Harum bunga melati dengan lembut menyusup indra penciumanku. Belum hilang rasanya bayangan isrina yang membawa pergi anakku di rahimnya, tiba-tiba aku mendapati diriku di altar pelaminan yang megah. Semua mata tertuju padaku dan Anggita, berdiri dalam balutan busana pengantin yang indah menjadikan tidak sedikit mata yang terpesona memandang keelokan paras Anggita dan mungkin juga ketampanan diriku. Pasangan yang serasi. Perempuan dengan bola mata bak bintang venus dengan senyum memikat itu sekarang resmi menjadi istriku. Senyumnya tidak lepas menghiasi wajah cantiknya selama acara di mulai. Dalam siraman lampu kristal raksasa, harumnya puluhan macam bunga hidup yang menghiasi pelaminan dan kilatan sinar blitz dari fotographer mahal yang mengabadikan momen ini, seharusnya membuatku merasa