka. Aku kemarin sempat baca sebuah n****+ di aplikasi n****+ online judulnya adalah Miss Perfect,” kata Noni yang duduk di meja ujung di depan Ana. Dia melihat reaksi teman-temannya dulu sebelum melanjutkan. “Yang menarik dari n****+ ini adalah dia menceritakan tentang apa yang terjadi di sebuah SMA dan sekolah itu namanya adalah SMA Pilar Bangsa yang merupakan nama sekolah kita. Selanjutnya, authornyabercerita tentang kekagumannya kepada seorang Mantan Ketua OSIS yang bernama Arios Sumpah Palapa, yang biasa kita kenal dengan Kak Arios.” “Aku penasaran dengan n****+ ini hingga aku menemukan sebuah nama yang menjadi tokoh protagonis-nya, dia bernama Amanda Maharani Putri yang kita kenal sebagai si Gendut di sekolah. Karakter tokohnya berbeda dengan yang digambarkan di n****+ dengan di dunia nyata, di sana dia adalah siswi maha perfect yang mempunyai keanomalian otak Hyperthemesia. Kelainan otak ini menyebabkan penderitanya bisa mengingat setiap detail semua peristiwa yang pernah terjadi sebelumnya. Memang nama penulisnya adalah Nefertiti, tapi aku yakin itu adalah nama pena dari si Gendut Amanda."  “Mungkin enggak sih itu bukan Amanda si Gendut itu yang menulis? Gue enggak yakin deh dia bisa menulis n****+, orang kayak gitu paling bisanya makan doang,” kata Putri yang ditanggapi dengan anggukan dan senyum teman-temannya. “Bisa saja orang lain sih, Put. Tapi setelah beberapa bab sudah gue lewati, gue kian berkesimpulan bahwa yang menulisnya adalah memang si Gendut Amanda, betapa cintanya dia kepada Kak Arios, di sana juga ada Kak Ferdian anak 12 IPS 2 yang berkenalan dengannya. Bahkan di bab terakhir itu dia menulis nama Natasya sebagai orang yang berubah jahat kepadanya, padahal di bab sebelumnya Natasya adalah orang yang yang mengagumi keanomalian otaknya.” "Gue apa?" kata Natasya dengan nada tinggi, suaranya mengalihkan pandangan teman-temannya dari Noni. "Gue mengagumi si gendut? Apa enggak salah cerita dia? Dasar sakit jiwa." “Awalnya memang mengagumi tapi kemudian menjadi jahat setelah ada gesekan antara Natasya dengan Amanda gara-gara rebutan Kak Arios di salah satu bab,” jelas Noni. “Menurut lu penulis n****+ itu si Gendut?” tanya Natasya kepada Noni yang dijawab dengan anggukan pasti gadis berambut lurus itu. “Gue akan buat ini menjadi bahan untuk menjatuhkan si Gendut, gue akan membuat dia down dengan n****+ halu-nya," kata Natasya dengan nada berapi-api. "Nanti lu kasih komentar yang enggak enak di setiap postingan bab n****+ si Gendut, Non." “Komentar yang enggak enak itu gimana maksudnya? Mencelanya di kolom komentar atau bilang karyanya plagiat atau gimana, Nat?” tanya Noni memastikan. “Terserah kayak gimana enaknya, yang pasti berikan dia komentar yang negatif. Kalau ada tombol dislike, tekan tombol dislike itu. Kalau ada rating turunkan rating-nya. Nanti teman-teman Valkyrie akan membantu untuk meramaikan kolom komentar n****+ si Gendut," kata Natasya mengarahkan. Semua teman-teman Natasya mengangguk, mereka mengerti apa yang harus mereka lakukan selanjutnya terhadap Amanda dan teman sebangkunya Ayisha. Percakapan terjeda saat Dimas datang membawakan pesanan mereka, 10 porsi roti bakar dengan topping ice cream dan 10 jus alpukat. Pemuda itu dibantu oleh seorang pelayan perempuan yang mengenakan rok span. Sebuah ucapan mempersilahkan terdengar dari mulut Dimas setelah semua pesanan diletakkan di atas meja. Pemuda itu mohon pamit untuk meninggalkan meja mereka. "Sebentar, Kak Dimas," ujar Putri. Kalimat siswi itu menghentikan langkah pemuda berseragam nama cafe tersebut. "Iya, Put? Ada lagi yang mau dipesan?" tanya Dimas. "Aku pesan Kak Dimas boleh enggak, Kak?" kata Putri dengan sebuah senyum di wajahnya. Dimas mengerutkan dahi, dia tidak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh siswa yang berada di samping Natasya itu. "Bagaimana maksudnya, Put?" "Sudah lupakan saja, Kak," ujar Putri yang disambut dengan senyum teman-temannya. "Aku boleh minta nomor kontak, Kakak?" “Boleh,” kata pemuda itu sambil mengangguk. Gadis itu menyadarkan ponselnya ke Dimas yang yang berdiri kurang dari satu meter dari meja. Pemuda itu menerima ponsel yang diberikan Putri lalu mengetikkan 12 digit angka di sana, dia lalu memberikan telepon genggam itu kembali ke sang Empunya. “Terima kasih ya, Kak.” “Sama-sama, Put. Aku mohon pamit.”  “Iya, Kak. Hati-hati.” ujar Putri yang diikuti oleh Atun. Pemuda itu mengayunkan langkahnya meninggalkan Valkyrie yang mulai menikmati hidangan yang ada di atas meja mereka. “Jangan rindu, Kak. Rindu itu berat,” sambung Putri setelah Dimas sudah tidak terlihat lagi punggungnya, “Ampun si Putri bucin banget,” celetuk Winda sambil menggelengkan kepalanya. “Apaan sih lu, Win, namanya juga gua usaha. Ingat Kak Dimas punya gue jangan ada yang naksir lagi," kata Putri sambil menatap satu persatu temannya dengan tatapan mengancam. “Santai aja, Win di SMA PB banyak cowok ganteng. Lagian bukan tipe gue pacaran dengan pelayan cafe,” celetuk Ana dari ujung meja sana. "Bacot banget lu, Na." Putri tersungut mendengar kalimat yang diucapkan oleh Ana, dia tidak senang dengan ucapan kembarannya Ani itu. “Sudah jangan pada banyak omong, sekarang nikmati roti bakar dan jusnya, setelah itu susun rencana untuk menghancurkan si Gendut dan Ayisha. Gua mau malam ini kalian serang akun n****+ si Gendut dan besok kita serang orangnya di kelas," ujar Natasya. Kalimat yang diucapkannya menghentikan pembicaraan yang mulai menegangkan di antara salah satu anggota Valkyrie “Tapi gimana kalau besok dia masih dibantu Ayisha?” kata Winda ragu sambil meraba pipinya yang tadi pagi kena tamparan siswi berambut pirang itu. “Jangan khawatirkan si Ayisha, besok kita enggak main fisik tapi kita main ini," kata siswi bermata sipit itu sambil menunjuk pelipisnya menandakan bahwa besok mereka akan menggunakan otak untuk menyerang Amanda. "Kita buat pengumuman di mading sekolah tentang n****+ yang ditulis oleh Amanda yang tergila-gila dengan Kak Arios, jangan lupa tambahkan di sana kata Tukang Halu, Tukang Khayal atau apapun kira-kira yang langsung kena mental si Gendut." “Nice idea itu, bisa kita eksekusi besok.” Putri memberikan jempol tangan kanannya setelah mengucapkan kalimat itu. “Bukan besok eksekusinya, kita buat sekarang supaya besok pagi-pagi semua siswa sudah bisa membaca pengumuman di mading sekolah,” perintah Natasya. Ada 9 orang yang ada di hadapan siswi bermata sipit itu, mereka mengangguk sebagai tanda mengerti dan paham dengan apa yang diinginkan oleh Natasya . 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN