Bel istirahat meraung keras beberapa menit lalu, hampir semua siswa tergopoh untuk menuju kantin. Mereka berniat untuk charging ulang perut mereka yang sudah mulai kekurangan daya. Seperti biasa konsentrasi mereka terbagi menjadi, beberapa bagian menunjuk kantin yang ada dalam lingkungan sekolah dan yang lain menuju warung-warung yang ada di sekitar perumahan warga.
Ayisha mengajak Amanda untuk ke Warung Ibu, awalnya gadis bertubuh bertubuh gempal itu agak risih jika harus ke sana, karena tempat itu adalah tempat nongkrongnya siswa-siswa yang ada dalam pantauan pihak sekolah khususnya bidang kesiswaan. Gadis berambut pirang itu berhasil meyakinkan teman satu bangkunya dengan menjual nama Arios. Mendengar nama itu Amanda langsung bersemangat.
"Mengapa sih kamu mengajak aku ke warung Ibu lagi?" tanya Amanda saat mereka berjalan mengayunkan langkah ke sana.
Ayisha tersenyum mendengar pertanyaan teman sebangkunya itu. Dia juga sebenarnya tidak tahu alasan mengapa dirinya saat istirahat ingin ke Warung Ibu bukan ke kantin sekolah. Mungkinkah dia ingin bertemu dengan Ferdian? Tapi kan dia itu kakak kelasnya yang tidak enak diajak ngobrol dan otaknya agak lemot.
"Jadi enggak mau nih ke warung Ibu?” kata gadis berambut pirang itu sambil tertawa. "Kalau enggak mau ya balik lagi aja, kita ke kantin sekolah. Itu berarti kita tidak akan bertemu dengan kakak kelas pujaan kamu itu Arios Sumpah Palapa."
"Bukan enggak mau, Ayisha. Aku kan bertanya, seingatku kalau kita berarti akan bertemu dengan Kakak kelas yang mendekati kamu dan seingatku juga kamu itu enggak suka dengan dirinya karena otaknya lambat."
“Aku sih enggak masalah dengan lambatnya otak kak Ferdian, Manda. Karena aku juga belum memutuskan untuk membuka pintu dan mengizinkan dia masuk ke dalam hidupku. Aku senang saja diperlakukan seperti seorang Putri oleh dirinya, dianggap penting dan dilayani.”
Amanda mengangguk-angguk perlahan, dia mengerti ternyata motivasi teman sebangku yang berambut pirang itu adalah seperti itu.
“Bagaimana hubungan kamu dengan Kak Arios, Manda?"
Gadis bertubuh gempal di sampingnya itu menoleh kepadanya dan mengerutkan dahi atas pertanyaan yang dilontarkan oleh Ayisha.
“Hubungan apa? Aku dan Kak Arios itu enggak ada hubungan apa-apa. Kamu bisa aja, Ayisha." Amanda tersipu.
"Aku kira kamu ada apa-apa mantan ketua OSIS itu," kata gadis berambut pirang itu sambil tertawa.
"Aku inginnya ada apa-apa sih sebenarnya dengan Kak Arios, tapi bisa kamu lihatlah aku dan Kak Arios itu beda 360 derajat. Dia adalah pemuda yang saat lawan jenis melihat kepadanya berdecak kagum sedangkan diriku dilihat orang saja tidak, bahkan mungkin ada beberapa dari mereka yang melihat aku dengan rasa jijik. Badanku ini seperti buntelan kentut," ujar gadis itu sambil menunduk, dia menelan ludah meratapi dirinya.
"Apa'an sih, Manda? Jangan ngomong kayak begitu."
"Loh iya kan, Ay. Aku ini bukan cewek yang menarik, badanku gendut, kulitku hitam dan jika dilihat jauh dari kata cantik."
Ayisha menghentikan langkahnya, dia menatap sekilas wajah teman sebangkunya. Gadis berambut pirang itu baru mengetahui kalau Amanda adalah sosok orang yang tidak percaya diri dengan keadaan dirinya.
"Kecantikan itu relatif, Manda, dan semuanya akan menemukan jodohnya pada akhirnya. Ada cowok yang suka dengan gadis yang putih tapi ada juga yang suka dengan yang berkulit hitam, ada cowok yang suka dengan cewek yang langsing tapi ada juga yang suka dengan cewek yang gemuk. Ada juga yang suka dengan wajah cewek yang cantik tetapi yang kurang cantik pun ada."
Amandha menghela napas dalam, dia paham sekali dengan kalimat yang diucapkan oleh gadis berambut pirang itu. Sebuah kalimat hiburan yang luar biasa, tetapi untuk dirinya itu bukanlah sebuah kalimat hiburan karena dia memang merasa tidak terhibur sama sekali.
"Mudah bagimu mengatakannya, kamu cantik, langsing . semua cowok suka padamu tanpa menggunakan butuh waktu yang lama, tetapi bagiku itu sangatlah berat. Dengan tubuh gendut dan kulit hitam seperti ini, mana ada cowok yang datang menghampiriku, apalagi memintaku untuk menjadi kekasihnya."
Terlihat sebuah senyum di wajah gadis berambut pirang itu mendengarkan apa yang diucapkan oleh teman sebangkunya itu.
"Ya memang, tapi ada satu hal yang harus kamu yakini kita semua mempunyai jodoh masing-masing, yakini iini terus hingga pada suatu hari nanti kamu akan menemukan sendiri."
"Tapi Ayisha ...."
"Sudah enggak usah dibahas lagi, ini akan jadi pembahasan yang panjang sekali. Ayo kita warung Ibu nanti keburu bel," ajak gadis berambut pirang itu sambil mengayunkan langkah, dia meninggalkan Amanda yang masih mematung
Mau tak mau gadis bertubuh gempal itu mengikuti langkah teman sebangkunya karena tidak mungkin dia berbalik arah untuk ke kantin sekolah. Lagi pula apa yang akan dilakukannya di sana jika orang yang menjadi pujaan hatinya ada di Warung Ibu?
Setiap orang mempunyai jodohnya masing-masing, maka aku memilih Kak Arios sebagai jodohku. Biarlah dia menjadi abi dari anak-anakku yang belum lahir, aku rela menjadi istrinya.
Warung Ibu sudah terlihat dari posisi mereka berjalan, seperti biasa tibanya kedua gadis itu menjadi hal menarik untuk diperhatikan. Siswi berambut pirang yang cantik dan yang satu lagi bertubuh gempal dan sama sekali tak menarik.
Amanda sebenarnya selalu risih dengan tatapan siswa-siswi lain yang ada di Warung Ibu saat dia dan Ayisha tiba di sana.
Sesaat kaki kedua gadis itu memasuki beranda warung seorang siswa berambut gondrong datang menyambut mereka dengan gembira.
"Selamat datang di Warung Ibu wahai Putri yang cantik," kata siswa itu dengan bersemangat sekali.
"Apaan sih, Kak Ferdian? Di sini enggak ada yang namanya Putri, namaku Ayisha dan itu Amanda," ujar gadis berambut pirang itu menanggapi kalimat yang dilontarkan oleh Kakak kelasnya tadi.
"Oke, aku ukang lagi. Selamat datang di Warung Ibu wahai Putri Ayisha yang cantik. Ayo silakan duduk," Siswa berambut gondrong itu mengajak siswi berambut pirang itu dan Amanda menuju tempat yang kemarin mereka duduki
Mata Amanda sekilas melihat Arios sedang berbincang dengan seorang siswi, badannya yang membelakangi membuat Amanda tidak mengenali siapa yang sedang berbincang dengan Kakak kelas pujaannya itu. Terlihat jelas sekali mantan ketua OSIS itu sangat senang berbincang dengan gadis yang ada di hadapan. Siapa sebenarnya siswi itu? Apakah aku mengenal dia?
Gadis bertubuh gempal itu sejenak mengabaikan pemandangan yang tidak enak di otaknya itu, dia mengikuti langkah Ayisha yang sedang dipandu oleh Ferdian menuju tempat di mana mereka akan duduk.
"Kalian mau makan apa?" kata Ferdian sesaat setelah mereka duduk.
Ayisha menoleh ke arah Amanda sepertinya dia ingin bertanya apa yang diinginkan oleh teman sebangkunya itu.