Baku Hantam di Dalam Kelas 11 MIPA 1

1126 Kata
Kedua siswa kelas 11 MIPA 1 itu berpisah dengan Arios yang menuju kelasnya yang berada di ujung selasar gedung depan, Amanda dan Ayisha melanjutkan langkahnya menuju ke kelas dengan tergopoh. Terlihat beberapa guru mata pelajaran sudah mulai masuk ke kelas masing-masing untuk mengajarkan subjek yang mereka ampu. Kedua gadis itu kian tergesa karena khawatir hal tersebut juga sudah terjadi di kelasnya. Dada mereka deg-degan saat melihat pintu kelas tertutup rapat, kesimpulan yang pertama diambil adalah sudah ada guru di dalam kelas. Ayisha dan Amanda mempercepat lagi langkah kakinya.  Sebuah ketukan di pintu dilakukan oleh Ayisha untuk meminta izin masuk ke dalam kelas, namun setelah menunggu beberapa detik tidak ada respon dari dalam. Siswi berambut pirang itu mengetuk lagi dan yang kedua ini pun sama, tidak ada yang keluar atau membukakan pintu. Gadis berambut pirang itu mendekatkan telinganya ke pintu, berusaha mendengarkan suara guru yang ada di dalam. Tidak terdengar apa-apa dari dalam sana, hanya ada suara mengobrol siswa-siswi kelas 11 MIPA 1. Itu berarti kelas masih kosong, mengapa pintunya ditutup rapat? Ayisha memberanikan diri untuk membuka pintu kelas, ternyata memang benar dugaannya, belum ada guru yang masuk ke dalam kelas. Gadis berambut pirang itu menoleh ke arah Amanda sambil menghela napas lega. Kedua teman sebangku itu melangkahkan kaki mereka ke dalam ruang kelas. Terlihat Natasya sedang berdiri tak jauh dari ambang pintu, di hadapannya ada teman-teman satu geng-nya. Mereka nampak sedang membahas sesuatu yang penting. Amanda tiba-tiba teringat dengan hal yang terjadi tadi di Warung Ibu tadi. Benaknya berkata, jangan-jangan mereka sedang merancang sesuatu yang berkaitan dengan dirinya atau Ayisha.  Benar saja apa yang dikatakan oleh benaknya tadi, setelah Ayisha menjauh Natasya datang menghampirinya sambil menarik kerah bajunya. Tentu saja apa yang dilakukannya tidak tidak banyak berpengaruh karena memang badan siswi bermata sipit itu tidak terlalu besar kuat sedangkan lawan yang ditarik ke arahnya itu mempunyai berat lebih 85 kilogram. "Gua nggak suka lu dekati Kak Arios, mulai hari ini dan seterusnya jangan pernah dekati lagi Kak Arios, dia itu pacar pacar gua,” kata Natasya dengan suara tinggi. Suara Natasya yang membahana membuat Ayisha menoleh, setelah melihat teman sebangkunya ditahan oleh Natasya dia segera berbalik arah. “Woy, lepasin teman gua!” kata siswi berambut pirang itu sambil berkacak pinggang, wajahnya terlihat galak. “Lu enggak usah ikut campur, Anak baru. Ini urusan gue sama si Gendut," kata Natasya dengan suara tak kalah sengit.. “Gimana gua enggak mau ikut campur, lu memperlakukan teman gua kayak gitu," kata siswi berambut pirang itu dengan mata melotot. "Lepaskan dia, sekarang!" Natasya melepaskan tangannya dari kerah baju siswi bertubuh gempal itu, bukan karena kalimat yang diucapkan oleh Ayisha tetapi dia gemas karena ikut campurnya siswi baru itu dengan urusannya. Natasya melangkah mendekati siswi berambut pirang itu yang masih berkacak pinggang. Teman-teman satu geng siswi bermata sipit itu melangkah di belakangnya untuk memberikan backup jika dibutuhkan. “Lu sebenarnya mau apa, Bocah baru?” kata Natasya sambil menunjuk siswi berambut pirang itu. “Udah jelas banget apa yang gua mau, lu lepasin temen gua. Gua anggap hal tadi enggak pernah terjadi. Itupun kalau lu enggak mengulangi lagi apa yang dilakukan tadi,” jelas Ayisha. “Hah? Gua mau ulangi lagi atau enggak, itu bukan urusan lu. Jangan ikut campur urusan gua dengan si Gendut, Bocah baru.”  “Kalau lu masih ganggu Amanda gua akan masih tetap bantu dia, dan itu artinya akan ada gesekan di antara kita lagi.” “Sombong banget lu!” kata siswi bermata sipit itu, dia melangkah mendekat ke arah Ayisha yang belum berganti gaya dari berkacak pinggang.  Tangan Natasya bergerak cepat hendak menyentuh pipi Ayisha, namun yang terjadi adalah tangan kiri siswi berambut pirang itu menangkis tangan tersebut. Suasana hening seketika saat tamparan Natasya dimentahkan oleh siswi berambut pirang itu. Seisi kelas melihat apa yang terjadi kepada mereka, beberapa di antaranya merasa gemas dan cemas dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, tetapi ada juga yang mengharapkan tontonan gratis dan menarik di kelas 11 MIPA 1 itu.  Tangan Ayisha mampir ke pipi Natasya dengan keras, sehingga menimbulkan suara yang mengalihkan perhatian semua isi kelas kepada dua gadis itu.  Suasana hening, mereka tidak menyangka Ayisha berani melakukan hal yang tak terduga kepada Natasya, pimpinan geng Valkyrie. Tentu saja siswi bermata sipit itu tidak mau kehilangan muka di depan banyak orang, telapak tangannya meluncur kembali menuju pipi Ayisha, hal yang sama terjadi, tangan kiri siswi berambut pirang itu menangkis tangan Natasya dan disusul dengan tamparan keras ke pipinya. Gemas dengan yang terjadi dengan dirinya, Natasya hendak menyerang bagian kepala siswa yang di hadapannya, kedua tangan siswi bermata sipit itu menjambak rambut Ayisha yang sebahu, namun belum sampai terlaksana keinginan meluapkan amarahnya sebuah pukulan keras mampir ke perut sisi bermata sipit itu. Tangan gadis itu terlepas dari kepala Ayisha karena tangannya memegang perut yang kesakitan. Melihat apa yang terjadi dengan pimpinan mereka, anggota satu geng itu bersamaan menyerbu siswi yang telah memperlakukan Natasya dengan tidak hormat. Namun tamparan keras mampir ke mereka pipi masing-masing, mereka pun urung melakukan serangan balasan kepada Ayisha. Salah satu dari mereka nekat untuk melakukan lebih daripada teman-temannya,  dia menyerang siswi berambut pirang itu kembali dan hasilnya dia mendapatkan apa yang diterima oleh Natasya, pukulan keras di bagian perut. “Sudahkah? Masih ada lagi enggak yang masih ingin merasakan pipi panas atau perutnya sakit? Ayo sini maju!” kata Siswi berambut pirang itu dengan berkacak pinggang kembali. Natasya dan teman-temannya menunduk, mereka masih memegang bagian tubuh mereka yang terkena tamparan dan pukulan. Siswi bermata sipit itu menggeleng. “Cukup hari ini, Ayisha.” kata Natasya sambil menatap sekilas siswi berambut pirang itu. “Bukan cuma untuk hari ini, Nat. Besok-besok kalian jangan ulangi lagi apa yang selalu kalian lakukan kepada teman gua. Jauhi Amanda, jika kalian merasa masih sayang dengan badan kalian. Mengerti?” Beberapa di antara mereka menunduk mengangguk dan beberapa lagi tidak peduli dengan apa yang dikatakan oleh Ayisha tadi, terutama Natasya yang langsung melangkahkan kakinya untuk duduk di bangkunya. Suasana hening, tidak ada yang berani berkomentar dengan apa yang baru saja terjadi. Mereka tidak menyangka siswi yang baru beberapa hari menjadi penghuni kelas 11 MIPA 1 itu begitu berani mengalahkan Natasya dan mempermalukannya di depan kelas. Ayisha mengulurkan tangannya untuk mengajak Amanda kembali ke bangku. Ada rasa khawatir yang bersemi dalam d**a gadis bertubuh gempal itu dengan apa yang akan dilakukan oleh Natasya nanti di saat tidak adanya Ayisha. “Semoga saja dia kapok hari ini,” gumam gadis bertubuh gempal itu dalam hatinya. “Tapi walau bagaimanapun sepertinya gua wajib banget belajar beladiri untuk momen menyebalkan seperti ini.” Seorang guru mengetuk pintu kelas diikuti dengan sebuah salam yang diucapkan olehnya, dengan serempak semua siswa 11 MIPA 1 itu menjawab salam, termasuk Natasya dan teman-teman satu gengnya yang masih berusaha berkompromi dengan panas di pipi dan sakit di perut.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN