Hampir saja Amanda Mengulangi kesalahan yang sama, datang telat ke sekolah, beruntung beberapa detik sebelum satpam tampan itu mengunci gerbang dia sudah ada di sana jadi masih diizinkan untuk masuk. Gadis bertubuh gempal itu menyempatkan untuk melihat kepada pemuda yang berseragam security, hatinya berdesir sesaat saat indera penglihatannya merambati wajah sang ssatpam. Tiba-tiba benaknya teringat kepada kejadian tadi subuh saat bertemu dengan Arios di rumahnya saat bangun tidur.
"Alangkah indahnya jika apa yang terjadi tadi pagi di rumah berulang lagi esok, aku rela jika Kak Arios tidur di kamarku dan aku yahg tidur di sofa ruang tamu. Enggak apa-apa apa aku melakukannya untuk calon imam dan Abi dari anak-anakku yang belum lahir," gumam gadis itu dalam hati sambil meninggalkan lapangan parkir itu.
Gadis bertubuh gempal itu melangkahkan kakinya menuju kelas dengan sedikit tergesa, jika tidak cepat di akan menjadi bahan tertawaan seisi kelas terutama Natasya yang yang mulutnya tidak pernah bisa dikondisikan saat di kelas. Natasya itu walaupun ketua kelas tingkahnya menyebalkan sekali sebagai manusia yang hidup, mungkin dunia akan lebih indah tanpa kehadiran ketua kelas 11 MIPA
Amanda terkejut saat ternyata kelasnya sudah masuk dan ada guru di sana, di ambang pintu dia sempat mengerutkan dahinya karena tidak mengenal dengan guru muda yang sedang duduk di meja paling depan itu. Mungkinkah dia guru baru, mengajar apa dia?
Amanda mengetuk pintu hingga seisi kelas melihat ke arahnya, beberapa di antaranya tersenyum karena dia terlambat. Hati Amanda menjadi tenang karena saat guru baru itu melihat ke arahnya di menyematkan sebuah senyum, manis sekali senyumnya itu.
"Silahkan masuk!" kata guru muda itu.
Amanda menghela naUAS lega karena dipersilahkan masuk oleh guru baru itu, dia menyimpulkan bahwa sosok yang sedang berdiri di depan kelas itu UASti adalah guru yang baik. Gadis tubuh gempal itu menuju tempat duduknya, di mana ada seorang gadis berambut pirang menyambutnya dengan sebuah senyuman.
"Hampir saja kamu telat, Manda" kata gadis berambut pirang itu.
"Iya hampir saja, Aisya," gadis bertubuh gempal itu berusaha menyematkan senyum di wajahnya. "Siapa dia, Ay?"
“Guru baru, Manda."
"Iya aku tahu dia guru baru, tapi siapa namanya?"
"Mana aku tahu, dia belum memperkenalkan namanya. Dia baru aja masuk sebelum kamu masuk tadi."
“Oh, aku kira dia sudah lama.”
“Enggak, baru sebentar aja kok.” Ayisha melengkapi kalimatnya dengan sebuah gelangan kepala.
“Mohon perhatiannya anak-anak, Nama saya adalah Romi, tadi sudah saya katakan bahwa saya akan mengajar bahasa Indonesia menggantikan guru kalian sebelumnya. Kebetulan saya masih single, alamat rumah enggak jauh dari sini. Saya rasa cukup perkenalannya, tetapi jika ingin ada yang ditanyakan silakan.”
Mulai terdengar bisik-bisik di barisan siswi akan status guru baru itu yang masih single, suatu hal yang wajar sebenarnya karena memang guru muda itu terlihat good looking, badannya tinggi dengan wajahnya yang bisa dibilang tampan tapi wajahnya cukup menarik.
“Boleh tahu nomor whatsaap-nya enggak Pak?” kata salah seorang siswi perempuan. Amanda ikut menoleh untuk melihat siapa yang berani bertanya seperti itu. ternyata itu adalah itu adalah temannya Natasya. Gadis bertubuh gempal itu itu menggelengkan kepalanya.
“Boleh saja, tapi saya ini orangnya slow respon, kalau ada chat enggak langsung dibales. Tunggu dulu selama 2 jam, sehari atau hari, seminggu, dua minggu, setahun, Insyaallah chat-nya saya balas.” Suara semakin riuh di barisan siswi perempuan, terutama di bagian siswi yang tadi bertanya tentang nomor w******p si guru tersebut.
“Lama amat balasnya, Pak, enggak sekalian seabad aja,” kata salah satu siswi yang dijawab senyum-senyum teman sekelasnya.
“Ya memang seperti itu, saya orangnya tipe yang enggak akrab dengan ponsel, pekerjaan saya biasanya saya kerjakan di laptop. Kalau mau chat silahkan saja, saya akan bales saat saya sempat.”
Guru muda itu menuliskan 12 digit angka di papan tulis, beberapa siswa antusias untuk menyalin apa yang ada di papan tulis itu dan memindahkannya ke buku tulis. Beberapa di antaranya langsung menyimpannya di ponsel mereka masing-masing. Beberapa di antaranya malah ada yang iseng langsung mengirimkan chat berupa huruf ‘p’ ke nomor tersebut.
“Silakan ditulis di-save kalau perlu di print dan ditempel di kamar mandi. supaya kalian ingat nomor ponsel saya,” kata guru itu dengan sebuah senyum kecil, beberapa siswa menggelengkan kepala atas gaya humor guru baru itu.
“Ada satu lagi, saya enggak suka di-spam. jadi UAStikan di saat kalian chat saya jangan menggunakan huruf ‘p’. Apa itu maksudnya? Biasakan untuk sopan saat memulai berkirim pesan, enggak hanya kepada saya sopannya, kepada guru lain atau orang-orang yang kalian anggap wajib dihormati biasakan menggunakan salam dengan lengkap. Untuk kalian yang beragama Islam biasakan menulis ‘assalamualaikum’ atau lebih lengkapnya ‘assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh’. Jangan menuliskan ass atau askum atau apalah kira-kira yang isinya tidak pantas. Mengucapkan salam itu artinya kita mendoakan orang lain kebaikan yang insya Allah kebaikan itu akan kembali ke pada kita sebagai orang yang mendoakan titik paham ya?”
“Iya, Pak,” jawab mereka bersamaan.
“Baik, aebagai permulaan pelajaran kita nanti disaat UTS atau UAS Saya akan meminta kalian menulis sebuah artikel yang bisa kalian upload di mana saja, di blogspot misalnya atau di web atau di portal portal berita yang mengizinkan penulis-penulis baru untuk mengisi di sana misalkan di komUASiana.com. Materi yang kalian bahas boleh apa saja, saya ulangi boleh apa saja, mau tentang sekolah tentang politik tentang asmara, tentang mantan, tentang siapapun tentang apapun.”
“Silakan ditulis, nanti link-nya kirimkan ke saya di chat w******p ini," kata guru itu sambil menunjuk 12 digit nomor ponsel yang masih terpampang jelas di atas papan tulis putih.
Mulai terdengar bisik-bisik di depan guru baru itu, beberapa siswa mulai mengeluh karena merasa tugasnya berat. Beberapa yang lain tersenyum karena menurut mereka tugas itu sangatlah mudah untuk mengisi tugas UTS atau UAS. Beberapa di antara mereka walaupun masih sebagian kecil sudah mulai belajar menulis di blogspot dan website.
Amanda tersenyum karena menurutnya itu bukanlah sebuah hal yang berat, sebagai penulis n****+ online dia sudah terbiasa untuk menuangkan kata menjadi kalimat dan kalimat menjadi paragraf dengan sangat mudah. Tetapi pertanyaannya adalah, bolehkah menuliskan n****+ karena yang diminta adalah menuliskan artikel? Apakah harus aku tanyakan hal itu tapi kayaknya jika aku bertanya di kelas ini UASti akan banyak pertanyaan pertanyaan mengapa aku beginilah-begitulah. Mungkin ada baiknya nanti aku chat aku tanyakan langsung kepada Pak Romi.”
"Jadi sebenarnya untuk UTS atau UAS itu ada tugas ada tes yang dikerjakan di sekolah enggak Pak?" kata Natasya sambil mengangkat kanan tangannya tinggi.
“Untuk tugas menulis itu adalah tugas pelengkap, artinya jika kalian ikut UTS atau UAS itu nilainya otomatis akan ditambahkan, misal hasil tesnya kurang bagus makan akan ditambahkan dengan tugas artikel tersebut. Hal yang harus kalian ketahui dari menulis ini adalah kalian akan menjadi lebih piawai memilah kata menjadi kalimat.”
“Bagaimana dengan mereka yang tidak mengerjakan tugas artikel itu, Pak? Apakah nilainya bisa diganti dengan yang lain? Terus kalau misalkan menulis itu apa harus artikel? Enggak boleh yang lain? Puisi misalnya, cerpen misalnya?" kata Natasya bertanya.
“Kalian boleh menulis apa saja selain artikel seperti ... tadi siapa tadi namanya?” kata guru itu sambil melihat ke arah Natasya.
“Natasya, Pak,” kata Natasya dan beberapa teman satu geng-nya bersamaan.
“Iya Natasya. Terima kasih atas pertanyaannya. Apakah harus artikel saja yang ditulis? Bolehkah menulis puisi atau cerpen? Jawabannya adalah boleh, selama kalian meng-upload-nya ke media digital. Silakan pilih sendiri di mana, blogspot, website atau wordpress atau apapun yang kalian ketahui. Bagaimana dengan mereka yang tidak mengerjakan tugas artikel? Jawabannya adalah tentu saja nilainya tidak akan sama antara mereka yang hanya ikut UTS atau UAS dengan yang mengerjakan tugas tambahan. Kalian bisa simpulkan sendirilah seperti apa.”
Seorang siswi mengangkat tangannya, dia duduk di samping kiri Natasya, nampaknya ada yang kurang jelas yang ingin ditanyakan oleh gadis berjilbab itu.
“Maaf, Pak, saya mau bertanya,”
“Iya, silakan. Maaf siapa nama kamu?”
“Amelia, Pak.”
“Silahkan Amelia mau bertanya apa?”
“Kalau menulisnya di media sosial bagaimana, Pak? Bolehkah?”
“Seperti saya sudah bilang tadi, kalian bisa menulisnya di mana saja sepanjang di-upload ke internet, saya ulangi supaya semuanya jelas, kalian bisa menulisnya di mana saja, bisa di blogspot WordPress, website, media sosial seperti i********:, f*******: atau yang lain, boleh juga ke portal berita portal berita lainnya. Sudah jelas ya, Amelia?” kata guru bahasa Indonesia itu sambil melihat ke arah siswi berjilbab tadi.
Amelia mengangguk mengerti, teman-teman yang lainnya yang kebetulan memiliki pertanyaan yang sama dengan gadis itu merasa puas dengan jawaban yang diberikan oleh Pak Romi, untuk menulis paragraf yang panjang itu akan menjadi hal yang lumayan berat jika terbiasa menuliskan kalimat-kalimat pendek seperti puisi.
Terlihat sebuah tangan mengangkat dari pojok dari bagian tengah barisan paling belakang, seorang siswa berbadan besar nampaknya ingin bertanya.
"Ya silakan yang mau bertanya, Siapa nama kamu?"
"Nama saya Azam, Pak, ingin bertanya," kata siswa berbadan besar itu dengan suara yang berat. Suaranya membuat siswa dan siswi kelas 11 MIPA 1 itu cekikikan karena merasa lucu.
"Silakan, Zam.”
"Bagaimana jika puisinya dibuat video, Pak?" katanya.
"Bagaimana maksudnya, Zam?”
"Jadi saya menulis puisi, lalu saya buat videonya dan saya upload ke YouTube, Bolehkah seperti itu Pak?"
"Boleh, Zam. Apalagi kamu tambahkan background musik yang bagus untuk puisi kamu itu, jadi konsepnya nanti yang kamu buat adalah musikalisasi puisi. Jika kalian ingin tahu Musikalisasi puisi itu seperti apa boleh browsing di YouTube cari dengan keyword 'musikalisasi puisi' atau cari normantis TV atau Norman Adi Satria."
Beberapa siswa yang kebetulan menggengam ponsel di tangannya langsung membuka YouTube dan mencari apa yang baru saja dikatakan oleh guru bahasa Indonesia itu.
"Saya harap kalian semua bisa mengumpulkan tugas dengan baik supaya skor di raport-nya maksimal. kita akan belajar lebih banyak di dunia literasi entah literasi old style atau digital."
Guru itu melanjutkan mengajarkan materi bahasa Indonesia yang diampunya, beberapa siswa mulai merasa senang dengan kehadiran guru itu yang mengajar dengan gayanya yang baru, Guru yang lama hanya mengajar dengan menggunakan media papan tulis untuk menuliskan apa yang diajarkan.