Gadis Gendut Item

1434 Kata
Bel pulang sudah meraung keras sejak setengah jam lalu, kini kelas hanya menyisakan siswa-siswi yang kebagian piket membersihkan kelas. Di kelas 11 MIPA 1 selain mereka yang mendapat giliran piket masih terlihat seorang siswi yang duduk termangu di kursinya. Di tangannya nampak sebuah ponsel dengan sebuah pesan yang ingin dibalasnya namun tidak ada kata yang berhasil dirangkai. “Aku mesti balas bagaimana ini dengan chat-nya Kak Arios, dia sekarang pasti sedang menunggu di lapangan parkir sekolah. Apa yang harus kulakukan?” kata gadis itu sambil menghela napas panjang. Amanda menyandarkan tubuhnya ke tembok sambil duduk di kursinya. Dia harus membuat sebuah rencana yang akan dilakukannya bersama Arios beberapa menit ke depan. Namun tak ada satu pun siasat yang mampir ke benaknya. Otaknya stuck dan tidak bisa memikirkan apa-apa karena bingung. Gadis bertubuh gempal itu menghela napas panjang lagi untuk sekadar melepas gundahnya, waktu masih terus berjalan tek mempedulikan apa yang dirasakannya. Pastilah Arios di sana sedang menunggunya dengan ketidakpastian. Terlihat seorang guru berjalan di selasar kelas, dia adalah guru BK yang tadi sempat masuk kelas jam pertama menggantikan guru mata pelajaran bhasa Inggris. Di benak Amanda langsung terbit sebuah ide saat melihat laki-laki setengah baya itu yang berjalan santai, hal inilah yang akan dijadikan alasan kepada Arios supaya tidak menunggunya terus di parkiran. Setidaknya jika mantan Ketua OSIS itu sudah tidak ada di sana dia akan memikirkan lagi siasat yang akan digunakannya. Amanda menatap layar ponselnya kembali, dia melihat chat Arios yang belum dibalasnya sejak tadi karena sedang mencari alasan yang tepat. Gadis bertubuh gempal itu kemudian menggerakkan jemarinya untuk merangkai kalimat yang mungkin akan masuk akal. “Kak, bisakah kita bertemu di lokasi saja?Aku mendadak harus bertemu Pak Malik dulu?” tulis gadis itu di pesan w******p. Dia menekan tombol kirim, dalam sedetik chat-nya sudah centang dua biru. “Bertemu Pak Malik? Guru BK itu?” balas Arios di pesan itu. “Iya, Kak.” “Kamu ada masalah apa sehingga harus bertemu Pak Malik?” “Enggak, bukan ada masalah, tapi harus bertemu Guru BK itu,” tulis Amanda di pesan itu mencari alasan. Dia lalu mengetik lagi. “Bisa kan, Kak? Kalau bisa Kakak share lokasi yang akan kita tuju.” “Bisa sih, tapi jangan lama ya. Aku enggak suka nunggu terlalu lama, Manda.” Sebuah emoticon sedih terlihat di belakang kalimat di pesan itu sebagai penutup. “Siap, Kak. Mungkin sekitar setengah jam dari sekarang,” tulis gadis itu. Sebenarnya Amanda sendiri tidak yakin dengan angka itu, entah setengah jam dari sekarang dia akan menemukan ide lain atau tidak. “Oke, kalau begitu. Kita nanti bertemu di Saung Sehati, lokasinya tak jauh dari perempatan arah Utara sekolah. Dari perempatan ambil kiri dan lokasinya ada di sebelah kiri jalan.” “Noted, Kak.” “Sampai jumpa di sana,” balas Arios, sebuah google maps menyusul pesan yang baru saja dibaca oleh Amanda itu. Sebuah jempol berwarna kuning diberikan oleh gadis itu sebagai balasan chat terakhir Arios. Amanda memasukkan ponselnya ke saku, dia bangkit dari kursinya dan melangkahkan keluar kelas. Gadis bertubuh gempal itu melintasi dua orang teman sekelasnya yang masih menyapu ruangan, Riska dan Julia. “Mau ke mana, Man?” tanya salah satu temannya yang bernama Riska, tatapan mata temannya mengikuti. “Pulang,” jawab Amanda pendek sambil berusaha menyematkan senyum. “Oh, kirain mau halu sampai sore di pojok kelas,” timpal Julia dengan nada ketus dan senyum sinis. Riska menepuk bahu Julia karena kalimatnya yang tidak enak didengar. Terlihat Amanda menghela napas, dia nampak tidak suka dengan yang diucapkan oleh Julia namun tidak ingin memperpanjangnya. “Aku pamit ya, Ris,” kata gadis bertubuh gempal itu sambil membalikkan badannya. “Hati-hati, Manda,” kata Riska sambil melambaikan tangan ke arah Amanda. Gadis itu menoleh dan mengangguk, dia juga menyempatkan untuk membalas lambaian tangan itu. “Iya, hati-hati, Manda. Kalau jatuh bangun sendiri ya,” Julia menimpali dengan sebuah tawanya. “Juli, jangan begitu lah dengan Manda,” ujar Riska setelah melihat punggung gadis bertubuh gempal itu menghilang si balik tikungan “Mengapa sih, Ris? Mengapa lu peduli banget sama si gendut item itu?” “Enggak, gua bukan peduli, tapi kasihan. Coba lu perhatiin aja, setiap hari dia selalu jadi korban bully-nya Natasya dan teman satu geng-nya.  Masa kita juga mau ikutan bully dia? Kasihan, kan? Bayangkan jika kita dilahirkan ke dunia dengan tubuh seperti dia? Itu bukanlah sesuatu yang bisa kita pilih dan mau tak mau harus kita terima walaupun enggak suka. Aku yakin Amanda pun seperti itu, dia harus menerimanya walaupun tidak suka.” Tidak ada huruf yang keluar dari mulut Julia sebagai pembelaan atas apa yang dilakukannya barusan terhadap Amanda, rupanya apa yang disampaikan oleh teman sekelasnya itu cukup mengena hatinya. Setelah meninggalkan kedua teman  sekelasnya, Amanda ragu dalam mengayunkan langkahnya. Apakah dia akan melakukan hal yang tadi dia bilang ke Arios dalam chat? Perihal bertemu dengan Pak Malik itu? Jika dia tak melakukannnya maka dia bisa dibilang telah membohongi orang yang menjadi idolanya. Tapi ... jika dia menemui guru BK itu apa yang akan dilakukannya nanti? “Kamu belum pulang, Manda?” Terdengar suara dari belakang Amanda yang sedang berdiri mematung memikirkan apa yang dilakukannya. Amanda menoleh mendengar suara yang cukup familiar di telinganya itu. “Pak Malik?” kata Amanda. Gadis itu berusaha menyembunyikan rasa groginya yang datang tiba-tiba. Bagaimana mungkin guru itu bisa datang di saat dia memikirkan sebuah rencana dalam benaknya? “Iya, sudah kenalkan nama saya, Malik atau lengkapnya Syaif Elmalik.” Guru BK itu tersenyum ramah kepada siswi berkulit cokelat itu. “Iya, pasti kenal dong, Pak. Kan Bapak tadi sempat masuk ke kelas saya, 11 MIPA 1.” “Iya, kok kamu masih ada di sekolah jam segini? Habis piket ya?” tanya guru BK itu dengan menambahkan kemungkinan kalimat yang bisa menjadi jawaban. “I-iya, Pak,” jawab gadis itu berbohong. Entah mengapa dia mengiyakan saja apa yang ditanyakan oleh laki-laki setengah baya di hadapannya. Habisnya mau jawab apa dong? “Ada yang bisa saya bantu?” tanya guru BK itu sambil menatap tajam Amanda. Sepertinya dia mencurigai kebohongan yang tak disengaja oleh siswi di hadapannya itu. “Eng-gak, Pak. Saya pamit pulang ya, Pak,” kata gadis bertubuh gempal itu. Tanpa menunggu kata iya dari guru BK itu dia membalikkan badannya dan pergi menjauh. Dadanya deg-degan karena khawatir akan dipanggil kembali oleh Pak Malik. Semoga saja enggak. Rasa khawatir Amanda hilanhg setelah dia menyempatkan menoleh ke belakang dan tidak lagi menemukan guru BK yang tadi. Gadis itu khawatir kebohongan kecilnya akan terbongkar jika berlama-lama dengan Beliau. Banyak cerita beredar bahwa Pak Malik pandai mengetahui orang yang tak berkata jujur kepadanya dan jago menggali rahasia dari orang lain. Sepuluh meter ke depan adalah lapangan parkir sekolah, di mana dia memarkirkan kendaraannya tadi pagi dan tempat di mana Arios menunggunya sepulang sekolah. Gadis bertubuh gempal itu berjalan perlahan, matanya tajam melihat area parkir. Dia khawatir Kakak kelas pujaannya itu masih di sana menunggunya. Enggak mungkin, pasti dia sudah otewe ke Saung Sehati. Yang harus dilakukan Amanda sekarang adalah menyiapkan diri bagaimana nanti di tempat dia bertemu dengan Arios. Apakah nanti Mantan Ketua OSIS itu tidak shock saat melihat wujud asli Amanda Maharani Utami yang terbalik 360 derajat dengan di n****+? Sosok Amanda Maharani Utami yang maha perfect di novelnya hanyalah seorang gadis gendut item di dunia nyata. Apakah nanti Arios langsung mengenalinya saat berjumpa? Sebuah ide tebersit di otak gadis itu, dia tidak akan datang langsung menemui Arios, tetapi dia akan mencari meja kosong dulu di sana yang kebetulan dekat dengan pemuda itu nanti. Jika Arios memang mengenalinya pasti akan menyapanya langsung, tetapi jika ternyata Mantan Ketua OSIS pujaannya itu tidak mengenalinya bagaimana nanti? Apa yang akan dilakukannya? “Mungkin sebaiknya rencana tadi dijalankan saja dulu, entah Kak Arios akan mengenali atau enggak perkara nanti. Lagi pula aku enggak bisa bersembunyi terus seperti ini. Kak Arios harus melihat wujud asli Amanda Maharani Utami yang gendut item bukan cewek maha perfect yang cantik dan Hyperthymesia.” Amanda memantapkan hatinya untuk menunjukkan wujud asli dirinya yang memang jauh dari kata perfect seperti yang ditulis di n****+ online-nya. “Semoga saja Kak Arios tidak shock, pingsan dan meninggal, bisa-bisa aku menjadi janda sebelum menikah.” Amanda bercanda dengan dirinya sendiri untuk sedikit memupus khawatir yang sebenarnya masih terasa kuat dalam dadanya. Gadis bertubuh gempal itu tresenyum kecil, dia lalu mengeluarkan kunci motornya. matanya tiba-tiba menangkap sosok security yang kerap mencuri mimpinya juga. Penjaga keamanan sekolah itu terlihat santai menikmati rokoknya di samping pos jaga. "Sudah, fokus dulu dengan Arios, Manda. Jangan lirik laki-laki lain. Fokus pada anak cucu yang akan lahir dari benih Arios saja."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN